Advertisement
Ekonom Sebut BI Ambil Keputusan Tepat Tahan Suku Bunga 6,25%
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Bank Indonesia (BI) memutuskan menahan suku bunga acuan atau BI Rate 6,25% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Agustus 2024. Ekonom Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Y. Sri Susilo mengatakan BI mengambil keputusan tepat menahan suku bunga 6,25%.
Dia menyebut setidaknya ada dua alasan yang membenarkan keputusan ini pertama sebagai langkah pengendalian inflasi melalui tingkat suku bunga. Kemudian tingkat suku bunga juga berperan dalam mengendalikan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Advertisement
"Tidak ada alasan logis untuk menaikkan atau menurunkan. Kebijakan ini sudah tepat," kata Sri, Sabtu (24/8/2024).
BACA JUGA : Gali Potensi Ekonomi Lokal, Pemkot Jogja Gelar Pameran Seloka
Nilai tukar rupiah di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI berdasarkan data terakhir, Jumat (23/8/2024) berada di posisi Rp15.554 per dolar AS. Sri menyebut posisinya cenderung tinggi namun stabil. Sedikit melonjak dari posisi sebelumnya di kisaran Rp15.400-an.
Menurutnya setelah ada kepastian terkait dengan putusan Mahkamah Konstitusi (MK) akan kembali menguat di kisaran Rp15.400-an lagi. Sri menjelaskan nilai tukar dan inflasi tidak hanya dipengaruhi oleh variabel ekonomi, tapi politik juga punya peran.
"Kondisi politik pas demo-demo kemarin melonjak [nilai tukar]," jelasnya.
Lebih lanjut dia mengatakan sejak Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed) menetapkan suku bunga yang tinggi, hampir semua ekonomi dunia terpengaruh. Semua kurs mata uang dunia melemah, sebab mereka menjual mata uang domestik untuk investasi ke dolar AS.
"AS memang tetap pertahankan itu, untuk jaga inflasi atau menjaga volatilitas."
Ketua Komtap Pembinaan dan Pengembangan Sekretariat Kadin DIY, Timotius Apriyanto berpandangan BI Rate yang dipertahankan 6,25% tidak akan berdampak signifikan bagi pelaku industri dan dunia usaha. Di situasi saat ini menurutnya yang lebih berpengaruh adalah situasi geopolitik global dan nasional.
Timotius mengatakan ketidakpastian itu akan berdampak langsung pada dunia usaha. "6,25% saya kira kami masih memiliki kemampuan untuk berada dalam rate itu," ucapnya.
Hanya saja, dia mempertanyakan apakah BI sebagai bank sentral bisa bertahan dengan situasi global yang menantang. AS punya kecenderungan inflasi, jika AS menurunkan suku bunga The Fed ataupun tetap situasinya akan seperti apa?
"Di nasional kemarin ada demonstrasi besar-besaran, ini menambah ketidakpastian," tuturnya.
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan RDG BI 20-21 Agustus 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate 6,25%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,50%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 7,00%.
Keputusan ini tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability, yaitu untuk penguatan lebih lanjut stabilisasi nilai tukar rupiah. Serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5 plus minus 1% pada 2024 dan 2025.
Sementara itu, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Kebijakan makroprudensial longgar terus ditempuh untuk mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada dunia usaha dan rumah tangga, dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian.
"Kebijakan sistem pembayaran diarahkan untuk memperkuat keandalan infrastruktur dan struktur industri sistem pembayaran, serta memperluas akseptasi digitalisasi sistem pembayaran."
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Cegah Rabies, Pemkot Semarang Gelar Vaksinasi & Sterilisasi Kucing Anjing
- Polres Demak Gagalkan Pengiriman Bahan Baku Miras Racikan Es Moni dari Grobogan
- Jonatan Christie Melaju ke Semifinal Hong Kong Open 2024 Berkat Percaya Diri
- 7 Satwa Milik BKSDA Jatim Dijual, Direktur Madiun Umbul Square Diperiksa Polisi
Berita Pilihan
- Peringatan Gempa Megathrust, PHRI DIY: Picu Geliat Wisata Menurun
- Stabilisasi Harga Beras, Disperindag DIY Ajukan Usulan Tambahan Anggaran untuk Operasi Pasar
- Daya Beli Menurun, Penggunaan Layanan Buy Now Pay Later Justru Meningkat, Indef: Hati-hati Kredit Macet!
- Hingga September 2024, Belum Ada Perusahaan DIY Daftar IPO, Ini Kendalanya
- Profil Dirut Baru Bulog Wahyu Suparyono Penganti Bayu Krisnamurthi
Advertisement
Hajad Dalem Sekaten, 68 Gendhing Mengalun dari Pagongan Masjid Gedhe
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Angkat Produk Lokal, Alfamart Pasarkan 8 Produk UMKM Kota Jogja
- Tentrem Cultural Week Padukan Kuliner dan Budaya
- PP Kesehatan Diberlakukan, Pabrik Rokok Bakal Merugi Rp200 Triliun Per Tahun
- Resmi Jadi Official Airline Motogp Mandalika 2024, Garuda Indonesia 8.000 Kursi
- Kemenperin Bakal Tambah Kuota Subsidi Motor Listrik Tahun Depan
- China Jadi Negara Pertama Dunia dengan Penjualan Kendaraan Listrik Lebih dari 1 Juta Sebulan
- Kotta GO Hotel Yogyakarta Siapkan Penawaran Special Meeting GO Lucky, Arisan & Birthday Package
Advertisement
Advertisement