Advertisement
GIPI DIY Sebut Satgas Penurunan Harga Tiket Pesawat Belum Berdampak Signifikan

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA— Pemerintah telah membentuk Satuan Tugas (Satgas) penurunan harga tiket pesawat. Tujuannya untuk menurunkan harga tiket maskapai penerbangan yang masih mahal di Indonesia.
Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY, Bobby Ardianto mengatakan sejauh ini belum ada dampak signifikan yang dirasakan dari pembentukan Satgas ini. Menurutnya beberapa penerbangan yang trafficnya tinggi harganya juga belum murah. Lonjakan kunjungan wisatawan ke DIY juga belum dirasakan.
Advertisement
"Kami melihat belum ada dampak signifikan dari tim Satgas itu," ucapnya, Selasa (10/9/2024).
Dia menjelaskan, mahalnya harga tiket di dalam negeri membuat wisatawan lebih memilih wisata ke luar negeri. Bobby menyebut program yang dicanangkan pemerintah dan stakeholder belum inline. Sehingga semangat yang dibangin bangga berwisata di Indonesia belum dikerjakan bersama-sama.
Baginya ini adalah benang kusut yang belum bisa diurai oleh pemerintah. Ia bercerita baru saja pulang dari Vietnam dengan tiket seharga Rp2,5 juta. Menurutnya ini lebih murah daripada ke Papua. Pekan depan, kata Bobby, dia akan pergi lagi ke Lampung, tiket yang dibeli seharga Rp1,9 juta, atau hanya selisih Rp600.000 dengan Vietnam.
"Kembali ke ketegasan regulasi, artinya bagaimana pemerintah membuat ekosistem di industri penerbangan," kata Bobby.
Ia berharap agar persaingan usaha bisa lebih sehat dan jangan ada monopoli. Kondisi ini menurutnya berakibat pada matinya beberapa maskapai baru yang muncul.
Senada, Pelaksana Tugas (Plt) Ketua DPD Asita DIY, Edwin Ismedi Himna mempertanyakan bagaimana orang mau berwisata di Indonesia jika harga tiketnya mahal. Kondisi ini menyebabkan orang pilih wisata ke luar negeri karena lebih murah. Menurutnya salah satu penyebab tiket pesawat mahal adalah avtur.
Edwin menyampaikan Satgas ini tidak diperlukan karena sudah kelihatan item pembentuk harga tiket mahal. Menurutnya satgas yang dibentuk oleh Kemenhub, Kemenkeu, Marinves, Kemenparekraf beberapa bulan ini belum ada follow up nya.
"Satgas juga tidak melibatkan industri langsung, Asita gak diajak bicara, sehingga terus terang gak percaya dengan Satgas," tuturnya.
Lebih lanjut dia mengatakan jangan berharap pada kunjungan wisatawan domestik dari Sumatera, Kalimantan, dan lainnya jika tiket masih mahal. Mereka akan memilih ke Malaysia, Thailand, Singapura yang lebih murah.
Saat ini kunjungan ke DIY masih didominasi dari Pulau Jawa. "Ngapain ke Jogja karena tiket gak masuk akal."
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Ungkap Kecurangan Beras Oplosan, Menteri Pertanian Tak Gentar Meski Ada Intimidasi
- Menteri PKP Pastikan Aturan Penyaluran KUR Perumahan Rampung Bulan Ini
- Penerbangan Susi Air Jogja-Bandung Bakal Dibanderol Rp1,75 Juta
- Sri Mulyani Ungkap Saldo Akhir APBN 2024 Sebesar Rp457,5 Triliun
- Harga BBM Non Subsidi di Jogja Naik per Juli 2025, Pertamax Kini Rp12.500 per Liter
Advertisement

Naik Signifikan, Leptospirosis di Bantul Capai 160 Kasus Per Juli 2025
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Dukung Prambanan Jazz 2025, Daop 6 Yogyakarta Hadirkan Diskon Tiket 20 Persen, Begini Cara Mendapatkannya
- Begini Cara BEI DIY Agar Investor Baru Tidak FOMO
- Waspada Penipuan Mengatasnamakan PT TASPEN Persero
- Promo Holiday Spesial Juli di Kotta GO Yogyakarta: Liburan Nyaman dan Menyenangkan
- PT KAI Daop 6 Yogyakarta Tidak Akan Menoleransi Aksi Pelemparan Kereta Api
- Kementerian ESDM Umumkan Harga Bioetanol Juli Rp10.832 per Liter
- Selalu Tepat Waktu Melayani Penerbangan Haji 2025, Lion Air Dapat Pujian dari Menteri Agama
Advertisement
Advertisement