Advertisement
Pakar Ekonomi Menyebut UMKM Lebih Adaptif Menghadapi Berbagai Situasi

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Ekonom Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Y. Sri Susilo mengatakan dibandingkan dengan perusahaan besar Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) lebih mampu beradaptasi menghadapi berbagai kondisi ekonomi. Dia mengatakan perusahaan besar lebih mudah mengambil opsi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dibandingkan dengan UMKM.
Menurutnya saat terjadi kenaikan bahan baku, UMKM tidak segera menaikkan harga produknya, tapi ukurannya sedikit dikurangi untuk yang makanan. Atau opsi menjual dengan ukuran yang sama namun keuntungannya lebih tipis dari sebelumnya. Tujuannya agar usahanya tetap jalan meskipun terjadi kendala.
Advertisement
"Masak mem-PHK tetangga, saudara, artinya dia berani berkorban agar perusahaan berlangsung," ucapnya, Minggu (20/10/2024).
Sri mengatakan di tengah deflasi yang terjadi berturut-turut, kendala utama yang dihadapi UMKM saat ini adalah pemasaran, disusul modal dan kendala lainnya. Oleh karena itu diperlukan bantuan beberapa pihak terkait dengan pemasaran.
Lebih lanjut dia mengatakan di tengah lesunya daya beli ada sedikit penurunan penjualan produk UMKM khususnya non pangan. UMKM sektor makanan lebih stabil meski belum pulih seperti pra pandemi.
Dia menjelaskan proses pemulihan ekonomi pasca pandemi memang agak lambat. Sebab begitu pandemi selesai, ekonomi masih dihadapkan pada ketidakpastian global. Baik perang antara Rusia-Ukraina dan juga Timur Tengah yang berdampak pada pangan.
Meski banyak tantangan dia berpandangan sejauh ini bisnis UMKM berjalan dengan baik. "UMKM pangan sebagian besar impor [bahan baku] tempe, tahu. Terigu juga impor ini berdampak ke situ," katanya.
Pakar Manajemen Bisnis FEB UGM, Rocky Adiguna menyampaikan saat ini sulit menaikkan daya saing UMKM, karena kurangnya minat untuk mengembangkan usaha. UMKM menghadapi berbagai tantangan untuk berkembang akibat minimnya akses terhadap teknologi, literasi digital, sampai profit yang tidak berkelanjutan.
Menurutnya diperlukan bantuan ekosistem agar UMKM dapat terintegrasi atau setidaknya menumbuhkan keinginan untuk berkembang. Ia menyebut UMKM ini lebih sering survival daripada berkembang.
BACA JUGA : Rayakan Ajang Ekonomi Kreatif, Pikat Hati Wisatawan
"Banyak tantangannya. Maka kita perlu membuat ekosistem, dan ketika UMKM bisa tergabung dalam ekosistem maka dia bisa punya sumber daya yang di luar dirinya sendiri," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Prabowo Sebut Lahan KAI Bisa Dimanfaatkan untuk Program 3 Juta Rumah
- KKP Targetkan Indonesia Stop Impor Garam pada 2027
- Pengusaha Rokok Berharap Tidak Ada Kenaikan Cukai Tahun Depan
- Domain dot id Tembus 1,3 Juta Pengguna, Buka Peluang Ekonomi Baru
- Harga Minyak Mentah RI, Agustus Turun Jadi 66,07 dolar AS per barel
Advertisement

Kepemilikian KTP Pink di Gunungkidul Terus Digeber
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Pariwisata Butuh Pembiayaan, Berharap Suku Bunga Bank Turun
- Harga Beras, Bawang, hingga Cabai Rawit Merah Turun Hari Ini
- Permintaan Kredit Belum Terpacu, Ini Kata Gubernur BI
- Pemerintah Siapkan Skema Impor BBM Satu Pintu Pertamina
- Ribuan Koperasi Desa Merah Putih Tunggu Dana Cair dari Bank Himbara
- Iuran JKK Industri Padat Karya Dapat Keringanan hingga 2026
- Pinjamin Dukung Bulan Inklusi Keuangan 2025 Lewat Penguatan Literasi
Advertisement
Advertisement