Sritex Pailit, API DIY: Industri Tekstil Wajib Upgrading dan Bikin Inovasi
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—PT Sri Rejeki Isman atau Sritex dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri (PN) Niaga Semarang. Meski dinyatakan pailit, pemerintah berusaha memastikan industri tekstil ini tetap berproduksi dan tidak terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK).
Terkait dengan kondisi itu, Wakil Ketua Bidang Organisasi & Keanggotaan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) DIY, Timotius Apriyanto mengatakan saat ini industri pengolahan sedang mengalami tekanan, baik nasional dan lokal. Tekanan ini berlaku untuk perusahaan yang berorientasi ekspor dan pasar domestik. Disebabkan oleh fenomena rantai pasok, di mana permintaan mengalami kontraksi.
Advertisement
Dia menyebut kontraksi permintaan ini dominasi oleh faktor geopolitik, perang di Timur Tengah dan Rusia-Ukraina yang belum rampung. Imbasnya dirasakan juga secara nasional. "Ada 27 ribu penumpukan kontainer [di pelabuhan] Juni Juli, 30 persennya produk tekstil, karena Tiongkok kelebihan suplai," ucapnya, Kamis (31/10/2024).
Dia menjelaskan untuk mengatasi kelebihan pasokan ini Tiongkok ekspansi ke pasar-pasar luar negeri, salah satunya Indonesia. Menurutnya TikTok Shop juga menjadi salah satu penyebab di mana ada big data yang mampu menggambarkan kebutuhan pasar Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) di Indonesia.
Dampaknya, Indonesia kebanjiran produk dari Tiongkok yang menyebabkan perusahaan nasional menjadi bangkrut. Timotius mengatakan apa yang menimpa Sritex tidak bisa digeneralisir, selain tekanan global dan nasional ada faktor management internal juga. "Kalau di Indonesia dipengaruhi daya beli masyarakat yang menurun," jelasnya.
Lebih lanjut dia mengatakan internal organisasi perlu melakukan upgrading dan inovasi, baik di level management strategic atau manajemen operasionalnya, hingga penerapan Good Corporate Governance (GCG).
BACA JUGA: Sejarah Panjang Sritex (SRIL) yang Kini Dinyatakan Pailit
Penggunaan teknologi, kata Timotius, juga perlu di-upgrade, beriringan dengan upgrade sumber daya manusia (SDM). Sehingga siap menghadapi tekanan global, tekanan domestik, hingga penurunan permintaan. "Kuncinya efisiensi dan inovasi, kalau enggak ada, lalu tidak memanfaatkan teknologi modern yang ada, otomatis mereka akan kesulitan akhirnya tutup," kata dia.
Menurutnya sampai dengan Oktober 2024 di DIY sudah ada 1.750 pekerja yang terkena PHK dari berbagai sektor. Paling tinggi industri pengolahan, manufaktur, dan padat karya. Ada industri TPT, salah satunya di Kulonprogo. "Kami laporkan ada solusi di luar pengupahan, upskilling human capital, dari level operator ke level menengah, supervisor, manager kita tingkatkan."
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Ribuan Orang Teken Petisi Tolak PPN 12 Persen
- Harga Emas Antam Hari Ini 20 November Naik Signifikan, Rp1.498 Juta per Gram
- Garuda Indonesia Dukung Rencana Pemerintah Turunkan Harga Tiket Pesawat
- Dampak Aksi Boikot 47 Gerai KFC Tutup, 17 Restoran Pizza Hut Berhenti Beroperasi
- Harga Emas Antam Hari Ini 18 November 2024 Naik Signifikan, Rp1.476 Juta per Gram.
Advertisement
BMKG DIY Prediksi Hujan Terjadi pada Hari Pemungutan Suara 27 November 2024
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Kiprahnya Diakui Hingga Internasional, Contact Center PLN Site Semarang Siap Layani Masyarakat Jelang Nataru
- OJK DIY: Ada 7 Alasan Pelajar dan Mahasiswa Mudah Terjerat Judi Online
- Penurunan BI Rate Tak Serta Merta Turunkan Bunga Kredit, Ini Penjelasan BI DIY..
- UMP 2025 Belum Juga Ditetapkan, Ini Dia Besaran UMP 2024 di Setiap Provinsi
- Tercapai 100%, Pendapatan Negara dari Deviden BUMN Tembus Rp85,5 Triliun Tahun Ini
- Boikot Belanja Barang akibat PPN 12%, Begini Respons DJP DIY
- Berencana Tutup 13 Gerai Sepanjang 2024, Begini Perjalanan Matahari Dept. Store di Indonesia
Advertisement
Advertisement