Advertisement
Kredit Macet Diprediksi Bikin Pinjol Enggan Biayai Sektor Produktif

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Pengamat ekonomi mengungkap tingginya risiko kredit macet tekfin peer-to-peer (P2P) lending alias pinjaman online (pinjol) di sektor produktif berpotensi membuat penyaluran pinjaman pada sektor ini menurun dalam beberapa waktu mendatang.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga September 2024 menunjukkan tingkat kredit macet di sektor produktif mencapai 9,55%, jauh lebih tinggi dibandingkan sektor perorangan yang hanya sebesar 1,73%.
Advertisement
Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda, menyebutkan bahwa tingginya risiko ini membuat pemberi pinjaman (lender) lebih memilih menyalurkan pinjaman ke sektor perorangan. “Kita juga tahu beberapa platform yang mengalami kegagalan adalah platform yang fokus ke sektor produktif terutama UMKM,” kata Huda, Jumat (10/1/2025).
Menurut Huda, lemahnya kinerja UMKM sebagai target utama pembiayaan memicu penurunan minat lender terhadap sektor produktif. "Perlu satu formulasi dalam pengecekan kemampuan bayar dari borrower sektor produktif jika ingin menggenjot penyaluran pinjaman sektor produktif. Ini untuk mengantisipasi penurunan minat lender untuk berinvestasi ke borrower sektor produktif,” kata dia.
OJK mencatat ada 21 penyelenggara tekfin P2P lending dengan tingkat kredit macet (TWP90) di atas 5% per November 2024, mayoritas berasal dari sektor produktif. Salah satu penyelenggara tersebut adalah PT iGrow Resources Indonesia (iGrow), dengan TWP90 mencapai 80,18%.
Untuk penyelenggara dengan TWP90 di atas ambang batas, OJK telah mengeluarkan surat peringatan dan meminta penyusunan action plan guna memperbaiki kualitas pendanaan.
Tindakan ini termasuk monitoring komitmen pemegang saham, memaksimalkan penagihan, serta memperkuat permodalan. Jika pelanggaran ditemukan, OJK akan menjatuhkan sanksi administratif sesuai ketentuan.
BACA JUGA: Kena Jerat Pinjaman Online Ilegal, 84 Warga DIY Mengadu ke OJK
Hingga November 2024, penyaluran pinjaman P2P lending ke sektor produktif hanya mencapai 30,91% dari total outstanding pinjaman sebesar Rp75,60 triliun. Angka ini masih jauh dari target OJK, yaitu 70% pada 2028. Huda menyarankan agar target tersebut tidak menjadi prioritas saat ini, melainkan fokus pada perbaikan fundamental kinerja UMKM. “Jadi kita tidak perlu menargetkan 70 persen penyaluran sektor produktif, tapi perbaiki dahulu fundamentalnya. Dan itu cukup susah,” ujar Huda.
Dengan risiko kredit macet yang tinggi, keberlanjutan sektor produktif dalam ekosistem fintech P2P lending membutuhkan langkah mitigasi yang lebih terstruktur untuk mendorong kepercayaan lender dan mendukung pertumbuhan sektor ini secara berkelanjutan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Prabowo Sebut Lahan KAI Bisa Dimanfaatkan untuk Program 3 Juta Rumah
- KKP Targetkan Indonesia Stop Impor Garam pada 2027
- Pengusaha Rokok Berharap Tidak Ada Kenaikan Cukai Tahun Depan
- Domain dot id Tembus 1,3 Juta Pengguna, Buka Peluang Ekonomi Baru
- Harga Minyak Mentah RI, Agustus Turun Jadi 66,07 dolar AS per barel
Advertisement

Kecelakaan Motor vs Dump Truck di Jalan Magelang, 1 Tewas
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Bahlil Minta SPBU Swasta Kolaborasi dengan Pertamina Terkait Stok
- Dukung Ekonomi Nasional, BI Rate Dipangkas Jadi 4,75 Persen
- BI Yakin Ekonomi RI 2025 Tumbuh di Atas Titik Tengah
- Prabowo Sebut Lahan KAI Bisa Dimanfaatkan untuk Program 3 Juta Rumah
- Erick Thohir Dilantik Jadi Menpora, Kementerian BUMN Berpotensi Hilang
- Pariwisata Butuh Pembiayaan, Berharap Suku Bunga Bank Turun
- Harga Beras, Bawang, hingga Cabai Rawit Merah Turun Hari Ini
Advertisement
Advertisement