Advertisement
Ada Larangan Study Tour, Pelaku Wisata DIY Cari Market Baru

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA— Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY menyebut larangan study tour dari Jawa Barat, Banten, DKI Jakarta ditambah Instruksi Presiden (Inpres) No. 1/2025 tentang efisiensi belanja dalam pelaksanaan APBN dan APBD tahun anggaran 2025 menandakan dunia pariwisata sedang sangat tidak baik-baik saja.
Ketua PHRI DIY, Deddy Pranowo mengatakan dua kondisi ini bisa dipastikan akan berdampak pada turunnya pendapatan hotel dan restoran di DIY pada 2025 ini. Menyiasati larangan study tour PHRI DIY mencoba melakukan promosi ke daerah baru yang lebih potensial.
Advertisement
"Langkah kami saat ini lebih fokus promosi ke lain daerah yang masih potensial yaitu Jawa Timur,Bali, Lampung, Kaltim," ucapnya, Senin (10/3/2025).
Menurutnya PHRI DIY juga selalu mendorong pemerintah baik pusat dan daerah untuk segera membuka penerbangan langsung dari Thailand ke Yogyakarta International Airport (YIA) PP. Dari sisi internal Deddy menyebut efisiensi besar-besaran dilakukan tanpa mengurangi kualitas hospitality.
Dia berharap momen lebaran bisa mendongkrak okupansi hotel, namun saat ini reservasi masih lambat baru di kisaran 30%-45% periode 28 Maret-6 April 2025. Lambatnya reservasi saat lebaran diduga karena dampak terjadinya bencana alam di beberapa daerah.
"Untuk pembatalan Meetings, Incentives, Conventions, and Exhibitions (MICE) rata-rata 35%-45% dan study tour rata-rata 40%-50% sampai dengan saat ini hingga Desember 2025," jelasnya.
BACA JUGA: Hari Pertama Uji Coba Jalan Searah Plengkung Gading, Diberlakukan Dua Jam Pagi dan Sore
Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY, Bobby Ardianto mengatakan study tour menjadi market penyumbang kunjungan wisata DIY yang cukup tinggi. Misalnya ke Museum, Keraton, Malioboro, dan lainnya. Larangan study tour akan sangat berdampak pada pendapatan dan besaran kunjungan.
"Secara pasti persentasenya kami sedang minta data dari Asita dan Astindo, namun saat periode libur sekolah market ini dominasinya sangat tinggi," tuturnya.
Bobby mengatakan untuk menyiasati kondisi ini diupayakan negosiasi atas regulasi yang membatasi, namun disisi lain secara realistis harus mulai mencari pasar pengganti. Agar sektor pariwisata DIY bisa tetap bertahan.
Kondisi ini menurutnya juga menjadi pengingat agar pariwisata DIY tidak bertumpu pada pasar klasik. Harus selalu membuat terobosan baru untuk mengembangkan pasar baru yang belum digarap dengan maksimal.
"[pembatalan MICE dan study tour] sudah diatas 75% dari reservasi yang masuk sebelumnya," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Bapanas Serap 60 Ribu Ton Gula Petani dari Danantara
- Sektor Usaha di DIY yang Perlu Digenjot Kreditnya Menurut ISEI Jogja
- Purbaya Kerjar Penunggak Pajak Jumbo Senilai Rp60 Triliun
- Subsidi Listrik Bakal Dikurangi, Tarif Dijanjikan Tak Akan Naik
- Ekonom UKDW Sebut Penurunan BI Rate Berdampak Positif pada Pasar Modal
Advertisement

Adu Banteng Bus dan Pikap di Piyungan Bantul, Satu Meninggal Dunia
Advertisement

Kemenpar Promosikan Wisata Bahari Raja Ampat ke Amerika dan Eropa
Advertisement
Berita Populer
- KAI Mini Expo di Stasiun Tugu Hadirkan Promo Spesial 30 Persen bagi Pelanggan
- Sektor Usaha di DIY yang Perlu Digenjot Kreditnya Menurut ISEI Jogja
- Harga Emas Antam Naik Rp10 Ribu
- Rp200 Triliun ke Himbara Bisa Dongkrak Ekonomi, Asal Inflasi Terkendali
- Pertamina Pastikan BBM untuk SPBU Shell dan BP Tiba Hari Ini
- Puluhan Badan Usaha Jalan Tol Masih Merugi, Salah Satunya Kontraktor Tol Jogja-Solo
- Pertumbuhan Ekonomi Capai 5 Persen Dinilai Belum Cukup Sejahterakan Masyarakat
Advertisement
Advertisement