Advertisement
Fenomena Rojali dan Rohana Muncul Karena Disrupsi Digital

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA— Fenomena rombongan jarang beli (Rojali) dan rombongan hanya nanya (Rohana) di pusat perbelanjaan akhir-akhir ini banyak diperbincangkan. Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) DIY Bidang Ketenagakerjaan, Timotius Apriyanto mengatakan sebenarnya ini bukan fenomena baru.
Ia mengatakan Rojali dan Rohana mengemuka karena banyak dibahas di media sosial. Menurutnya fenomena semacam ini sudah ada bahkan sejak sepuluh tahun lalu dengan istilah window shopping.
Menurutnya fenomena ini muncul bukan semata-mata karena faktor penurunan daya beli, tapi cenderung karena adanya disrupsi digital. Mereka hanya melihat-lihat produknya, namun transaksinya dilakukan di online store.
"Mereka jalan-jalan cek secara fisik seperti apa, lalu transaksinya di platform e-commerce," ujarnya, Senin (4/8/2025).
Meski bukan semata-mata karena faktor daya beli, dia mendorong agar pemerintah fokus menjaga daya beli masyarakat. Selain daya beli, menurutnya kepercayaan pasar juga harus dijaga.
BACA JUGA: Pemkab Bantul Segera Perbaiki 87 Titik Irigasi Pertanian
Advertisement
Pemblokiran rekening yang dilakukan oleh Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) menurutnya juga menimbulkan kekhawatiran masyarakat. "Pemerintah jangan sampai market confident itu mempengaruhi konsumsi drop," jelasnya.
Kepala Pusat Pangan, Energi, dan Pembangunan Berkelanjutan Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Abra Talattov menyampaikan fenomena Rojali dan Rohana muncul di tengah perlambatan ekonomi semester I 2025. Saat ekonomi mengalami tekanan muncul fenomena Rojali dan Rohana.
Dia mengatakan ada beberapa kemungkinan munculnya fenomena ini. Seperti masyarakat memilih untuk saving ketat tidak belanja jor-joran. Atau kemungkinan lainnya adalah masyarakat melihat-lihat barang fisik namun belinya di e-commerce.
BACA JUGA: Tol Jogja-Solo Segmen Klaten-Prambanan Tidak Gratis, Wajib Pakai E-Money yang Sama
"Fenomena daya beli masyarakat alami tekanan, maka muncullah fenomena masyarakat hanya melihat-lihat di pusat perbelanjaan," ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Triwulan II 2025 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,12 Persen
- Tarif Lisrik PLN Terbaru, Hitungan Harga Token per kWh Agustus 2025
- Daftar Harga Emas Antam Hari Ini 4 Agustus 2025
- Inovasi Dunia Pertanian, Sirup Kemangi dari Petani Keren di Lampung
- Gegara Beli Peralatan Militer dan Energi dari Rusia, Donald Trump Terapkan Tarif Impor 25% untuk India
Advertisement

PHRI DIY Minta Pemerintah Jelaskan Skema Pembayaran Royalti Lagu
Advertisement

Wisata Sejarah dan Budaya di Jogja, Kunjungi Jantung Tradisi Jawa
Advertisement
Berita Populer
- Pemerintah Masih Bahas Soal Penghapusan Beras Medium dan Premium
- Mulai 18 Agustus 2025 Pelita Air Buka Rute Internasional Perdana
- Tarif Lisrik PLN Terbaru, Hitungan Harga Token per kWh Agustus 2025
- Harga Emas Antam Naik Lagi, Tembus ke Angka Rp1,959 Juta per Gram
- Pembiayaan Mikro Bakal Digunakan Pemerintah Melawan Rentenir Perumahan
- Pameran Mobil GIIAS 2025 Ramai Pengunjung, Penjualan Lesu
- Triwulan II 2025 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,12 Persen
Advertisement
Advertisement