Advertisement

DIY Mengalami Inflasi 0,15 Persen pada September 2025, Ini Pemicunya

Anisatul Umah
Rabu, 01 Oktober 2025 - 23:47 WIB
Ujang Hasanudin
DIY Mengalami Inflasi 0,15 Persen pada September 2025, Ini Pemicunya Statistisi Utama BPS DIY, Sentot Bangun Widoyono menyampaikan rilis inflasi September 2025. (tangkapan layar)

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Badan Pusat Statistik (BPS) DIY mencatat pada September 2025 DIY mengalami inflasi 0,15% secara bulanan (month-to-month/mtm) atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 108,31 pada Agustus 2025 menjadi 108,47 pada September 2025.

Sementara secara tahunan (year-on-year/yoy) terjadi inflasi 2,56% dan secara tahun kalender (year-to-date/ytd) inflasi 1,74%.

Advertisement

Statistisi Utama BPS DIY, Sentot Bangun Widoyono mengatakan kelompok utama penyumbang inflasi September 2025 secara bulanan yakni kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya yang mengalami inflasi sebesar 0,98% dengan andil 0,07%. Disusul kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan inflasi 0,21% dengan andil 0,06%.

"September 2025 terjadi inflasi sebesar 0,15% dibandingkan dengan harga-harga pada bulan Agustus 2025," ucapnya dalam rilis inflasi bulanan, Rabu (1/10/2025).

Sementara andil komoditas pendorong inflasi September 2025 di antaranya daging ayam ras dengan andil 0,10%, emas perhiasan 0,07%, cabai merah 0,05%, buncis 0,03%, disusul telur ayam ras, bayam, kontrak rumah, beras, ikan lele, dan cabai hijau masing-masing 0,01%.

"Kenaikan kontrak rumah wajar karena di Agustus tahun ajaran baru, sehingga banyak mahasiswa baru yang membutuhkan, demandnya meningkat kecenderungan harga naik," jelasnya.

BACA JUGA: Catat Produksi Jagung Akhir Tahun Berpotensi Turun 5,14 Persen

Lalu komoditas penghambat inflasi September 2025 secara bulanan adalah bawang merah andil 0,08%, tomat 0,05%, disusul terong, jeruk, dan bawang putih masing-masing 0,01%.

Sentot menjelaskan inflasi September 2025 secara tahunan 2,56% utamanya didorong oleh kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya 10,27% dengan andil 0,65% dan kelompok makanan, minuman dan tembakau 4,25% dengan andil 1,16%.

Andil komoditas dominan pendorong inflasi September 2025 secara tahunan yakni emas perhiasan 0,58%, beras 0,16%, kelapa 0,14%, bawang merah 0,10%, daging ayam ras, cabai merah, kontrak rumah, sigaret kretek mesin (SKM) dan kopi bubuk masing-masing 0,08%, terakhir minyak goreng 0,06%.

Lalu komoditas penghambat inflasi September 2025 secara tahunan adalah bensin 0,06%, bawang putih 0,03%. Kemudian salak dan cabai rawit masing-masing 0,02%. Disusul daun bawang, kangkung, nangka muda, kentang, kacang panjang, dan telepon seluler masing-masing 0,01%.

BPS DIY juga melaporkan data inflasi antar kota pada September 2025. Di mana Kota Jogja mencatat inflasi sebesar 0,27% secara bulanan, dan 2,72% secara tahunan. Sementara Kabupaten Gunungkidul mencatat inflasi lebih rendah yaitu 0,05% secara bulanan dan 2,43% secara tahunan.

Secara nasional, Deputi Bidang Statistik Produksi M. Habibullah menyampaikan pada September 2025 terjadi inflasi 0,21% secara bulanan atau terjadi kenaikan IHK dari 108,51 pada Agustus 2025 menjadi 108,74 pada September 2025. Secara tahunan terjadi inflasi 2,65% dan secara tahun kelander terjadi inflasi 1,82%.

Menurutnya kelompok pengeluaran penyumbang inflasi terbesar adalah makanan minuman dan tembakau dengan inflasi 0,38% dan memberikan andil inflasi 0,11%. "Komoditas dominan pendorong inflasi kelompok ini adalah cabai merah dan daging ayam ras." 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berangkat dari Stasiun Palur, Ini Jadwal KRL Solo Jogja 2 Oktober 2025

Berangkat dari Stasiun Palur, Ini Jadwal KRL Solo Jogja 2 Oktober 2025

Jogja
| Kamis, 02 Oktober 2025, 02:47 WIB

Advertisement

Kemenpar Promosikan Wisata Bahari Raja Ampat ke Amerika dan Eropa

Kemenpar Promosikan Wisata Bahari Raja Ampat ke Amerika dan Eropa

Wisata
| Selasa, 23 September 2025, 18:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement