Advertisement
Nasabah Bersaldo Jumbo di DIY Bertambah
Ketua Dewan Komisioner LPS, Anggito Abimanyu memaparkan materi dalam Temu Media Joglosemar LPS di Sasanti Restaurant, Sabtu (15/11). Harian Jogja - Arief Junianto.
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Pemilik simpanan dengan saldo melebihi Rp5 miliar di perbankan DIY meningkat dalam tiga tahun terakhir.
Berdasarkan data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), per Oktober 2025, jumlah simpanan dengan tier tinggi (lebih dari Rp5 miliar) dari nasabah di DIY adalah sebesar Rp15,95 triliun. Jika dibandingkan dengan Oktober 2023, jumlah simpanan yang tercatat dari tier tersebut adalah sebesar Rp12,57 triliun.
Advertisement
Sementara jika dilihat dari persentasenya, per Oktober 2025, persentase simpanan dengan tier tinggi juga mengalami peningkatan dari Oktober 2022, yakni dari 16,43% menjadi 18,18%.
Senada dengan hal itu, jumlah simpanan dengan tier rendah (kurang atau sama dengan Rp100 juta) tercatat sebagai kelompok yang terbesar dalam komposisi kelas simpanan di perbankan DIY dengan nilai mencapai Rp23,42 triliun, meningkat ketimbang Oktober 2023 yang hanya sebesar Rp21,88 triliun.
BACA JUGA
Hal itu disampaikan oleh Ketua Dewan Komisioner LPS, Anggito Abimanyu dalam acara Temu Media Joglosemar LPS 2025 di Sasanti Restaurant, Sabtu (15/11).
Dalam acara itu, Anggito Abimanyu juga memaparkan data bahwa pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) di DIY menunjukkan aktivitas bisnis yang ekspansif. Hal itu tecermin dari pertumbuhan giro dan deposito yang meningkat dibanding tiga tahun lalu.
Secara keseluruhan, komposisi produk dalam total DPK juga relatif stabil. DPK perbankan DIY hingga Oktober 2025, kata dia, tumbuh 4,95% (yoy).
Sementara untuk penyaluran kredit secara yoy justru mengalami perlambatan pada Oktober 2025. “Kalau dilihat dari porsi penyalurannya, kredit modal kerja memegang porsi terbesar dari total kredit yang disalurkan,” kata Anggito.
Berdasarkan data LPS, pertumbuhan kredit di DIY pada Oktober 2025 adalah sebesar 6,14%, turun drastis dari Oktober 2023 yang sebesar 11,35%.
Sementara itu, Sekretaris Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Yogyakarta, Y. Sri Susilo menjelaskan penurunan angka penyaluran kredit yang rendah tersebut memang menunjukkan masih rendahnya perputaran uang di tengah tingginya simpanan deposito di bank.
“Ya jelas. Dari data kan surplus [jumlah simpanan deposito lebih besar dari kredit yang disalurkan] di DIY ini Rp31,64 triliun. Ini masih cukup tinggi. Logikanya, semakin kecil surplus itu, berarti semakin banyak uang yang diputar dari perbankan untuk menggerakkan perekonomian,” ucap dia.
Soal rendahnya angka penyaluran kredit, dia menduga ada beberapa faktor penyebabnya. Di antaranya adalah adanya kredit yang dikeluarkan untuk masyarakat di luar DIY akibat adanya beberapa bank daerah yang membuka cabang di luar DIY.
Sselain itu, penyebab lainnya adalah diduga karena rendahnya permintaan kredit untuk kebutuhan investasi dan konsumsi. “Penyebab lainnya, saya menduga adalah semakin banyaknya alternatif pinjaman selain dari bank. Bisa jadi beberapa di antaranya adalah pinjol [pinjaman online], bahkan rentenir.”
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Program Mas Jos Turunkan Sampah Mantrijeron Jogja hingga 3 Ton
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement




