Advertisement

Bekraf Dukung Peningkatan Kualitas Peracik Kopi

Abdul Hamied Razak
Jum'at, 07 September 2018 - 23:37 WIB
Kusnul Isti Qomah
Bekraf Dukung Peningkatan Kualitas Peracik Kopi Direktur Edukasi Bekraf Poppy Savitri (kiri) bersama Kepala Dispar DIY Aris Riyanto (kanan) di sela-sela kegiatan. - Ist/Bekraf

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA-Badan Kreatif Nasional (Bekraf) terus meningkatkan kualitas para peracik kopi (Barista) melalui serangkaian pelatihan. Selain untuk mengenalkan kopi nasional ke penjuru dunia, pelatihan diberikan untuk memberi nilai tambah ekonomi bagi para petani lokal.

Direktur Edukasi Bekraf Poppy Savitri mengatakan pemberian edukasi senyampang dengan tingginya permintaan kopi dan berkembangnya budaya minum kopi di masyarakat. Bahkan, dia menilai minum kopi menjadi gaya hidup generasi milenial.

Advertisement

"Karena itu, dibutuhkan peningkatan kualitas para barista perlu dilakukan agar mereka tidak kalah kreatif dan tidak kalah bersaing dengan barista mancanegara," katanya dalam rilisnya, Jumat (7/9/2018).

Pelatihan Barista di Jogja, lanjut Poppy, merupakan yang ketujuh kalinya digelar di Indonesia. Di Jateng-DIY pesertanya sebanyak 50 Barista dari 200 barista yang mendaftar. Para peserta juga diberi pemahaman soal standarisasi dalam meracik kopi sebelum mendapatkan sertifikat dari Bekraf.

"Mereka orang-orang yang selama ini bergelut di dunia kopi dan akan belajar seluk beluk soal kopi. Sebelum mengikuti pelatihan, kami lakukan seleksi lebih dulu," katanya.

Poppy menambahkan selain meningkatkan kompetensi para barista, Bekraf juga bakal memberi nilai tambah terhadap komoditas kopi nasional melalui identitas geografis. Identitas ini tertera di kemasan produk kopi yang dilengkapi dengan cerita asal kopi tersebut. Bahkan, mendapat legalitas dari Kementerian Hukum dan HAM. Melalui kebijakan ini masyarakat luas bisa mendapatkan informasi mengenai sejarah dan keaslian kopi yang diminum.

Melalui identitas geografis ini, keaslian kopi diharapkan dijamin dan konsumennya bisa menadapatkan cerita-cerita menarik tentang kopi itu. "Contoh yang terjadi selama ini, kopi yang berasal dari Lampung sering disebut Kopi Lampung. Padahal, kopi tersebut berasal dari Banyuwangi. Begitu juga kalau dari Sumtera Utara sering dikatakan Kopi Sidikalang. Padahal bisa saja dari daerah lain," katanya.

Sementara itu, Ketua Pembina Masyarakat Kopi Indonesia, Edy Panggaben memberi apresiasi terhadap Bekraf yang menggelar kegiatan tersebut dan berupaya memperkenalkan kopi nusantara. Saat ini saja ada 350 jenis kopi dari seluruh Indonesia namun tidak dikenal di 70 negara penghasil kopi dunia. Hal ini potensi besar yang bisa dikembangkan demi kesejahteraan para petani sampai pelaku usaha yang lain.

"Sebagai kota tujuan wisata, kota pendidikan, kami berharap Jogja bisa menjadi etalase kopi nusantara. Para penikmat bisa mendapatkan kopi Gayo atau Sidikalang tanpa harus pergi ke Aceh atau Sumatera Utara," harap Edy.

Menurutnya, upaya pemerintah untuk memperluas lahan tanam kopi dari 1,2 juta hektare menjadi 1,5 juta patut diapresiasi. Itu dikarenakan lahan kebun kopi saat ini masih terbatas dan tingkat konsumsinya juga masih rendah. Padahal, dengan mengkonsumsi kopi bisa memberi positif bagi kesehatan.

"Kopi saat ini tidak sekadar menjadi gaya hidup, tapi sudah menjadi asupan tubuh yang menyehatkan. Tingkat konsumsi mulai meningkat menjadi rata-rata 1,3 kilogram per kapita. Di dunia, Finlandia menjadi negara terbesar peminum kopi di dunia dengan tingkat konsumsi 12 kilogram," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Sambut Pemudik dan Wisatawan Libur Lebaran 2024, Begini Persiapan Pemkab Gunungkidul

Gunungkidul
| Jum'at, 29 Maret 2024, 11:47 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement