Advertisement

Likuiditas Ibarat Jantung Manusia

Ilman A. Sudarwan
Senin, 12 November 2018 - 14:10 WIB
Laila Rochmatin
Likuiditas Ibarat Jantung Manusia Petugas bank menjelaskan mengenai kredit usaha rakyat (KUR). - Antara/R. Rekotomo

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA--Rasio intermidasi terus meningkat sepanjang tahun ini seiring dengan rendahnya pertumbuhan penghimpunan dana dan derasnya aliran kredit perbankan. Kondisi makroekonomi yang kurang kondusif turut berkontribusi memperlambat pertumbuhan dana.

JAKARTA - Rasio intermidasi terus meningkat sepanjang tahun ini seiring dengan rendahnya pertumbuhan penghimpunan dana dan derasnya aliran kredit perbankan. Kondisi makroekonomi yang kurang kondusif turut berkontribusi memperlambat pertumbuhan dana.

Advertisement

Langkah pengetatan kebijakan moneter Bank Indonesia dengan menaikkan BI-7 Days Reverse Repo Rate (BI-7DRRR) 150 bps sejak April lalu untuk menstabilkan nilai tukar rupiah menjadi momok bagi perbankan. Biaya dana membengkak, persaingan penghimpunan dana pun semakin ketat yang disertai oleh peningkatan imbal hasil instrumen surat berharga pemerintah.

Pekan lalu, Bisnis mewawancarai Deputi Komisioner Pengawas Perbankan II Otoritas Jasa Keuangan Boedi Armanto melalui surat elektronik. Boedi menjelaskan bahwa tantangan likuiditas perbankan hingga akhir tahun, serta proyeksinya pada tahun depan.

Tren persaingan penghimpunan likuditas semakin ketat. Bagaimana OJK menilai kondisi tersebut?

Kondisi likuiditas industri keuangan, khususnya perbankan, saat ini trennya memang menurun tetapi dinilai masih oke. Hal ini dapat dilihat dari indikator yang ada, seperti rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) atau Alat Likuid terhadap Non-Core Deposit (AL/NCD), atau Liquidity Coverage Ratio(LCR), ketiganya masih jauh di atas threshold yang ada.

Pengetatan likuditas terjadi bilamana uang yang beredar [UYB] di masyarakat [industri keuangan] masuk ke Otoritas Bank Central [BC], Pemerintah, atau lari keluar negeri. Masuknya dana ke BC terjadi bilamana BC melakukan kebijakan pengetatan, antara lain dengan menaikan suku bunga acuan sehingga instrumen-instrumen moneter BC menjadi lebih menarik, penjualan valas [dolar] oleh BC karena demand valas yang meningkat, atau BC menjual surat berharga negara/publik yang dimiliknya.

Selanjutnya, yang masuk ke Pemerintah, bilamana masyarakat membayar pajak atau pemerintah menerbitkan surat utang atau surat berharga di dalam negeri. Terakhir, yang keluar negeri bilamana masyarakat melakukan transfer keluar negeri [bayar hutang pokok/bunga, bayar asuransi, transport atau tenaga asing], melakukan impor yang lebih besar daripada ekspor, serta penempatan dana di luar negeri.

Dengan demikian pengetatan likuiditas yang terjadi beberapa waktu yang lalu terkait dengan penjelasan di atas, antara lain pertama, demand dolar yang lebih besar dari supply dolar, karena yield dolar [Fed Fund rate] yang meningkat, sehingga terjadi pelepasan portofolio surat utang negara dan saham oleh pihak asing.

Kedua, kondisi current account yang defisit karena impor yang lebih besar daripada ekspor. Ketiga, peningkatan suku bunga acuan, yang awalnya ditujukan untuk mengurangi demand dolar, akan membuat instrumen moneter menjadi semakin menarik. Keempat, penerbitan surat utang Pemerintah dengan yield yang semakin meningkat, dengan tujuan untuk menutup defisit fiskal yang ada.

Namun, diperkirakan mampu pula mengalirkan sebagian DPK perbankan ke rekening Pemerintah. Butir pertama dan kekdua berdampak pada cadangan devisa yang menurun.

Bagaimana proyeksinya sampai dengan akhir tahun?

Sampai akhir tahun diperkirakan likuiditas kemungkinan akan membaik kembali, terutama karena kondisi ekonomi kita yang masih baik, pertama pasar modal di Indonesia masih menarik [apalagi akan segera tutup buku pada akhir Desember nanti], baik terkait saham maupun SBN.

Kedua, return (yield) rupiah yang cukup tinggi dibandingkan dengan dolar, dan ketiga mulai berlakunya domestik NDF [non-deliverable forward]. Keempat, posisi Presiden Trump setelah pemilihan sela yang terlihat akan semakin mempunyai banyak tantangan dari Partai Demokrat dan juga hubungannya dengan perang dagang dengan China, diperkirakan juga akan mampu membawa dana [mengembalikan dana] dari luar negeri ke dalam negeri atau setidaknya membuat dana yang ada di dalam negeri menjadi betah.

Ke depan, perbaikan beberapa indikator seperti rating negeri ini [Investment Grade], kemudahan berbisnis [Ease of Doing Business], dan daya kompetisi [Global Competitiveness Index], diperkirakan akan membuat capital account kita semakin baik dan ini berarti pertumbuhan DPK dan kredit juga akan mengikuti.

Sejauh ini, bagaimana dampak pengetatan likuiditas terhadap perbankan?

Dampaknya bila likuiditas mengetat maka perbankan akan berlomba menaikkan suku bunga simpanan dan begitu suku bunga simpanan meningkat maka tidak lama setelah repricing, suku bunga kredit akan meningkat juga.

Bila suku bunga kredit meningkat maka selain cost bagi perusahaan semakin meningkat, juga kredit yang disalurkan akan menurun, akibatnya perekonomian akan semakin sulit bergerak atau dengan kata lain pertumbuhan ekonomi akan menurun.

Bagaimana OJK mengawasi persaingan menawarkan bunga dan penghimpunan dana? Apakah capping masih diberlakukan?

Kelihatannya perpindahan dana dari bank kecil ke bank besar lebih disebabkan karena flight to quality. Jadi, bilamana di mata masyarakat [termasuk nasabah bank] dirasakan kondisi keuangan atau ekonomi akan meresahkan atau mengkawatirkan maka umumnya mereka akan mencoba memindahkan uangnya [wealth] dengan, antara lain menempatkan pada bank-bank yang dianggap kuat dan stabil, tanpa melihat lagi suku bunga yang ada.

Jadi, perpindahan tersebut bukan karena suku bunga yang ditawarkan lebih tinggi, tetapi karena lebih merasa aman kalau disimpan di bank yang kuat dan besar.

Setiap waktu pengawas bank berkewajiban mengevaluasi perkembangan likuiditas bank, termasuk di dalamnya adalah memonitor suku bunga dari setiap bank. Apabila terjadi perubahan yang signifikan, pengawas akan berdialog dengan bank dan mencoba mencari tahu akar permasalahannya. Jadi, apabila terdapat suku bunga yang tidak wajar, pengawas akan melakukan supervisory action sehingga capping yang seperti tahun-tahun sebelumnya bukan menjadi policy yang utama.

Terakhir, bagaimana OJK menilai proyeksi likuiditas perbankan pada tahun depan, berdasarkan kondisi pada tahun ini?

Setiap bank akan selalu menjaga kondisi likuiditasnya tanpa harus diminta oleh otoritas, mengapa? karena likuiditas ibarat penyakit jantung, kalau tidak benar-benar dijaga dan dipelihara maka bila terkena penyakit tersebut maka orang tersebut langsung meninggal.

Demikian juga bank akan mengalami nasib yang sama kalau tidak menjaga likuiditasnya. Berbeda dengan NPL kredit, yang ibarat penyakit kanker, bila terkena kanker masih bisa bertahan agak lama, bahkan dengan treatment yang ada seperti kemoterapi dan lainnya bisa sembuh. Oleh karena itu, bank harus memelihara likuiditasnya benar-benar prima setiap waktu.

Bank harus bisa melihat apa kelebihan dan kekurangan mereka masing-masing, karakteristik dan behaviour nasabahnya, termasuk keinginan dan kebutuhan nasabahnya, agar bisa mempertahankan dan bahkan meningkatkan sumber dananya.

Peran treasury dalam mengelola aset dan liablitas di sini sangat penting agar bank mampu menjaga likuiditasnya. Selain itu, service dan kedekatan terhadap nasabah juga mempunyai arti yang penting bagi bank-bank dengan niche market tertentu.

Pertumbuhan kredit dan DPK sangat berkorelasi dengan kondisi perekonomian kita. Bila pertumbuhan ekonomi tahun depan lebih besar dari saat ini, diperkirakan pertumbuhan kredit dan DPK juga akan meningkat lebih besar, namun bilamana yang terjadi sebaliknya maka pertumbuhan kredit dan DPK akan menurun.

Faktor lain yang mempengaruhi adalah trade balance (neraca perdagangan, X-M) atau current account (neraca berjalan), capital account (neraca modal), dan interest rate (suku bunga) serta inflasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Viral Balon Udara Tiba-tiba Mendarat di Runway Bandara YIA

Jogja
| Sabtu, 20 April 2024, 08:17 WIB

Advertisement

alt

Kota Isfahan Bukan Hanya Pusat Nuklir Iran tetapi juga Situs Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Jum'at, 19 April 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement