Advertisement
Pembiayaan Syariah Turun, Tabungan Meningkat
Ilustrasi perbankan syariah. - Bisnis.com
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Dampak depresiasi rupiah juga dirasakan oleh Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) di Jogja. Permintaan pembiayaan turun hingga 10% sedangkan jumlah nasabah yang menabung bertambah banyak.
Ketua DPW Asbisindo DIY Edi Sunarto mengatakan menguatnya dolar terhadap rupiah yang lantas ditanggapi Bank Indonesia dengan menaikkan suku bunga acuan tak berdampak langsung pada BPRS yang notabene menetapkan sistem yang berbeda. Menurutnya kenaikan tingkat suku bunga acuan hanya akan berpengaruh pada lembaga perbankan konvesional. Sedangkan BPRS yang menerapkan sistem bagi hasil tak akan banyak terpengaruh. "Kita tak tergantung pada Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) jadi memang tak terlalu berpengaruh. Meski di pasar perbankan jadi acuan, tak berlaku pada BPRS," katanya kepada Harian Jogja, Kamis (27/9).
Advertisement
Namun demikian Edi tak menampik imbas sentimen negatif terhadap kondisi perekonomian secara tak langsung juga terjadi pada BPRS. Hal itu dapat diamati dari permintaan pembiayaan yang berkurang sebulan terakhir ini. Jika dihitung rata-rata, menurutnya penurunan permintaan pembiayaan tersebut sudah mencapai 10%. Pihaknya juga mengamati ada penambahan jumlah kolektif nasabah yang menabung uangnya, lebih banyak dibandingkan mereka yang mengajukan kredit.
Edi menganalisis hal itu dikarenakan masyarakat lebih memilih mengamankan aset mereka. Sedangkan mereka yang butuh uang, memilih untuk sedikit menahan kebutuhan tersebut untuk beberapa waktu ke depan sampai perekonomian kembali stabil. "Itu hal lumrah. Orang biasanya akan wait and see dulu sebelum mengajukan pembiayaan," imbuhnya.
BACA JUGA
Edi mengklaim banyaknya nasabah yang lantas memilih untuk mengamankan asetnya di BPRS berarti lembaga keuangan syariah memang masih jadi rujukan. Di tengah perekonomian global yang tidak stabil, masyarakat menaruh harap pada sistem syariah. Oleh sebab itu, pihaknya menyebut dana yang berhasil dikumpulkan dari tabungan nasabah tersebut lantas dialokasikan pada sektor-sektor kreatif yang diprediksi akan terus berkembang baik.
Tindakan-tindakan mengamankan aset tak hanya dilakukan masyarakat dengan menabung tetapi juga investasi. Salah satunya investasi pada emas yang dianggap zero inflasi dan nilainya relatif stabil.
Pimpinan Cabang PT Pegadaian Lempuyangan Haris Ma’wa mengakui hampir setiap hari ada masyarakat yang datang ke pegadaian untuk berinvestasi emas. Tak hanya satu dua orang saja, jika dihitung rata-rata jumlahnya mencapai lima orang per hari. Padahal sebelumnya Haris menyebut dalam satu minggu, hanya satu hingga dua orang yang datang untuk berinvestasi emas. "Situasi yang tak pasti sampai kapan akan terjadi ini, mendorong masyarakat untuk melirik intrumen yang aman atau bahkan zero inflasi salah satunya emas," ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Upah Minimum Naik, Industri Tekstil Waspadai PHK dan Otomatisasi
- Harga Emas Antam Naik Rp11.000, Kini Rp2.502.000 per Gram
- KSPI Perkirakan Kenaikan UMP 2026 Hanya 4-6 Persen
- Penundaan Cukai Minuman Berpemanis dalam Kemasan Dinilai Tepat
- Promo Libur Nataru Pertamina: BBM, Bright Gas, dan Hotel Patra Jasa
Advertisement
Advertisement
9 Desa Wisata Pilihan untuk Liburan Akhir Tahun di Indonesia
Advertisement
Berita Populer
- Upah Minimum Naik, Industri Tekstil Waspadai PHK dan Otomatisasi
- BI Optimistis Pertumbuhan Kredit 2025 Tembus 8 Persen
- Bulog Salurkan 35 Persen Minyakita Langsung ke Pengecer
- Harga Emas Naik, UBS dan Galeri24 Kompak Melonjak
- Harga Emas UBS & Galeri24 Naik, Simak Update 23 Desember
- Kadin DIY Galang Dana dan Magang untuk Korban Banjir Sumatera
Advertisement
Advertisement




