Gaya Hidup Milenial Berubah, Ini Saran untuk Perusahaan Pembiayaan
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Perusahaan pembiayaan didorong mulai menyalurkan dana tunai agar dapat menopang bisnis pembiayaan kendaraan yang melambat. Situasi ini diperlukan karena gaya hidup lima tahun yang lalu hingga sekarang mengalami perubahan signifikan.
Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno mengatakan telah terjadi perubahan perilaku konsumen, terutama pada kalangan milenial. Golongan ini telah masuk usia produktif, tetapi tidak lagi menjadikan kendaraan bermotor sebagai kebutuhan utama. Kebanyakan dari mereka lebih suka memanfaatkan sarana transportasi online.
Advertisement
Hal itu, dia temukan dalam konferensi skala internasional antara perusahaan pembiayaan di Bangkok, Thailand beberapa waktu yang lalu. Di Thailand, pembiayaan otomotif turun sebesar 6% secara tahunan, tetapi pembiayaan dana tunai terus menunjukkan pertumbuhan. Sementara itu, di Eropa, pembiayaan otomotif terbesar masih dipegang oleh Jerman 60%, sisanya pembiayaan terbesar justru berasal dari dana tunai.
“Saya harap kita semua sebagai pelaku usaha pembiayaan dapat melihat ini. Kalau kita hanya biasa-biasa saja menghadapi ini, suatu saat portofolio kita bisa hilang apalagi fokus konsentrasi kita hanya di pembiayaan yang tidak kemana-mana yaitu, otomotif dan alat berat,” katanya kepada Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI), dalam sosialisasi APPI pekan lalu.
Padahal, lanjutnya, POJK yang baru (POJK No.35/2018 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan) telah memperluas kegiatan usaha multifinance, terutama untuk pembiayaan modal kerja berupa fasilitas modal kerja atau fasilitas dana. Hal itu juga sejalan dengan upaya OJK untuk mendorong pembiayaan produktif.
Sebenarnya hampir seluruh perusahaan sudah masuk ke pembiayaan produktif, tetapi tidak mau disiplin dalam melakukan sub klasifikasi. Klasifikasi yang dilakukan sebatas pembiayaan investasi, modal kerja, dan multiguna. “Tolong kita disiplin dalam melakukan subklasifikasi tersebut. Kalau disiplin, kita bisa melakukan penggolongan sektor mana yang bisa dekat dengan industri tersebut, misalnya ekonomi kreatif dan pariwisata,” tuturnya.
Berdasarkan data OJK, piutang pembiayaan untuk barang produktif mencapai Rp123,05 triliun per Juli 2019, tumbuh sebesar 5,84% (year on year). Dalam periode yang sama, piutang pembiayaan barang konsumtif mencapai Rp311,19 triliun, tumbuh 4,74% (yoy). Artinya, kendati penyaluran pembiayaan konsumtif masih lebih besar nilainya, tetapi pembiayaan produktif lebih besar pertumbuhannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Ribuan Orang Teken Petisi Tolak PPN 12 Persen
- Harga Emas Antam Hari Ini 20 November Naik Signifikan, Rp1.498 Juta per Gram
- Garuda Indonesia Dukung Rencana Pemerintah Turunkan Harga Tiket Pesawat
- Dampak Aksi Boikot 47 Gerai KFC Tutup, 17 Restoran Pizza Hut Berhenti Beroperasi
- Harga Emas Antam Hari Ini 18 November 2024 Naik Signifikan, Rp1.476 Juta per Gram.
Advertisement
Festival Sastra Yogyakarta 2024: Siaga Hadapi Perubahan Dunia Sastra
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Imbas PPN 12 Persen Harga Rumah Diproyeksi Bakal Naik
- Maksimalkan Kunjungan Wisata Saat Natal dan Tahun Baru, Ini Strategi Kementerian Pariwisata
- Shell Dikabarkan Bakal Menutup SPBU di Indonesia, Ini Kata Manajemen Perusahaan
- Kisah Riski Usada Membuka Jasa Penitipan Barang di Jogja
- Harga Emas Antam Hari Ini 25 November 2024 Turun Tipis, Rp1.539 Juta per Gram
- REI DIY Sebut Kenaikan PPN 12% Bisa Bikin Penjualan Properti Lesu
- Tingkatkan Sinergi, Bank BPD DIY Ajak Mitra Gowes Bareng
Advertisement
Advertisement