Advertisement
OWNER COKLAT NDALEM: Telaten Kembangkan Potensi Lokal yang Berdampak Sosial

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Berawal dari kegemaran makan cokelat, Meika Hazim bersama suaminya Wednes Aria Yuda mengembangkan bisnis cokelat, dengan merek Cokelat nDalem. Melalui ruang usaha tersebut, pasangan ini tidak hanya memanfaatkan potensi lokal tetapi juga bagaimana caranya bisa berdampak sosial.
Meika bersama suaminya mulai meluncurkan Cokelat nDalem mulai 1 Maret 2013. Jauh sebelum memulai berbisnis, dia pernah menjajal peruntungan sebagai penyiar TVRI Jogja; mantan public relations di sebuah studio animasi terbesar di Indonesia, Infinite Frameworks Batam; mantan penyiar radio KEI FM Batam hingga berbagai karier lain. Pada satu titik, dia pun memutuskan untuk mengembangkan bisnis cokelat, bersama suaminya. Kebetulang sang suami lulusan Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM). Modal pas sudah untuk mengeksplorasi cokelat sehingga bisa tampil beda.
Advertisement
“Awalnya ya suka makan cokelat mulu dulu, salah satu pilihan bikin usaha. Akhirnya ke cokelat setelah menikah. Memang pilihan hidup usaha sama suami. Suami kan juga lulusan teknologi pangan saya ekonomi,” kata perempuan yang memiliki hobi travelling itu, Senin (25/11).
Tiga Merek
Seiring berjalannya waktu, usaha mereka pun semakin berkembang. Kini tiga brand setidaknya sudah dimiliki. Pertama nDalem Cokelat sendiri yang secara konsep membawa cita rasa dan cerita Indonesia.
Kedua adalah BoenBeans dengan konsep chocolate social impacts. Konsep tersebut diangkat karena mengolahnya dari biji sampai menjadi cokelat bar dengan menggandeng petani di Gunungkidul. Ketiga yaitu Oui, yang diambil dari bahasa Prancis. Ada enam rasa yang tersedia dengan basic white chocolate, disiapkan sebagai camilan.
Semua merek, kata dia, memang dibuat untuk menarget segmen berbeda. NDalem untuk oleh-oleh, BoenBeans cokelat sehat rendah gula, kemudian Oui lebih ke camilan.
“Kalau kesulitan pada saat distribusi, karena harus hati-hatikan. Punya treatment khusus agar tidak meleleh. Penjualan kalau yang oleh-oleh kan tergantung wisatawan juga, kalau pas ramai ya ramai, kalau sepi wisatawan ya sepi,” ucap perempuan kelahiran Jogja, 18 Mei 1982 itu.
Menurut dia, dalam mengembangkan usaha selama tujuh tahun ini, sebenarnya tidak ada hal khusus, terpenting menurutnya hanya perlu ketelatenan. “Tantangan akan terus ada jadi, ya konsisten dan telaten aja,” ujarnya.
Ia berharap bisa konsisten di industri ini sehingga bisa menangkap karakter cokelat Indonesia. “Bisa terus berkembang dan menjadi salah satu keunikan cokelat Indonesia,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- KAI Kommuter Daop 6 Jogja Beri Apresiasi Pelanggan Setia
- Penyaluran Beras SPHP di Ritel Modern Segera Dimasifkan
- Anggaran Kementerian Kelautan dan Perikanan Naik Rp3,6 Triliun
- Pelaku Wisata Hingga Properti Sambut Baik Rencana Kucuran Stimulus Ekonomi
- Menteri Pertanian Tegaskan Tidak Ada Kelangkaan Beras
Advertisement

Jadwal Bus DAMRI ke Bandara YIA, dari Jogja, Purworejo dan Kebumen, 5 September 2025
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Cek Harga Emas Hari Ini, Antam, UBS dan Galeri24 Kompak Naik
- Harga Cabai Rawit dan Bawang Merah Turun, Kamis 4 September 2025
- PMK Sudah Terbit, Koperasi Merah Putih Bisa Pinjam Duit ke Himbara
- Peringati Hari Pelanggan, Pegadaian Kanwil XI Semarang Bagi-Bagi Emas
- 147 Ribu Orang Gunakan Kereta Api di Libur Panjang Maulid Nabi
- Per Juli 2025, Penyaluran Kredit Perbankan Tumbuh 7,03 Persen
- KAI Kommuter Daop 6 Jogja Beri Apresiasi Pelanggan Setia
Advertisement
Advertisement