Advertisement
VICE PRESIDENT PEGADAIAN AREA JOGJA : Terapkan Strategi yang Tepat
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Mushonif sudah sejak 2017 menjalankan tugasnya sebagai Vice President PT Pegadaian (Persero) Kantor Area Yogyakarta. Menurutnya, untuk menjadi pemimpin yang baik, tidak cukup hanya bisa memberikan perintah secara top down. Seorang pemimpin juga harus memahami karakter anak buahnya sehingga bisa menerapkan strategi yang tepat untuk bersama-sama mengembangkan Pegadaian.
Mushonif mulai bergabung dengan PT Pegadaian pada 1990 setelah lulus dari pendidikan di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN). Saat pertama bergabung ia bertugas sebagai juru taksir (penaksir) untuk menilai agunan. Pertama kali ia ditempatkan di Sulawesi Utara. Enam tahun bertugas di Sulut, Mushonif dipindahkan ke Pegadaian di Lempuyangan, Jogja masih sebagai penaksir. Setelah 1,5 tahun atau pada awal 1998 dia kembali dipindah ke Banjarnegara untuk menjadi PLH Pemimpin Cabang.
Advertisement
"Setelah dua tahun, saya kembali ke DIY ditempatkan di Godean, Sleman. Kemudian pada 2002 saya kembali ke Sulawesi di Kantor Wilayah. Di Sulawesi saya pernah menjadi asisten di human resource, asisten operasional. Kemudian pada 2011 pindah ke cabang Sentul, Jogja sebagai pemimpin cabang," ujar dia kepada Harian Jogja ketika ditemui di kantornya di Jl Gadean, Ngupasan, Jogja, Senin (23/12).
Satu tahun kemudian ia pindah tugas ke Jepara sebagai pemimpin cabang dengan grade yang meningkat karena menangani cabang kelas satu. Ia kemudian pindah ke Banyumanik, Semarang selama setengah tahun. Kemudian, ia pindah ke kantor wilayah sebagai Deputi Bisnis. Setelah dua tahun, ia pindah ke Pati pada 2015. "Kemudian, pada 2017 pindah ke DIY sebagai Deputi Bisnis yang sekarang namanya Vice President. Wilayah DIY ini selain kawasan kabupaten dan kota di DIY juga menangani dua kabupaten di Jawa Tengah yakni Magelang dan Purworejo," kata dia.
Bawa Perubahan
Ia mengungkapkan ingin masuk Pegadaian karena merasa tertantang untuk membawa perubahan di tubuh Pegadaian. Kala itu, di tubuh Pegadaian masih banyak pegawai yang tua dan segera pensiun. Dengan bergabungnya pegawai muda diharapkan membawa semangat baru dan membawa perubahan.
"Benar saja, tantangannya luar biasa mulai dari sisi pola pikir dan budaya sangat berbeda. Dahulu masih kental budaya feodal dan komunikasi dengan atasan hanya top down. Tidak ada feedback dari bawahan dan bawahan takut berpendapat. Tetapi, memang disiplin dan integritasnya tinggi," kata pria asli Madiun ini.
Hal itu sangat berbeda dengan era saat ini yang lebih terbuka, komunikasi dengan atasan lebih dua arah, dan bawahan berani mengemukakan pendapat. "Untuk mengelola perusahaan dengan budaya yang berbeda-beda, harus ada strategi yang pas. Saya harus bisa memetakan karakteristik anak buah agar bisa menerapkan strategi yang tepat. Di sini masih ada pegawai yang kental dengan budaya feodal dan ada juga yang milenial. Ini berbeda sekali," kata dia.
Ia mengatakan untuk karyawan dengan budaya feodal ia tak segan untuk duduk bersama dan memberikan tantangan untuk maju. Para karyawan diberikan pelatihan, arahan dan diajak untuk diskusi mengenai potensi pasar di masing-masing cabang yang ditangani. "Akhirnya mereka bisa ngomong dan memetakan potensinya. Memang harus pelan-pelan. Kalau yang zaman sekarang kami challenge juga misalnya dengan lomba. Mereka semangat kalau ada kompetisi. Mereka senang untuk aktualisasi diri. Jadi, harus tahu karakternya," tutur dia.
Agar berkembang, Pegadaian perlu mengikuti perkembangan zaman termasuk digitalisasi. Pegadaian pun memiliki platform digital berupa aplikasi Pegadaian Digital yang memiliki fitur antara lain gadai online, gadai tabungan emas, pengajuan pembiayaan usaha online, pembukaan baru rekening tabungan emas Pegadaian, pembelian atau top up tabungan emas Pegadaian, pembayaran transaksi gadai, dan fitur-fitur lainnya. "Kami harus bisa mengakomodasi kebutuhan masyarakat. Kami harus bisa memetakan apa yang dibutuhkan saat ini. Apalagi sekarang eranya digital. Kami juga sedang gencar promosi Tabungan Emas di mana masyarakat bisa menabung mulai dari 1/100 gram emas," kata dia.
Ia menjelaskan Tabungan Emas dibuat untuk mengakomodasi masyarakat yang tidak mampu membeli emas dalam jumlah besar. Masyarakat bisa menabung mulai dari 1/100 gram dari harga emas saat menabung. "Tentu ini memudahkan masyarakat terutama masyarakat kecil. Dengan uang Rp7.200 sudah bisa menabung emas. Selain itu, mereka juga jadi melek investasi emas. Kalau menabung emas melalui Tabungan Emas, lebih aman dan tidak perlu khawatir emasnya hilang," jelas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Wajib Daftar di Aplikasi PINTAR, Penukaran Uang Baru untuk Lebaran Dibatasi Rp4 Juta per Orang
- Menparekraf Sandiaga Uno Mengklaim Kenaikan PPN 12 Persen Tidak Timbulkan Gejolak
- Kini Kereta Ekonomi Gerbong dan Kursinya Generasi Baru, Resmi Beroperasi Mulai Kemarin
- Kemendag Segel SPBU Rest Area KM 42 Jakarta-Cikampek
- Bea Cukai Bikin Aturan Baru, Penumpang Pesawat ke Luar Negeri Wajib Lapor Isi Koper Dulu
Advertisement
Mudik Lebaran, Gunungkidul Bakal Dijejali 154.000 Kendaraan
Advertisement
Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII
Advertisement
Berita Populer
- Ramadan dan Lebaran, Telkomsel Prediksikan Kenaikan Traffic 15%
- Dukung Difa Bike, EIGER Serahkan 4 Motor Listrik Modifikasi
- Menparekraf Sandiaga Uno Mengklaim Kenaikan PPN 12 Persen Tidak Timbulkan Gejolak
- Literasi Keuangan, Edukasi Penting Tekan Angka Kasus Finansial
- THE RICH JOGJA: Hotel Semua Kalangan dengan Promo Seru Setiap Bulan
- Kelompok Wanita Tani Mentari Sleman, Pemberdayaan Ekonomi Bermula dari Hobi
- MBPI DIY Minta Pengusaha Bayarkan THR untuk PRT, Ojol, dan Buruh yang Dirumahkan
Advertisement
Advertisement