Advertisement
TPID DIY Targetkan Inflasi 2020 3%±1%

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) DIY berhasil menjaga laju inflasi selama 2019 yakni sebesar 2,77% (year on year/yoy) yang masih pada sasaran yang ditetapkan yakni 3,5%±1%. Target inflasi pada 2020 pun lebih kecil dari target 2019 yakni 3%±1%.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia DIY Hilman Tisnawan yang juga sebagai Wakil Ketua TPID DIY menyebutkan upaya pengendalian inflasi yang dilakukan Pemda DIY melalui TPID semakin solid. Pihaknya pun berharap stabilitas harga di DIY semakin baik sehingga TPID DIY menargetkan inflasi untuk turun 0,5%. "Tentu saja target ini merupakan target yang berat yang harus dicapai secara sungguh-sungguh. Kami yakin para OPD [organisasi perangkat daerah] di DIY saat ini sudah semakin kompak, bersinergi, dan memahami tugas masing-masing sesuai apa yang diarahkan Bapak Gubernur DIY selaku Ketua TPID DIY," kata dia ketika dihubungi Harian Jogja, Jumat (3/1).
Advertisement
Ia menyebutkan pada 2020, sasaran inflasi secara nasional mengalami penurunan menjadi 3%±1% (yoy). Bank Indonesia DIY memperkirakan inflasi DIY 2020 akan berada pada titik tengah sasaran. Untuk mencapai sasaran tersebut, Bank Indonesia bersama TPID DIY berkomitmen untuk terus memantau perkembangan harga dan kecukupan stok pangan serta meningkatkan sinergi dan koordinasi antarlembaga sebagai upaya agar stabilisasi harga dapat terus terjaga.
Ia menyebutkan pada pengujung 2019, Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) DIY tetap terkendali, dengan inflasi 0,46% (month to month/mtm). Inflasi yang terjadi pada Desember 2019 terutama disebabkan peningkatan tekanan inflasi pada kelompok harga bergejolak (volatile food) dan harga yang diatur pemerintah (administered prices). Di sisi lain, tekanan inflasi inti (core inflation) terus menurun dibandingkan bulan sebelumnya. Dengan realisasi tersebut, laju inflasi DIY sepanjang 2019 tercatat 2,77% (yoy), sedikit lebih tinggi dibanding inflasi nasional, yaitu 2,72% (yoy). Meskipun demikian, inflasi DIY masih berada pada sasaran yang ditetapkan, yakni 3,5%±1% (yoy).
Inflasi volatile food mampu terjaga sebesar 3,86% (yoy) di bawah sasarannya sebesar 4±1% (yoy), mencerminkan keberhasilan upaya yang dilakukan oleh TPID DIY (lihat grafis). Tekanan pada komponen inflasi inti tercatat 0,12% (mtm), turun bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Faktor utama rendahnya inflasi kelompok inti disebabkan oleh penurunan harga emas perhiasan sebesar -0,99% (mtm), seiring dengan turunnya harga emas global. "Potensi berakhirnya perang dagang dan mulai membaiknya ekonomi global mendorong aktivitas investasi, sehingga permintaan pada komoditas emas cenderung berkurang," kata dia.
Bahan Pangan
Di sisi lain, komponen volatile food masih tetap terjaga meskipun angka bulanan sedikit meningkat dibandingkan dengan level inflasi bulan sebelumnya. Inflasi volatile food tercatat sebesar 1,25% (mtm) pada Desember 2019, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,87% (mtm). Tekanan ini terutama disebabkan peningkatan harga komoditas bawang merah, telur ayam ras, dan beras masing-masing 24,2% (mtm), 13,22% (mtm), dan 0,70% (mtm).
Berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), harga bawang merah cenderung meningkat, menyentuh angka Rp34.400/kilogram (kg), seiring dengan pasokan di pasar yang cenderung turun akibat musim hujan dan mayoritas sentra produksi yang masih dalam masa tanam. "Sementara itu, harga komoditas telur ayam ras dan beras di Jogja meningkat sejalan dengan tingginya kebutuhan pada saat perayaan hari besar keagamaan dan tahun baru," ujar dia.
Tekanan pada komponen administered price meningkat menjadi 0,90% (mtm). Tekanan harga bersumber dari lonjakan permintaan kelompok transportasi yang terjadi sesuai siklusnya saat peak season seiring dengan musim liburan. Lonjakan permintaan tersebut menyebabkan kenaikan harga tarif angkutan udara yakni 4,89% (mtm) dan kereta api 12,50 (mtm).
Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) DIY Yanto Apriyanto mengakui harga bawang merah pada Desember cukup tinggi. Selain itu permintaan cukup tinggi karena Jogja merupakan tujuan wisata di mana pada akhir tahun banyak wisatawan yang berkunjung. "Untuk bawang merah memang harga di Desember cukup tinggi dan fluktuatif harganya. Hal ini karena pada Desember memasuki musim tanam, pengaruh cuaca, serta permintaan konsumen cukup tinggi masa liburan Natal dan Tahun Baru liburan sekolah dan banyak perhelatan," jelas dia.
Upaya TPID DIY Mengendalikan Inflasi selama 2019
- Optimalisasi Segoro Amarto sebagai reference store.
- Aktivasi pasar lelang produk-produk pertanian.
- Penguatan kelembagaan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dalam mengembangkan usaha pangan masyarakat.
Sumber: wawancara
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Masuk Indonesia, Minuman Beralkohol dan Daging Babi Asal Amerika Serikat Tetap Kena Tarif Impor
- Ribut-Ribut Beras Oplosan, Kemendag Minta Produsen Tarik Beras dari Peredaran
- 10 Besar Produk Ekspor Nonmigas AS ke Indonesia yang Kini Dipatok Tarif 0 Persen
- Harga Emas Galeri24 dan UBS di Pegadaian Hari Ini, Mulai Rp996.000
- Bersiap Impor Minyak dari Amerika Serikat, Pertamina Minta Dukungan Aturan dari Pemerintah
Advertisement

Nelayan KulonprogoButuh SPBU Khusus untuk Meringankan Ongkos Produksi
Advertisement

Taman Kyai Langgeng Magelang Kini Sediakan Wisata Jeep untuk Berpetualang
Advertisement
Berita Populer
- Harga Emas Galeri24 dan UBS di Pegadaian Hari Ini, Mulai Rp996.000
- 10 Besar Produk Ekspor Nonmigas AS ke Indonesia yang Kini Dipatok Tarif 0 Persen
- Konsumsi Pertalite di Jawa Tengah dan DIY Turun 6 Persen
- Ribut-Ribut Beras Oplosan, Kemendag Minta Produsen Tarik Beras dari Peredaran
- Masuk Indonesia, Minuman Beralkohol dan Daging Babi Asal Amerika Serikat Tetap Kena Tarif Impor
- eL Hotel Yogyakarta - Malioboro Raih Penghargaan The Top 10% of Hotels Worldwide dalam Tripadvisor Travelers Choice Award 2025
Advertisement
Advertisement