Advertisement
Jelang Ramadan, Harga Pangan Rawan Terkerek

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Jaminan pasokan pangan menjadi segelintir pekerjaan rumah yang harus diantisipasi pemerintah. Apalagi menjelang Ramadan ditambah tekanan Covid-19 diperkirakan belum akan reda dalam sebulan ke depan.
Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Iindef) Enny Sri Hartati memperkirakan permintaan akan kebutuhan pangan pokok berpotensi tak meningkat sebagaimana kondisi normal mengingat mobilitas masyarakat yang terbatas kala pandemi. Kendati demikian, dia tetap memperingatkan adanya potensi harga pangan yang terkerek lantaran rantai pasok yang terdisruspsi.
Advertisement
"Dari intensitas konsumsi sebenarnya berkurang karena puasa, tetapi pemicu kenaikan konsumsi kala Ramadan adalah hal-hal yang sifatnya kultural seperti buka bersama dan pengajian. Dengan adanya imbauan untuk physical distancing, potensi dorongan permintaan relatif kecil," kata Enny kepada Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI), Kamis (26/3).
Namun berbagai imbauan untuk mengurangi mobilitas tersebut secara bersamaan akan meningkatkan permintaan dengan memanfaatkan jasa logistik. Dalam hal ini, Enny menilai keberhasilan mitigasi keamanan pasokan pangan akan diukur dari seberapa baik harga dapat dijaga di level stabil.
"Mitigasi pasokan pangan akan terlihat keberhasilannya jika harganya bisa dikendalikan. Dalam hal ini biaya distribusi akan memainkan peran besar. Sekalipun pasokan memadai, tentu ada biaya untuk logistik yang bertambah karena ini berbeda dengan kondisi normal," kata Enny.
Pada konferensi pers dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono mengemukakan pasokan, distribusi, stabilitas harga, dan ketersediaan menjadi sejumlah aspek yang bakal diperhatikan untuk menjamin pangan bagi masyarakat.
Dalam hal distribusi, dia menyebutkan Pemerintah Pusat terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah mengingat luasnya wilayah Indonesia yang harus dicakup. Kepala daerah pun diminta menjamin kelancaran distribusi pangan ke daerah-daerah yang dipimpin.
Berdasarkan catatan Enny, terdapat tiga komoditas pangan yang perlu dijamin ketersediaan dan pasokannya karena rawan gejolak yakni daging sapi/kerbau, gula, dan bawang putih. Sampai saat ini, sebagian pasokan untuk komoditas tersebut banyak didukung oleh pengadaan luar negeri.
Untuk daging sapi/kerbau misalnya, Kementerian Pertanian mengestimasi kebutuhan pada April dan Mei yang bertepatan dengan momen Ramadan dan Idulfitri, masing-masing mencapai 61.818 ton dan 66.689 ton, naik dari kebutuhan rata-rata pada bulan lain yang berkisar di angka 58.707 ton.
Jangan Kalap
Berdasarkan isi surat pemberitahuan Satgas Pangan yang merujuk sejumlah aturan disebutkan masyarakat telah memaklumi dan memahami kondisi yang diakibatkan virus Corona. Kondisi ini dinilai tak perlu dihadapi dengan pembatasan terhadap pembelian bapokting dan komoditas lainnya. Selanjutnya mekanisme setiap transaksi pembelian diserahkan kepada para pelaku usaha.
Kepala Bidang Perdagangan dalam Negeri, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) DIY, Yanto Aprianto membenarkan sudah tidak ada pembatasan dengan adanya surat dari Satgas Pangan. Imbauan membeli kebutuhan pokok sewajarnya pun telah dilakukan. “Sudah melalui Kabupaten/ Kota [himbauan membeli kebutuhan pokok secukupnya],” kata Yanto, Kamis (26/3).
Head of Corporate Affairs & Sustainability Super Indo, D. Yuvlinda Susanta mengatakan terkait dengan adanya kebijakan pembatasan atau tidak, pihaknya mengikuti kebijakan dan arahan dari pemerintah. “Namun, kami juga melakukan edukasi kepada pelanggan agar tidak berbelanja secara berlebihan. Tentunya ini dapat berjalan dengan maksimal jika mendapat dukungan serupa dari pelanggan kami guna memastikan pelanggan lain dapat tercukupi setiap kebutuhannya,” ucapnya.
Mengenai stok, kata dia, pihaknya berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan dan berkoordinasi dengan penyuplai sehingga stok dan kebutuhan dapat terpenuhi sekarang atau nanti.
Situasi yang saat ini terjadi adalah masyarakat berbelanja di supermarket untuk kebutuhan pokok rumah tangga. Barang-barang lain yang juga banyak diminati saat ini adalah produk-produk kebersihan termasuk hand sanitizer dan sabun cuci tangan. “Gula termasuk barang yang cukup diminati saat ini. Pemerintah juga sudah mengambil langkah strategis untuk menghadapi situasi ini. Tentunya, kami secara intensif juga berkoordinasi dengan penyuplai kami untuk memenuhi kebutuhan tersebut dan melayani pelanggan lebih baik lagi,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Semarakkan Solo Raya Great Sale 2025, Ada Diskon Tarif Kereta Api 10 Persen, Ini Daftarnya
- Penuhi Syarat Keselamatan Terbang, Garuda Indonesia Buka Lagi Rute Jakarta-Doha
- Kecurangan Beras Rugikan Konsumen Rp99,35 Triliun harus Ditindak
- Harga Bawang Merah Masih Tinggi di Level Rp42.528 per Kilogram
- Shopee Tambah Beban Baru Biaya Transaksi untuk Seller
Advertisement
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Ini Daftar Tarif Listrik PLN Mulai 1 Juli 2025
- Barsa City Yogyakarta Resmikan HQ dan Unit Baru Tipe Studio
- Harga Emas Antam Hari Ini 30 Juni 2025 Turun Drastis, Rp1,88 Juta per Gram
- 30.000 Pekerja Terkena PHK hingga Juni 2025, Begini Langkah Pemerintah
- Hingga Mei 2025, Realisasi Belanja APBN di DIY Mencapai Rp7,26 Triliun
- Harga Bawang Merah dan Cabai Hari Ini 30 Juni 2024 Turun
- Permudah Perizinan Usaha, Pemerintah Terbitkan PP 28/2025 dan Wajibkan Semua K/L Masuk OSS-RBA
Advertisement
Advertisement