Advertisement
Pemulihan Iklim Usaha di DIY Dinilai Berat Meski New Normal
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Pengusaha di DIY menilai iklim dunia usaha masih berat, meski nantinya diberlakukan New Normal.
Ketua Asosiasi Pengusaha Nasional (Apnas) DIY, Mirwan Syamsudin Syukur mengatakan dengan kondisi Covid-19 yang masih berlangsung dibanyak negara, membuat dunia usaha sulit untuk mulai berjalan lagi.
Advertisement
“Teman-teman yang siap ekspor juga kesulitan, kendala masih banyak. Jika dilaksanakan new normal itu tidak sederhana juga. Sekarang yang terjadi kan saling curiga, atau khawatir. Terlebih Indonesia dilihat negara lain tidak serius menangani Covid-19. Ada kekhawatiran produk kami membawa virus.” ujar Mirwan, Kamis (28/5).
Dia juga melihat dari Pemerintah Pusat belum begitu serius memulihkan dunia usaha. Langkah-langkah yang diambil pemerintah dengan wacana New Normal, lebih dilihatnya sebagai sebuah sugesti agar para pengusaha tetap bergarih menjalankan bisnisnya. “Kami kan harapannya langkah yang pasti, tidak hanya penyegaran didalam keletihan dunia usaha,” katanya.
Problem lainnya menurut Mirwan, jika para pengusaha akan menjangkau pasar dalam negeri pun, daya beli masyarakat masih rendah. Terlebih pembatasan-pembatasan yang ada, untuk keluar masuk daerah lain juga menjadi kendala, sehingga dikhawatirkan tidak akan berjalan baik, aktivitas pengusaha nanti.
Mirwan mengatakan untuk kembali menjalankan iklim usaha, pemerintah dapat melakukan sejumlah langkah. Mulai dari memastikan bahwa sudah tidak ada lagi penyebaran Covid-19, atau tidak ada lagi pembatasan-pembatasan baik di dalam negeri maupun di luar. Tidak berjalannya dunia usaha dalam beberapa bulan terakhir juga menganggu permodalan pengusaha, sehingga mereka mengharapkan adanya kemudahan akses permodalan.
“Untuk mengembalikan dunia usaha beraktivitas normal lagi ya dipermudah akses permodalan. Kemudian aktivitas para pengusaha untuk keluar masuk daerah lain juga dipermudah, sekarang kan sulit,” ucapnya.
Kesadaran Masyarakat
Rektor Universitas Widya Mataram Yogyakarta, yang juga merupakan pengamat ekonomi, Edy Suandi Hamid mengatakan untuk menghidupkan kembali ekonomi dalam kondisi sekarang ini, perlu diperhitungkan juga risiko yang mungkin muncul.
“Memang harus diperhitungkan matang-matang dan bertahap, ini bisa saja social cost-nya mahal. Ketika ingin ekonomi bergerak, kan tidak tahu juga semisal ada gelombang kedua. Ini harus diantisipasi, sekarang ini masyarakat harus menyadari keselamatannya sendiri,” ucap Edy.
Kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan, mematuhi aturan physical distancing, menggunakan masker menurutnya menjadi kunci agar New Normal berjalan, dan ekonomi dapat bergerak lagi. Meski dikatakannya belum dapat bergerak secara normal. “Belum akan bergerak normal, tetapi setidaknya tidak semakin terpuruk,” ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Kadin DIY: Pelemahan Rupiah Dongkrak Ekspor Bagi yang Bahan Bakunya Lokal
- Pakar UGM Sebut Anjloknya Rupiah karena Faktor Global
- Menparekraf: Pulau Bali Belum Overtourism tapi Bali Selatan Terlihat Padat
- Satgas Pemberantasan Keuangan Ilegal Blokir 585 Situs Pinjol Ilegal
- Melemahnya Rupiah Tidak Lantas Mendorong Naiknya Kunjungan Wisman ke DIY
Advertisement
Tingkatkan Daya Saing, Pemkot Jogja Dorong Sertifikasi dan Legalitas Produk UMKM
Advertisement
Kota Isfahan Bukan Hanya Pusat Nuklir Iran tetapi juga Situs Warisan Budaya Dunia
Advertisement
Berita Populer
- Usai Libur Lebaran, Harga Cabai, Daging, Bawang Merah dan Gula Kompak Naik
- INNSiDE Yogyakarta Umumkan Pemenang Grand Prize Bu Iin
- Antisipasi Perang Iran Israel, Program Gas Murah Bakal Dilanjutkan
- PT KAI Sebut KA Joglosemarkerto Jadi Favorit saat Libur Lebaran
- Nilai Tukar Rupiah Remuk, Ini Langkah Menteri Keuangan Sri Mulyani Selamatkan Ekonomi
- Menparekraf: Pulau Bali Belum Overtourism tapi Bali Selatan Terlihat Padat
- Mark Zuckerberg Jadi Orang Terkaya Ke-3 di Dunia, Kalahkan Elon Musk
Advertisement
Advertisement