Advertisement
UMKM Perlu Ganti Model Penjualan
Ketua Kelompok Penenun Eboon Lombok Tengah selaku pembina pelatihan Mariani Merdjun (kanan) mendampingi warga penghuni rumah susun saat kegiatan pelatihan menenun motif ikon Jakarta di Rumah Susun Jatinegara Barat, Jakarta, Rabu (6/11). - BISNIS.COM
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA — Salah satu penyebab menurunnya penjualan UMKM karena terjadinya perubahan pola perilaku konsumsi pasar terhadap konsumen. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Pengembangan UKM dan Koperasi Bappenas, Ahmad Dading Gunadi.
"Dampak Covid-19 [mempengaruhi pola perilaku konsumen] terhadap perubahan pasar UMKM jadi aktivitas berkurang. Masyarakat banyak dirumah sehingga [umkm] harus ganti model dengan sistem delivery dengan langsung ke konsumen tidak lagi berkumpul di suatu tempat," katanya lewat diskusi daring, Rabu (3/6/2020).
Advertisement
Menurutnya, UMKM tidak perlu goyah karena pola konsumsi berubah. Dia menyebutkan selalu ada peluang dari tiap perubahan, salah satunya dengan mengubah model bisnis, seperti beralih ke daring
“Jadi harus melihat peluang pasar ada pergerakan UMKM yang meningkat di barang pokok terkait dengan makanan frozen, makanan kering itu yang meningkat atau yang delivery langsung itu yang jelas akan meningkat," ujarnya.
Dia mengatakan bahwa hampir seluruh penjualan dilakukan UMKM mengalami penurunan. Hal ini tercermin jika melihat dari survei dilakukan oleh Asosiasi Business Development Sevices Indonesia (ABDSI).
"ABDSI melakukan survei terhadap 6.000 UMKM di Indonesia jadi kita mau lihat tadi hampir semua penjualannya menurun malah tidak ada yang bisa menjualkan," ucapnya.
Dia menyebutkan bahwa dari total 6.000 responden atau UMKM yang menurun untuk melakukan aktivitas bisnis hingga lebih dari 60 persen mencapai 26,6%.
Sementara itu, UMKM yang tidak dapat melakukan penjualan selama pandemi Covid-19 mencapai 36,7%. Adapun 15,0% UMKM mengalami penurunan penjualan sekitar 31 sampai dengan 60% dari total responden, sedangkan penjualan yang menurun dari 10% sampai 30% tercatat 14,2% saja.
“[Data] ini juga [menjelaskan umkm] masih ada peluang meskipun indeks konsumen menurun tapi masih di atas satu persen sehingga ini ada peluang untuk tetap melihat pasar yang sangat segmented," jelasnya.
Di samping itu survei juga mencatat UMKM mengalami masalah pada ketersediaan bahan baku dan pembayaran kredit.
"UMKM mengalami masalah pada ketersediaan bahan baku dan pembayaran kredit karena tadi ada sebagian bahan baku UMKM itu diperoleh dari impor karena negara-negara bersangkutan juga terkena dampak Covid-19 sehingga mereka [UMKM] mencari substitusi untuk bahan baku," lanjutnya.
Dia mengatakan bahwa salah satu langkah pemerintah untuk mengakselerasi umkm adalah melalui pemanfaaan teknologi (digitalisasi) untuk pemasaran, distribusi, dan modifikasi produk.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Wisata Bali Utara, Gerbang Handara Semakin Diminati Turis Mancanegara
Advertisement
Berita Populer
- Harga Emas Hari Ini, Logam Mulia Antam Turun, UBS-Galeri24 Naik
- Frekuensi KA Naik di Nataru, Daop 6 Jogja Ingatkan Sanksi Perlintasan
- BPK Temukan Potensi Kebocoran Impor Besi-Baja Rp894 Miliar
- Permintaan Ayam Diprediksi Naik 10 Persen Saat Natal dan Tahun Baru
- Ekspor DIY Januari-Oktober 2025 Tembus 460 Juta Dolar AS
- Enam KEK Baru Menunggu Restu Presiden Prabowo
Advertisement
Advertisement




