Advertisement
Mengintip Profil Sergey Brin, Otak Kemajuan Teknologi Google
Sergey Brin - JIBI
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA -- Sergey Brin adalah co-founder Alphabet, perusahaan induk yang menaungi Google. Perusahaan operator mesin pencari terbesar di dunia yang berbasis di Mountain View, California, itu pertama kali didirikan pada 1998 dan sekarang mengelola lebih dari 1 triliun pencarian setiap tahunnya dengan pendapatan mencapai US$162 miliar pada 2019.
Orang terkaya kedelapan di dunia dengan kekayaan US$66,6 miliar berdasarkan Indeks Miliarder Bloomberg itu lahir di Uni Soviet pada 1973 dan pindah dengan keluarganya ke Amerika Serikat saat dia berusia 6 tahun.
Advertisement
Ayah Brin merupakan seorang ahli matematika, yang sedikit banyak mempengaruhi pilihan studinya saat berkuliah di University of Maryland, di mana dia mempelajari matematika dan ilmu komputer.
Brin kemudian melanjutkan studinya untuk mengejar gelar master di Stanford, ketika bertemu dengan calon rekan kerjanya, Larry Page, pada 1995.
Dilansir melalui Business Insider, Brin dan Page mendaftarkan domain Google.com pada September 1997 dengan misi untuk mengatur informasi dunia. Sisanya adalah sejarah.
Keduanya mengembangkan sebuah teknologi mesin pencari dari garasi di rumah teman mereka pada 1998, yang kemudian melahirkan Google dan menjual sahamnya ke publik untuk pertama kali pada 2004.
Pada tahun 2011, setelah 10 tahun berperan sebagai kepala teknologi di Google, Brin mengambil tugas baru sebagai direktur proyek khusus, salah satunya adalah laboratorium robotika di X Development LLC (sebelumnya Google X).
Sejak 2015 sampai dengan akhir 2019 lalu dia adalah direktur Alphabet dan bisnis Google lainnya.
Ketika Google menggelembung dari sekadar mesin pencari ke sebuah perusahaan besar dengan proyek beragam, Brin merupakan dalang bagi beberapa proyek Google yang paling ambisius, termasuk mobil yang dapat dikendarai sendiri, lensa kontak pintar, dan Google Glass.
Miliarder itu juga memiliki saham kecil di pembuat mobil listrik Tesla dan 23andMe, sebuah perusahaan pemetaan genom yang dimulai oleh mantan istrinya, Anne Wojcicki.
Dia juga aktif menyumbangkan jutaan dolar AS untuk penelitian penyakit Parkinson. Ini adalah aksi sosial yang sangat penting bagi Brin.
Keluarganya kecenderungan penyakit neurodegeneratif yang menurun ke generasi selanjutnya, ibu dan bibi buyutnya memiliki penyakit itu, dan melalui tes 23andMe terungkap bahwa Brin memiliki mutasi genetik yang membuatnya memiliki kecenderungan mengalami kondisi serupa.
Untuk menurunkan kemungkinan terkena Parkinson, Brin mulai berolahraga lebih intens dan minum teh hijau dua kali sehari. Berkat rejimen kesehatan dan kemajuan ilmiah, pada 2012 di memperkirakan hanya memiliki ~ 10% peluang terkena penyakit Parkinson.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Walhi Sebut Ada Potensi Pencemaran Lingkungan di Proyek PSEL
Advertisement
Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia
Advertisement
Berita Populer
- Saatnya Liburan di Indonesia Aja Jadi Slogan Libur Akhir Tahun
- Harga Bahan Baku Tinggi, Perajin Perak Kotagede Diminta Go Digital
- Petani Seret Modal Produksi Anjlok, 9 Industri Kakao Nasional Tutup
- Ekonom Wanti-wanti Risiko Gagal Bayar Kopdes
- Hadir di Forum Tekstil Global, Menperin Harap Indonesia Diuntungkan
- Penyaluran Beras SPHP di DIY Mencapai 32,86 Persen per September
- Evaluasi Setahun Pemerintahan Prabowo di Bidang Ekonomi Menurut Indef
Advertisement
Advertisement



