Advertisement
Terhempas Pandemi, Pariwisata Bali "Sesak Napas"

Advertisement
Harianjogja,com,DENPASAR-Sama seperti yang dialami banyak negara yang menggantungkan pendapatan dari sektor parisiwat, Bali juga terseok terhempas pandemi Covid-19. Kini kondisi pariwisata di Pulau Dewata "sesak napas".
Pelaku pariwisata yang tergabung dalam Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) Bali mengharapkan ada stimulus dari pemerintah untuk menggairahkan masyarakat lokal dan domestik untuk berwisata ke Bali.
Advertisement
"Mustahil mereka (wisatawan domestik) akan datang ke Bali dalam kondisi pendapatan yang berkurang, bahkan ada yang kosong sama sekali," kata Wakil Ketua DPP IHGMA yang juga Wakil Ketua IHGMA Bali I Made Ramia Adnyana, di Denpasar, Jumat (21/8/2020).
Ramia menyebut harus jelas stimulus apa yang bisa diberikan pemerintah untuk industri pariwisata, sehingga nasib tenaga kerja yang jumlahnya ribuan bisa dibantu.
Menurut dia, industri pariwisata saat ini sudah megap-megap, dan kondisi keuangan perusahaan juga semakin menipis untuk membayar listrik dan gaji karyawan selama pandemi.
Terkait dengan rencana membuka pariwisata Bali untuk wisatawan mancanegara mulai 11 September 2020, pihaknya menghormati apapun nantinya yang menjadi keputusan Pemprov Bali ataupun nasional.
"Namun, jika bisa kami sarankan sebaiknya saat ini ada stimulus dari pemerintah untuk menggairahkan masyarakat lokal dan domestik untuk berwisata di Bali," ucap Ramia.
Yang jelas, lanjut dia, Bali butuh dibantu saat ini. Jangan sampai, katanya, timbul gesekan sosial atau bahkan kriminal yang lebih parah akibat sulitnya masyarakat memenuhi kebutuhan dasar.
Terkait perubahan jadwal atas pembukaan destinasi Bali fase ketiga untuk wisatawan mancanegara, Ketua DPD IHGMA Bali I Nyoman Astama mengajak para pemangku kepentingan untuk berpikir lebih realistis mengombinasikan antara kondisi saat ini dengan nasib industri ke depannya.
"Selama lima bulan ini kita sudah sangat terpuruk, tidak bisa dibayangkan jika kondisi ini akan lebih lama," ujar Astama.
Pemerintah, lanjut dia, harus segera membuat keputusan, jika sudah ada prediksi saat ini, menganalisa lebih dalam dengan perhitungan risiko, namun tetap dapat dikendalikan.
"Karena kepercayaan ini harus terbangun, yang terpenting sistem kelolanya harus teliti dan berorientasi ke depan. Mungkin jika dibuat lebih spesifik dengan pembatasan tertentu seharusnya 11 September tetap bisa dibuka, karena banyak juga yang berharap seperti ini," ucapnya.
Pemerintah, lanjut Astama, pasti sudah punya rencana yang matang untuk memutuskan jadi atau diundur pembukaan Bali untuk wisman mulai 11 September 2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara/JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Prabowo Sebut Lahan KAI Bisa Dimanfaatkan untuk Program 3 Juta Rumah
- KKP Targetkan Indonesia Stop Impor Garam pada 2027
- Pengusaha Rokok Berharap Tidak Ada Kenaikan Cukai Tahun Depan
- Domain dot id Tembus 1,3 Juta Pengguna, Buka Peluang Ekonomi Baru
- Harga Minyak Mentah RI, Agustus Turun Jadi 66,07 dolar AS per barel
Advertisement

Prakiraan BMKG Kamis 18 September 2025, DIY Hujan Ringan
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Merger Pelita Air dan Garuda, Begini Tanggapan CEO Danantara
- Impor Komoditas Etanol Akan Dibatasi, Ini Tujuannya
- Kucuran Rp200 Triliun Himbara Perlu Diimbangi Kemudahan Usaha
- Harga Jual Emas Antam, UBS dan Galeri24 Hari Ini Kompak Naik
- Jelang Merger, Pelita Air Buka Rute Singapura-Jakarta Kelas Premium
- Kendalikan Konsumsi, Ekonom UGM Usul Cukai Rokok Sebaiknya Naik
- Harga Pangan Hari Ini: Beras Medium, Bawang, hingga Cabai Turun
Advertisement
Advertisement