Advertisement
Pertamina: Dampak Pandemi Covid-19 Lebih Parah daripada Krisis Moneter

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA — PT Pertamina (Persero) menyebut dampak pandemi Covid-19 lebih parah dibandingkan dengan krisis keuangan (krisis moneter) yang pernah terjadi sebelumnya.
Hal itu diungkapkan oleh Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini saat dimintai penjelasan oleh Komisi VII DPR terkait dengan kerugian yang dialami perseroan pada periode semester I/2020 dalam rapat kerja Menteri ESDM dengan Komisi VII pada Rabu (26/8/2020).
Advertisement
Emma mengungkapkan bahwa biasanya faktor penekan kinerja Pertamina hanya berasal dari dua faktor yakni volatilitas kurs dan harga minyak mentah dunia yang tidak terjadi dalam waktu bersamaan. Namun, pada pandemi ini terdapat tiga faktor penekan yang terjadi secara bersamaan sehingga menekan seluruh sektor bisnis yang dijalankan Pertamina.
"Ini beda sekali dengan krisis sebelumnya. Biasanya kalau terdampak itu volatilitas kurs dan crude price, kalau sekarang demand signifkan pada revenue kami. Bahkan, kondisi sekarang ini lebih berat dari krisis finansial," katanya pada Rabu (26/8/2020).
Sepanjang semester I/2020, terjadi selisih kurs yang yang pada tahun lalu menghasilkan pendapatan bagi Pertamina sebesar US$64 juta, akan tetapi pada tahun ini pos nilai tukar memberi kerugian US$211,83 juta. Dampaknya perusahaan membukukan rugi sebelum pajak penghasilan sebesar US$58,30 juta.
Emma mengatakan bahwa selisih kurs berdampak sangat besar bagi kinerja keuangan Pertamina. Pasalnya, pembukuan perseroan secara fundamental menggunakan kurs dolar AS, sedangkan pendapatan menggunakan rupiah.
"Jadi, secara translasi itu tadi kalau disampaikan utang harga jual eceran Rp96 triliun dan piutang subsidi Rp13 triliun, itu sudah merepresentasikan 60 persen rugi kurs kami," jelasnya.
Dia optimistis pada akhir tahun nanti Pertamina bisa membukukan kinerja positif seiring dengan adanya perbaikan dan pemulihan kegiatan.
Selain itu, harga minyak mentah dunia yang telah merangkak naik menjadi sinyal positif bagi kinerja Pertamina hingga akhir tahun nanti.
"Pada Juli—Agustus ada perbaikan. Mudah-mudahan di Desember bisa positif meskipun tipis tapi sudah keliatan," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Penerbangan Susi Air Jogja-Bandung Bakal Dibanderol Rp1,75 Juta
- Sri Mulyani Ungkap Saldo Akhir APBN 2024 Sebesar Rp457,5 Triliun
- Harga BBM Non Subsidi di Jogja Naik per Juli 2025, Pertamax Kini Rp12.500 per Liter
- Semarakkan Solo Raya Great Sale 2025, Ada Diskon Tarif Kereta Api 10 Persen, Ini Daftarnya
- Penuhi Syarat Keselamatan Terbang, Garuda Indonesia Buka Lagi Rute Jakarta-Doha
Advertisement

Porda XVII DIY 2025: Sleman Mulai Siapkan OPD Pendamping Cabor Demi Membidik Juara Umum
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- BI DIY Sebut Inflasi pada Juni 2025 Masih Terkendali
- Ekspor DIY Tumbuh 10,57 Persen hingga Mei 2025, Disperindag Sebut 3 Faktor Pendorong
- Ini Komentar Ekonom UMY Soal Pemangkasan Target Pertumbuhan Ekonomi
- Gojek Siap Terapkan Kenaikan Tarif Ojek Online
- Penerbangan Susi Air Jogja-Bandung Bakal Dibanderol Rp1,75 Juta
- DPR Usulkan Ada Sistem Cadangan Darurat Industri Nasional
- Pusat Data Indonesia Jauh Tertinggal Dibanding Malaysia
Advertisement
Advertisement