Advertisement
Dilanda Resesi Masa Pandemi, Singapura Berpaling ke Indonesia
Patung Merlion berdiri di depan gedung-gedung pencakar langit di Singapura, Selasa (24/3/2020). - Bloomberg/Wei Leng Tay
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Pelaku usaha menilai distribusi manufaktur selama pandemi Covid-19 tetap akan menarik bagi investor terutama yang berasal dari negara tetangga Singapura.
Direktur PT Prakarsa Langgeng Maju Bersama Indra Tjahjono mengatakan saat ini kontrak dengan sejumlah perusahaan di Singapura tetap melanjutkan proyek manufaktur kendati tengah menghadapi resesi ekonomi dan pandemi. Termasuk kepercayaan masuknya investasi baru hingga Rp129,6 triliun pada awal tahun ini dari sejumlah negara lainnya.
Advertisement
Menurutnya dengan langkah sejumlah negara membatasi pintu masuk wilayahnya selama pandemi, Singapura akan lebih memilih negara tetangga terdekatnya yakni Indonesia sebagai salah satu pemasok.
“Kami pun saat ini merasa beruntung dari Singapura dari Supply Chain memilih Indonesia. Sebelumnya banyak pilihan karena indeks logistiknya Singapura bagus. Namun karena saat ini negara asalnya juga sedang problematis akan lebih bagus negara tetangga yang membantunya,”jelasnya dalam diskusi webinar yang diselenggarakan Bisnis Indonesia, jaringan Harianjogja.com, Jumat (2/10/2020).
BACA JUGA
Selain itu dia juga memaparkan sejumlah kondisi serupa juga yang juga dialami saat krisis moneter dan politik yang terjadi di Indonesia pada 1997 dan 1998. Saat itu nilai tukar rupiah anjlok pada titik terdalam padahal dari sisi investasi asing cukup ting pertumbuhannya.
Indra berpendapat pada dengan jatuhnya nilai tukar rupiah, investor sesungguhnya memiliki posisi tawar untuk memanfaatkan sumber dari Indonesia. Kontrak –kontrak ekspor manufaktur, lanjutnya, juga tetap berjalan tetapi memang dalam bentuk mata uang dollar AS.
Menjadi Atraktif
Sementara itu, pada 2008 krisis global juga terjadi tetapi di Indonesia dengan kondisi politik yang stabil tetap menjadi atraktif sehingga aktivitas ekspor pun berjalan dengan lancar. Namun pandemi tahun ini tetap menjadi tantangan tersendiri karena menjadi penggabungan antara krisis ekonomi dan kesehatan.
Terkait hal itu, sejauh ini dia menjabarkan sejumlah langkah antisipasi dengan mengubah sejumlah strategi jangka panjang menjadi jangka pendek. Pandemi tentunya membuat distribusi rantai pasok menjadi lebih lambat dibandingkan dengan masa normal. Oleh karena itu, perusahaan sudah harus melakukan impor jauh-jauh hari.
Kemudian, yang paling utama adalah perusahaan lebih mengandalkan pengadaan rantai pasok dari industri lokal. Pasalnya sumber industri lokal pun cukup besar. Namun di sisi lain, upaya menggaet pasar internasional tetap dilakukan dengan menggandeng pembeli internasional dan negara tetangga lainnya yang melakukan investasi langsung di Indonesia. Seperti Myanmar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Penundaan Cukai Minuman Berpemanis dalam Kemasan Dinilai Tepat
- Promo Libur Nataru Pertamina: BBM, Bright Gas, dan Hotel Patra Jasa
- Modus Penipuan Siber Berkembang, Ini Jenisnya Kata OJK
- Harga Emas Hari Ini Naik, UBS dan Galeri24 Kompak Menguat
- Industri Buzzer Terorganisir Dinilai Ancam Etika Ruang Digital
Advertisement
Fasilitas Kesehatan Terdampak Bencana Mulai Pulih Bertahap
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Harga Emas Naik Lagi, Tembus Rp2,5 Juta per Gram
- PHRI Gerah, Akomodasi Ilegal Serap Hingga 30 Persen Pasar Hotel di DIY
- Harga Pangan Nasional: Cabai dan Telur Masih Tinggi
- Tips untuk Investor Pemula Bisa Investasi Perak secara Aman
- Bapanas Pastikan Stok Gula Aman Jelang Natal dan Tahun Baru
- Penundaan Cukai Minuman Berpemanis dalam Kemasan Dinilai Tepat
Advertisement
Advertisement




