Advertisement
Dilanda Resesi Masa Pandemi, Singapura Berpaling ke Indonesia

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Pelaku usaha menilai distribusi manufaktur selama pandemi Covid-19 tetap akan menarik bagi investor terutama yang berasal dari negara tetangga Singapura.
Direktur PT Prakarsa Langgeng Maju Bersama Indra Tjahjono mengatakan saat ini kontrak dengan sejumlah perusahaan di Singapura tetap melanjutkan proyek manufaktur kendati tengah menghadapi resesi ekonomi dan pandemi. Termasuk kepercayaan masuknya investasi baru hingga Rp129,6 triliun pada awal tahun ini dari sejumlah negara lainnya.
Advertisement
Menurutnya dengan langkah sejumlah negara membatasi pintu masuk wilayahnya selama pandemi, Singapura akan lebih memilih negara tetangga terdekatnya yakni Indonesia sebagai salah satu pemasok.
“Kami pun saat ini merasa beruntung dari Singapura dari Supply Chain memilih Indonesia. Sebelumnya banyak pilihan karena indeks logistiknya Singapura bagus. Namun karena saat ini negara asalnya juga sedang problematis akan lebih bagus negara tetangga yang membantunya,”jelasnya dalam diskusi webinar yang diselenggarakan Bisnis Indonesia, jaringan Harianjogja.com, Jumat (2/10/2020).
Selain itu dia juga memaparkan sejumlah kondisi serupa juga yang juga dialami saat krisis moneter dan politik yang terjadi di Indonesia pada 1997 dan 1998. Saat itu nilai tukar rupiah anjlok pada titik terdalam padahal dari sisi investasi asing cukup ting pertumbuhannya.
Indra berpendapat pada dengan jatuhnya nilai tukar rupiah, investor sesungguhnya memiliki posisi tawar untuk memanfaatkan sumber dari Indonesia. Kontrak –kontrak ekspor manufaktur, lanjutnya, juga tetap berjalan tetapi memang dalam bentuk mata uang dollar AS.
Menjadi Atraktif
Sementara itu, pada 2008 krisis global juga terjadi tetapi di Indonesia dengan kondisi politik yang stabil tetap menjadi atraktif sehingga aktivitas ekspor pun berjalan dengan lancar. Namun pandemi tahun ini tetap menjadi tantangan tersendiri karena menjadi penggabungan antara krisis ekonomi dan kesehatan.
Terkait hal itu, sejauh ini dia menjabarkan sejumlah langkah antisipasi dengan mengubah sejumlah strategi jangka panjang menjadi jangka pendek. Pandemi tentunya membuat distribusi rantai pasok menjadi lebih lambat dibandingkan dengan masa normal. Oleh karena itu, perusahaan sudah harus melakukan impor jauh-jauh hari.
Kemudian, yang paling utama adalah perusahaan lebih mengandalkan pengadaan rantai pasok dari industri lokal. Pasalnya sumber industri lokal pun cukup besar. Namun di sisi lain, upaya menggaet pasar internasional tetap dilakukan dengan menggandeng pembeli internasional dan negara tetangga lainnya yang melakukan investasi langsung di Indonesia. Seperti Myanmar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Harga Minyak Mentah RI, Agustus Turun Jadi 66,07 dolar AS per barel
- Jadwal Bus Damri Jogja Semarang Hari Ini 15 September 2025
- Ini Rencana Penyaluran Kedit BBNI Saat Kantongi Rp55 Triliun Dana Pemerintah
- Pendiri Wings Group, Harjo Sutanto Meninggal Dunia
- Komisi XI Ingatkan Tarik Dana Mengendap di BI Harus Tepat Sasaran
Advertisement

Antisipasi Banjir, Pemkot Jogja Bangun Sumur Resapan di Tiga Ruas Jalan
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Modal Asing Rp14,2 Triliun Kabur Pekan Ini
- Ini Rencana Penyaluran Kedit BBNI Saat Kantongi Rp55 Triliun Dana Pemerintah
- Harga Beras Khusus di Ritel Modern Akan Diatur Pemerintah
- Isu Merger dengan Garuda Mencuat, Ini Respons Dirut Pelita Air
- BI Rate Turun, OJK Imbau Bank Sesuaikan Tingkat Bunga Bertahap
- Jadwal Bus Damri Jogja Semarang Hari Ini 15 September 2025
- Cek Harga Emas Hari Ini, Antam, UBS dan Galeri24, 15 September 2025
Advertisement
Advertisement