Advertisement
Dukung Pengendalian Covid-19, Pehcun akan Diselenggarakan Sederhana
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Mendukung upaya pencegahan Covid-19, Jogja Chinese Art and Culture Centre (JCACC) tidak akan menyelenggarakan Pehcun secara meriah pada Senin (14/6/2021) bulan depan untuk mendukung upaya pengendalian Covid-19.
Sebelum pandemi, Pehcun biasanya disambut meriah dengan berbagai kegiatan budaya, termasuk yang khas lomba dayung perahu naga. Tahun lalu saat pandemi sudah tiba, peringatan Pehcun hanya diisi dengan sembahyang di Pantai Parangtritis, tanpa berbagai kegiatan budaya lain.
Advertisement
“Mungkin tahun ini masih sama seperti tahun lalu, hanya terbatas untuk sembahyang. Itu tidak akan mengurangi makna perayaan ini. Mungkin juga nanti dikemas secara online seperti PBTY [Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta] kemarin untuk mengenalkan apa itu Pehcun,” ucap Ketua I JCACC, Jimmy Sutanto, Rabu (19/5/2021).
Jimmy mengatakan saat ini JCACC fokus mendukung upaya pemerintah untuk pencegahan Covid-19. Kegiatan yang berpotensi mengundang kerumunan orang tidak diadakan. Menurut dia semua pihak perlu belajar dari negara lain yang juga terdampak pandemi Covid-19, seperti India yang kewalahan menghadapi dampak Covid-19. Sebaliknya, Indonesia perlu mencontoh Tiongkok yang sukses menekan angka Covid-19. “Fokus untuk mencegah penyebaran Covid-19 terlebih dulu,” ujarnya.
Jimmy menceritakan pada 770 Sebelum Masehi – 221 Sebelum Masehi, ada tujuh negara yang saling berebut untuk memimpin Tiongkok.
Salah satunya negara Chu. Di negara itu ada pujangga yang bernama Qu Yuan yang terkenal dan kemudian menjadi menteri. Ia memberikan ide untuk memajukan negara dengan mengusulkan reformasi dan pengembangan negaranya supaya bisa memenangi perang.
Namun waktu itu ada yang memfintah dia sehingga Qu Yuan diusir. Kemudian di sekitar Sungai Miluo, ada nelayan yang bertanya mengapa ia terlihat susah, dan menyarankan ia tidak perlu memikirkan negara.
Kemudian pada suatu hari ia mendengar negaranya jatuh. Ia pun yang memiliki rasa cinta pada negaranya lebih memilih bunuh diri dengan memikul batu terjun ke sungai, pada tanggal 5 bulan 5 kalender Imlek itu.
Nelayan kemudian menyebarkan nasi supaya jasadnya tidak dimakan ikan. Itu berlangsung tahun demi tahun. Nasi ini dibuat menjadi makanan bakcang dan menjadi tradisi. Setiap peringatan itu juga kemudian diramaikan dengan perahu naga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- BI Rate Naik, Ekonom Berharap Bunga KUR Tak Ikut Naik
- Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Luhut Bentuk Tim Khusus
- Airlangga Nilai Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Negara Lain
- Nilai Tukar Rupiah Remuk Akibat Konflik Iran-Israel, Ini Proyeksi Ekonom
- Kadin DIY: Pelemahan Rupiah Dongkrak Ekspor Bagi yang Bahan Bakunya Lokal
Advertisement
Komplotan Spesialis Pengganjal ATM di Gerai Ritel Modern Ditangkap Polresta Jogja
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- BI Rate Naik, Ekonom Berharap Bunga KUR Tak Ikut Naik
- IHSG Ditutup Melemah, Ini Tanggapan BEI DIY
- Kenaikan BI Rate 25 Basis Poin, Respon Kadin DIY: Keputusan Moderat
- Marvera Gunungkidul, Korban Penipuan Jadi Sumber Penghidupan
- Meraup Berkah dari Rumput Laut dan Tulang Ikan
- Hari Ini Harga Telur Ayam Terpantau Naik hingga Rp31 Ribu per Kilogram
- Per Maret 2024, APBN Surplus Rp8,1 Triliun
Advertisement
Advertisement