Advertisement
Bangkit dari Pandemi, Pelaku IKM DIY Perlu Matangkan Perencanaan Bisnis

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA-Pandemi Covid-19 berdampak terhadap keberlangsungan industri kecil menengah (IKM) di DIY. Ada insutri yang merugi hingga akhirnya harus merumahkan karyawannya karena gulung tikar.
Dalam rangka mewujudkan tugas dan fungsi serta dalam rangka pemulihan kinerja sektor industri, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) DIY menyelenggarakan Webinar Manajemen Usaha bagi Pelaku IKM dengan narasumber dari kalangan akademisi dan praktisi. Webinar ini akan diselenggarakan sebanyak 12 kali dengan mengangkat 12 tema dan akan dilaksanakan pada bulan Juli hingga Desember 2021. Webinar pertama telah berlangsung pada Kamis (29/7/2021) lalu dengan mengusung tema "Perencanaan Bisnis".
Advertisement
Kepala Disperindag Aris Riyanta menyampaikan sektor industri DIY diantaranya ditopang oleh industri kecil menengah (IKM). Pelaku IKM DIY tahun 2020 tercatat sebanyak 96.597 unit usaha, terdiri dari sektor industri pangan, industri sandang dan kulit, industri kimia dan bahan bangunan, industri logam dan elektronika serta industri kerajinan.
"IKM DIY menyerap tenaga kerja sebanyak 355.319 orang. Dengan nilai investasi sebesar Rp1,99 triliun dan nilai produksi sebesar Rp12,46 triliun," tutur Aris dalam sambutannya.
Melihat besarnya kontribusi sektor IKM terhadap perekonomian DIY tersebut Aris menyebut diperlukan berbagai program kegiatan pembinaan kepada IKM untuk mencapai pemulihan kinerja sektor industi yang terpuruk akibat pandemi. Salah satunya dengan kegiatan pelatihan IKM melalui webinar tersebut.
Dalam paparannya, Risa Virgosita selaku Dosen FEB UGM menjelaskan perencanaan bisnis sangat dibutuhkan saat akan membangun suatu bisnis kendati hal ini kerap dikesampingkan oleh pelaku IKM. Secara singkat ia memaparkan bahwa rencana bisnis adalah dokumen yang menggambarkan aspek-aspek internal dan ekstrenal dari bisnis itu sendiri.
"Aspek internal menjelaskan bisnisnya tentang apa, mereknya apa, bagaimana SDM-nya, juga keuangannya. Sementara eksternal itu kondisi industri, analisis kompetitor, dan strateginya untuk memenangkan pasar," katanya.
Rencana bisnis perlu disiapkan dengan baik karena akan dibaca oleh investor, bank, pemasok, konsultan bisnis, calon pelanggan, dan juga karyawan/anggota tim.
Menurutnya proses pembuatan rencana bisnis juga menjadi sarana introspeksi terhadap bisnis yang sedang dibangun. "Misalnya apakah ide bisnisnya masuk akal atau tidak, apakah bnisns ini berjalan dengan baik, siapa konsumen, apakah bisnis ini akan menjawab kebutuhan," tuturnya.
Sementara itu Asri Meikawati Hazim selaku Pemilik Ndalem Indonesia yang juga menjadi pemateri dalam webinar tersebut mengatakan ada tujuh pilar perencanaan bisnis antara lain dari sisi bisnisnya, produk, legalitas, tim, keuangan, marketing, dan distribusi.
Dari segi bisnis, ia menjelaskan mengapa membangun bisnis coklat karena indonesia penghasil kakao terbanyak no-3 di dunia tetapi pasca panennya belum baik, pekerjanya juga kebanyakan sudah berumur di atas 45 tahun dan konsumsi indonesia terhadap cokelat premium sulit. Ketiga alasan itu mengantarkannya untuk membuka bisnis cokelat Ndalem dan bisa bertahan hingga delapan tahun ini.
"Semakin kuat alasan membangun bisnis, semakin kita punya alasan untuk mempertahankan bisnis kita," tegas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- TikTok Shop Kembali ke Indonesia Gandeng E-Commerce, Ini Reaksi Kemenkop
- Jokowi Buka Opsi Perpanjangan Kontrak Freeport 20 Tahun, Ini Syaratnya
- Lonjakan Harga Bahan Pokok Tak Terkendali
- Jadi Bakal Cawapres Prabowo, Ini Daftar Bisnis Gibran Rakabuming Raka
- Mogok Kerja 3 Hari, Karyawan Asuransi Bumiputera 1912 Kembali Bekerja Besok Senin
Advertisement
Advertisement

Jelang Natal Saatnya Wisata Ziarah ke Goa Maria Tritis di Gunungkidul, Ini Rute dan Sejarahnya
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement