Advertisement
Ekonom Prediksi Pemulihan Ekonomi Indonesia Akan Lebih Cepat
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Pemulihan ekonomi di 2022 diperkirakan berlanjut seiring dengan membaiknya konsumsi masyarakat dan diteruskannya sejumlah insentif dan bantuan sosial dari kebijakan fiskal pemerintah.
Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro menyampaikan bahwa pemulihan ekonomi tahun depan bisa lebih cepat karena dorongan konsumsi sektor swasta dan permintaan domestik. Kedua hal tersebut nantinya akan sejalan dengan naiknya kegiatan produksi dan investasi.
Advertisement
Pemulihan kegiatan masyarakat erat kaitannya dengan pengendalian pandemi Covid-19 yang kini lebih baik. Sebelumnya, Indonesia mengalami eskalasi kasus pada saat varian Delta merebak di tanah air pada pertengahan tahun.
Berdasarkan sektornya, Andry memperkirakan pemulihan di sektor manufaktur dan yang berkaitan dengan mobilitas masyarakat seperti transportasi, perhotelan, restoran, dan perdagangan, akan menjadi yang paling tinggi di antara yang lain.
"Dengan asumsi pandemi Covid-19 dalam kendali, sektor-sektor ini akan meraih momentum untuk tumbuh lebih tinggi seiring dengan kepercayaan konsumen menjadi lebih kuat," jelas Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro pada kajian EconMark 2022 Indonesia Economic Outlook yang dikutip, Jumat (31/12/2021).
Harga komoditas pun diperkirakan masih relatif tinggi pada 2022 sehingga bisa menarik untuk dunia usaha. Kendati demikian, jika dibandingkan dengan lonjakan pada 2021, maka kenaikan harga tahun depan akan lebih rendah. Menurut Andry, hal ini disebabkan oleh normalisasi rantai pasok dan tapering off.
Pengurangan pembelian aset oleh bank sentral atau tapering off, oleh bank sentral global, dipicu oleh lonjakan inflasi. Andry menilai Federal Reserve Amerika Serikat sudah terlihat semakin cepat dan besar dalam mengurangi pembelian aset atau quantitative easing.
"Hal ini bisa diikuti oleh naiknya suku bunga acuan [Amerika Serikat]. Bahkan, tekanan inflasi akan datang ke Indonesia akibat tingginya permintaan, harga barnag dan jasa yang lebih tinggi, serta risiko upside dari regulasi perpajakan," jelas Andry.
Untuk itu, Bank Indonesia sebagai otoritas moneter tanah air diperkirakan akan terus mendukung pemulihan ekonomi sekaligus tetap menjaga stabilitas sistem keuangan.
"Akan tetapi, kebijakan BI akan sangat bergantung terhadap data dan akan melakukan penilaian terhadap dinamika global," terang Andry.
Dari sisi fiskal, pemerintah akan terus mendukung pemulihan dengan outlook penerimaan yang lebih baik di tahun depan. Oleh sebab itu, defisit yang lebih kecil dinilai akan bisa tercapai sehingga memudahkan langkah menuju normalisasi defisit APBN di bawah 3 persen pada 2023.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Punya Private Office Tengah Jadi Tren di Kota Besar
- SDI Tingkatkan Kualias Santri di Industri Digital Kreatif
- Layanan Penukaran Uang Rupiah Bakal Tersedia di Jalur Mudik
- Wajib Daftar di Aplikasi PINTAR, Penukaran Uang Baru untuk Lebaran Dibatasi Rp4 Juta per Orang
- Menparekraf Sandiaga Uno Mengklaim Kenaikan PPN 12 Persen Tidak Timbulkan Gejolak
Advertisement
Kembali Tampil di Pilkada Gunungkidul Tahun Ini, Ini Gagasan yang Diusung Sutrisna Wibawa
Advertisement
Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII
Advertisement
Berita Populer
- Begini Rasanya Jadi Dokter Hewan Sekaligus Pengusaha
- Mulai Ada Panen, Bulog DIY Serap Beras Dalam Negeri
- Hore! Khusus di Jawa, Pertashop Diizinkan Menjual Pertalite
- Tak Melulu dalam Bentuk Tarif, Ini Bentuk Lain Kartel Tiket Pesawat Menurut KPPU
- Harga Tiket Pesawat Mahal Jelang Mudik Lebaran, Menhub Ikut Angkat Bicara
- SDI Tingkatkan Kualias Santri di Industri Digital Kreatif
- Punya Private Office Tengah Jadi Tren di Kota Besar
Advertisement
Advertisement