Advertisement
Harga BBM Nonsubsidi Naik, Pengamat: Sudah Tepat!

Advertisement
Harianjogja.com,JOGJA — Pengamat Ekonomi Energi dan Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, Fahmy Radhi menilai kebijakan yang diambil PT Pertamina (Persero) kembali menaikkan harga BBM nonsubsidi per Rabu (3/8/2022) sudah tepat.
Meski begitu, Pertamina juga harus konsekuen jika harga minyak dunia turun, harga BBM juga bisa turun. “Keputusan tepat [kenaikan BBM nonsubsidi], sebagai corporate action Pertamina. BBM jenis Pertamax ke atas itu kan diserahkan pada mekanisme pasar untuk mencapai harga keekonomian. Ya kenaikan itu untuk menyesuaikan harga keekonomian,” ucap Fahmy, Rabu.
Advertisement
BACA JUGA: Harga BBM Nonsubsidi di DIY Ikut Naik, Segini Rinciannya
Fahmy mengatakan jika tidak ada penyesuaian dengan harga keekonomian, maka negara dengan APBN harus membayar kompensasi kepada Pertamina. Sehingga, terkait dengan harga ini memang harus diserahkan pada mekanisme pasar. “Hanya saja, Pertamina harus konsekuen, pada saat harga minyak dunia turun, harus diturunkan juga harga BBM secara profesional,” ujar Fahmy.
Di sisi lain, Menurut Fahmy kenaikan harga BBM nonsubsidi yang ada saat ini dimungkinkan akan berdampak juga pada kenaikan inflasi, meski tidak akan signifikan. Hal tersebut mengingat proporsi penggunanya hanya 5%. Berbeda jika ada kenaikan pada Pertalite, atau Solar kebijakan tersebut akan menyulut inflasi.
Tidak Tepat
Fahmy juga memberi saran agar BBM subsidi seperti Pertalite maupun solar tepat sasaran. Menurutnya kebijakan yang dijalankan Pertamina saat ini dengan MyPertamina tidak tepat. Termasuk rencana pembatasan BBM subsidi dengan melihat CC kendaraan tidak tepat.
“Tidak tepat instrumen My Pertamina. Kemudian kalau CC, misal Pajero 1500 CC bisa dapat Pertalite, sementara mobil tua 2000 CC tidak boleh, timbul ketidakadilan. Akan lebih baik dan mudah diimplementasikan, tetapkan saja dalam Perpres yang boleh membeli Pertalite, Solar adalah sepeda motor dan angkutan umum barang atau orang,” ujarnya.
Saat ini menurut Fahmy, subsidi dan kompensasi yang diberikan negara tahun ini untuk sektor energi yang mencapai Rp504 triliun sangat besar.
“Sepanjang sejarah terbesar kompensasi subsidi ini, Jadi tepat untuk menaikan harga Pertamax ke atas, dan pembatasan untuk Pertalite dan Solar agar tepat sasaran, sangat tepat,” ujarnya.
Keterangan di laman PT Pertamina (Persero) menyebutkan PT Pertamina (Persero) melakukan penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Umum dalam rangka mengimplementasikan Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM No.62 K/12/MEM/2020 tentang Formula Harga Dasar dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis Bahan Bakar Minyak Umum Jenis Bensin dan Minyak Solar yang Disalurkan melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum.
Area Manager Communication, Relations, & Corporate Social Responsibility (CSR) Regional Jawa Bagian Tengah PT Pertamina Patra Niaga, Brasto Galih Nugroho saat dikonfirmasi membenarkan adanya kenaikan harga tersebut. "Iya [ada kenaikan harga BBM non subsidi termasuk di DIY]," kata Brasto.
Adapun kenaikan BBM nonsubsidi untuk wilayah DIY tersebut diantaranya Pertamax Turbo, yang sebelumnya Rp16.200 per liter saat ini menjadi Rp17.900 per liter. Kemudian, Dexlite dari harga Rp15.000 per liter menjadi Rp17.800 per liter. Lalu, harga Pertamina Dex dari Rp16.500/ liter menjadi Rp18.900 per liter.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Ada 243 Titik Rawan Perjalanan Kereta Api, PT KAI Gelar Inspeksi Hadapi Libur Akhir Tahun
- Harga Gula di Dalam Negeri Mahal, Ini Penyebabnya
- TikTok Shop Kembali ke Indonesia Gandeng E-Commerce, Ini Reaksi Kemenkop
- Jokowi Buka Opsi Perpanjangan Kontrak Freeport 20 Tahun, Ini Syaratnya
- Lonjakan Harga Bahan Pokok Tak Terkendali
Advertisement

Tanah Uruk Tol Jogja Solo Bermasalah, Lokasi Penambangan di Sampang Gedangsari Ditolak Warga
Advertisement

Cari Tempat Seru untuk Berkemah? Ini Rekomendasi Spot Camping di Gunungkidul
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement