Advertisement
Industri Tekstil di Ambang Kematian, Gelombang PHK Massal Kian Nyata
![Industri Tekstil di Ambang Kematian, Gelombang PHK Massal Kian Nyata](https://img.harianjogja.com/posts/2022/11/02/1116462/24042022-BI-BIO-24-TANAH-ABANG-_9__1650839730.jpg)
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA — Pelaku industri tekstil mengaku tertekan akibat banjir produk impor serta pukulan beruntun dari penurunan pesanan hinga naiknya harga bahan baku. Tak pelak lagi, gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) kembali menimpa para pelaku industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional.
Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa mengatakan saat ini industri TPT sekarang sedang mengalami penurunan utilisasi.
Advertisement
Hal ini merupakan imbas dari perang Rusia-Ukraina yang membuat konsumsi masyaraakt Eropa dan Amerika Serikat melesu.
Sementara itu, pasar domestik kembali dibanjiri produk impor. "Inflasi di berbagai negara itu sudah mencapai dua digit dan ada perlemahan mata uang, ini yang membuat daya beli mereka juga menurun dan kebutuhan tekstil ini bukan kebutuhan primer," kata Jemmy, Rabu (2/11/2022).
BACA JUGA: Jaga Eksistensi Bisnis Rintisan, Pria Ini Punya Cara Jitunya
Lebih lanjut, dia memprediksi penurunan kinerja industri ini akan berlanjut hingga tahun depan jika tidak ada antisipasi dan langkah yang diambil pemerintah.
Sementara itu, Ketua Umum Perkumpulan Pengusaha Produk Tekstil Jawa Barat, Yan Mei melaporkan per Oktober 2022 tercatat sebanyak 55.000 pekerja dikenakan PHK dan 18 perusahaan tutup dari 14 kabupaten/kota di Jawa Barat yang melaporkan.
Jumlah itu diperkirakan akan terus bertambah. "Sudah ada 14 kabupaten/kota yang memberikan laporan mengenai pengurangan atau putus kontrak. Kurang lebih yang kena PHK itu hampir 55.000 dan yang tutup ada 18 perusahaan," kata Yan Mei dalam konferensi pers, Rabu.
Dari 18 perusahaan yang tutup, kata dia, setidaknya 9.500 pekerja terkena dampak. Jika ditotal, dari pengurangan dan putus kontrak hingga saat ini tercatat sebanyak 64.000 pekerja dari 124 perusahaan.
Yan Mei memprediksi angka tersebut akan terus bertambah mengingat kondisi kinerja tekstil yang semakin menurun. Sebagai pengusaha yang fokus di industri garmen, dia mencatat terjadi penurunan pesanan hingga 50% dari bulan April 2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
- Kehabisan Bekal, Warga Sumut Nekat Curi Uang Infak Toilet Musala di Sragen
- Ribuan Orang di Pasar Jongke Berebut Foto dan Bingkisan Presiden Jokowi
- Gibran Minta Teguh Prakosa Berjejaring dengan Pemerintah Pusat dan Pengusaha
- Tepergok Curi Ponsel Marbot Masjib, Pemuda Karangmalang Sragen Ditangkap Warga
Berita Pilihan
- Kenaikan Tarif PPN 12 Persen, DPR Tunggu Keputusan Presiden Terpilih Prabowo Subianto
- Bukan Aoka, BPOM Perintahkan Roti Okko Ditarik dari Pasaran, Berikut Penjelasannya
- Gapmmi Belum Bisa Pastikan Kebenaran Kasus Roti Aoka
- BPBD DIY Bikin Program Hotel Tangguh Bencana, PHRI: Sudah Beberapa Kali Disimulasikan
- Harga Emas Antam Hari Ini Jumat (19/7), Turun Rp8.000 per Gram
Advertisement
![alt](https://img.harianjogja.com/posts/2024/07/27/1182749/bus-sekolah.jpg)
Bukan September, Bus Sekolah di Bantul Dipastikan Mengaspal Mulai 17 Agustus 2024
Advertisement
![alt](https://img.harianjogja.com/posts/2024/07/24/1182437/taman-ablekambang.jpg)
Taman Balekambang Solo Resmi Dibuka Kamis 25 Juli 2024, Segini Tarif Masuk dan Jam Operasionalnya
Advertisement
Berita Populer
- Bantah Ada BBM Baru, Begini Penjelasan Luhut
- Bank BPD DIY Luncurkan QRIS Dinamis, Pengguna Tak Perlu Masukkan Nominal Pembayaran
- Ini Lima Negara Pemasok Utang Terbesar untuk Indonesia
- Pj Gubernur Jateng Dampingi Presiden Jokowi Lepas Ekspor 16 Ribu Pasang Sepatu Ke Amerika
- Indonesia Berada di Urutan Empat Produsen Kopi Terbesar di Dunia
- Kolaborasi Telin dan MEF Percepat Transformasi Digital di Indonesia
- Tingkatkan Peran Koperasi, Dinkop UKM DIY Gelar Simposium Nasional
Advertisement
Advertisement