Advertisement

Rekaman Jejak Musik Jadi Prinsip Bisnis Asyik ala JRNY Store

Sirojul Khafid
Sabtu, 26 November 2022 - 05:47 WIB
Arief Junianto
Rekaman Jejak Musik Jadi Prinsip Bisnis Asyik ala JRNY Store Owner JRNY Records Store, Argha Mahendra. - Harian Jogja/Sirojul Khafid

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Lebih dari sekadar mencari rupiah dan laba, JRNY Records Store ingin menjadi pencatat sejarah perjalanan musisi dan grup band, khususnya yang bukan termasuk dalam golongan “terpinggirkan”.

Radio di rumah Argha Mahendra seringkali menyala setelah sarapan. Ayahnya memang seorang yang begitu gemar akan musik.

Advertisement

Seingat Argha yang kala itu masih duduk di sekolah dasar, lagu-lagu yang sering melantun seperti karya Boys 2 Man sampai Michael Learns to Rock. Mereka adalah boyband yang cukup popular di era 1980-an.

Rutinitas mendengarkan lagu ini yang sepertinya membuat Argha perlahan mencintai musik, dunia yang akan menjadi penghidupannya berpuluh-puluh tahun ke depan.

Kecintaan ini pula yang membuatnya mengoleksi kaset setelah duduk di bangku sekolah menengah pertama. Kala itu, pola menyisihkan uang saku menjadi yang paling masuk akal.

Kecintaan pada musik ini semakin bervariasi setelah dia pindah dari Pekanbaru ke Jogja untuk kuliah. Bahkan setelah lulus dari Program Studi Geografi di UGM, pekerjaan yang ia pilih juga tetap berhubungan dengan musik. Mulai dari bekerja di event organizer sampai distro.

Argha juga tergabung dalam grup band Skandal sebagai drummer. “Kurang lebih kegiatannya tetap berhubungan sama musik,” kata pria berusia 41 tahun ini.

Sekitar 2014, Argha menulis salah satu impiannya di laptop. “Suatu saat aku pengin punya tempat orang bisa ngopi bareng, panggung kecil, dan records corner,” kata dia.

Mungkin tulisan itu tidak berbeda dengan dokumen-dokumen lain di laptop. File itu teronggok di salah satu folder yang bisa jadi jarang dibuka.

BACA JUGA: Ratusan Pelaku Ekonomi Kreatif Dilatih Kuasai Desain Grafis

Namun, empat tahun setelah penulisan cita-cita itu, bangunan satu lantai berisi bar, panggung kecil, dan records corner bisa terwujud.

Argha bersama dua temannya membuat kafe serta records corner bernuansa musik. Semua ini berada dalam naungan brand JRNY Coffee and Records.

JRNY merupakan perubahan nama dari Journey. Nama Journey perlu diubah lantaran ada brand lain dengan nama sama yang lebih dulu terbentuk di Jakarta.

Di awal pembentukannya, records corner milik Argha tersebut hanya berupa tumpukan kaset, CD, dan vinyl (piringan hitam) di salah satu sudut dinding kafe.

Orang yang mengurus juga masih merangkap dengan barista. Baru dua tahun kemudian, melihat perkembangan dan penjualan records corner yang bagus, ada ruang tersendiri untuk menjualnya. Berubahlah dari JRNY Records Corner menjadi JRNY Records Store. Pengubahan ini juga memungkinkan, lantaran gedung JRNY yang awalnya satu lantai berkembang menjadi tiga lantai.

“Waktu masih records corner, sebulan bisa jual 20 produk, waktu udah dalam bentuk store [sebulan bisa jual] 40 bahkan sampai ratusan produk [berupa kaset, CD, maupun vinyl],” kata Argha saat ditemui di JRNY Records Store yang berada di kompleks Colombo, Mrican, Caturtunggal, Depok, Sleman, Selasa (22/11/2022). “Sebenarnya memang bisnis begini harus telaten, pasarnya tuh enggak luas, cuma fanatik. Tergantung rilisan atau barang yang kami jual, marketnya ada, tinggal konsisten atau enggak.”

BACA JUGA: D’Senopati Malioboro Rayakan HUT ke-6, Ini Keseruan Acaranya

Setelah berjalan dan tidak jarang subsidi silang antara keuntungan kafe, pada pertengahan 2022, records store Argha sudah bisa menghidupi dirinya sendiri.

Promosi dengan berbagai cara dan semakin banyaknya katalog menjadi salah satu kunci naiknya penjualan. Kini juga sudah ada pegawai yang fokus mengurus JRNY Records Store.

Salah satu vinyl koleksi JRNY Records Store./Harian Jogja-Sirojul Khafid

Adapun produk album fisik yang paling banyak dicari seperti The Strokes, Alvvays, Joy Division, dan The Beatles. Sementara untuk kaos yang paling laris yaitu The S.I.G.I.T dan Morfem.

Adapun harga vinyl yang ia jual adalah sekitar Rp450.000 sampai Rp600.000. Sementara untuk kaset dan CD, harganya beragam, ada yang Rp50.000, Rp75.000, dan lainnya.

Tidak hanya dari Jogja, pengunjung offline JRNY Records Store juga berasal dari luar kota. Para pengunjung ini tidak jarang para musisi yang sedang “jajan rock”.

Istilah “jajan rock”, kata Argha  merujuk pada perjalanan ke luar kota untuk berkunjung dan membeli produk di records store kota tujuan.

Catatan Perjalanan

Seperti namanya, JRNY Records Store juga ingin menjadi catatan perjalanan musisi di Jogja, maupun Indonesia.

Musisi lokal dari genre alternatif bisa menitipkan karyanya di records store ini. Karya yang dititipkan bisa berupa kaset, CD, vinyl, sampai kaos.

Meski tetap menjual album milik musisi luar negeri, JRNY Records Store juga menaruh perhatian besar pada musisi lokal.

“Pengin jadi bagian dari perjalanan musisi atau grup band lokal. Kalau mereka pengin titip hasil karya mereka bisa di sini, kalau pengin presentasi karya mereka bisa masuk ke program kami, dari hulu ke hilir ada wadahnya semua,” kata Argha.

Dalam cita-cita yang lebih besar, apabila JRNY ada di setiap pulau di Indonesia, apabila ada musisi atau grup band lokal yang hendak melakukan tur atau sekadar menitip karya tak lagi kebingungan 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Produksi Ikan Tangkapan dan Budi Daya di Gunungkidul Hanya Naik Tipis

Gunungkidul
| Selasa, 19 Maret 2024, 17:17 WIB

Advertisement

alt

Ribuan Wisatawan Saksikan Pawai Ogoh-Ogoh Rangkaian Hari Raya Nyepi d Badung Bali

Wisata
| Senin, 11 Maret 2024, 06:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement