Advertisement
Rabu 28 Desember 2022, Nilai Rupiah Mulai Menguat

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terpantau menguat tipis pada pembukaan perdagangan Rabu (28/12/2022).
Berdasarkan data Bloomberg di pasar spot, pukul 09.05 WIB, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terapresiasi 0,04 persen atau 5,5 poin ke level Rp15.657 per dolar AS. Indeks dolar AS terpantau naik sebesar 0,03 persen atau 0,300 poin ke level 104,20.
Advertisement
Sementara itu, pergerakan mata uang Asia Pasifik terhadap dolar AS terpantau variatif. Mata uang yen Jepang tercatat melemah 0,22 persen, ringgit Malaysia terkoreksi 0,22 persen, dan rupee India melemah 0,25 persen.
BACA JUGA : Selasa 27 Desember 2022, Nilai Tukar Rupiah Paling Rendah
Di sisi lain, mata uang dolar Taiwan terpantau menguat 0,06 persen, diikuti oleh won Korea Selatan dengan kenaikan senilai 0,17 persen.
Sebelumnya Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksikan pada perdagangan hari ini, mata uang Garuda kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp15.650 - Rp15.720 per dolar AS.
Ibrahim mengatakan pelemahan rupiah terjadi di tengah kebijakan Covid-19 China yang semakin longgar terutama aturan karantina bagi para pendatang. Di sisi lain, kasus infeksi baru Covid-19 di China terus melonjak.
Selain itu, Ibrahim menyebutkan mata uang rupiah ikut tertekan oleh beban utang negara yang kian menggunung.
"Oleh karena itu, pemerintah perlu mewaspadai apabila laju kenaikan utang melebihi pertumbuhan ekonomi. Terlebih, terdapat prospek perlambatan ekonomi pada tahun depan, baik secara global maupun di dalam negeri. Sehingga pemerintah harus berhati-hati jangan sampai penambahan utang kian ngebut walaupun dengan alasan pembangunan infrastruktur," katanya dalam rilis harian.
BACA JUGA : Terus Jeblok, Rupiah Hari Ini Tembus Rp15.631 per Dolar AS
Tingginya suku bunga menimbulkan risiko tambahan pembayaran bunga oleh negara. Hal tersebut bisa berbahaya apabila terjadi perlambatan ekonomi, karena belanja untuk pembayaran utang menjadi meningkat ketika penerimaan terganggu.
Selain itu, terdapat sentimen komposisi SBN lebih dominan dengan surat utang berdenominasi rupiah, tetapi beban dari 15 persen SBN valas akan meningkat ketika rupiah terdepresiasi. Kemudian adanya resiko tingkat kematangan utang (maturity) dari utang yang segera jatuh tempo. Pembayaran bunga dan pokok utang dalam kondisi saat ini dapat menjadi beban.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Prabowo Sebut Lahan KAI Bisa Dimanfaatkan untuk Program 3 Juta Rumah
- KKP Targetkan Indonesia Stop Impor Garam pada 2027
- Pengusaha Rokok Berharap Tidak Ada Kenaikan Cukai Tahun Depan
- Domain dot id Tembus 1,3 Juta Pengguna, Buka Peluang Ekonomi Baru
- Harga Minyak Mentah RI, Agustus Turun Jadi 66,07 dolar AS per barel
Advertisement

Cegah Banjir, Sejumlah Sungai Jogja Dilakukan Normalisasi
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Dukung Ekonomi Nasional, BI Rate Dipangkas Jadi 4,75 Persen
- BI Yakin Ekonomi RI 2025 Tumbuh di Atas Titik Tengah
- Prabowo Sebut Lahan KAI Bisa Dimanfaatkan untuk Program 3 Juta Rumah
- Erick Thohir Dilantik Jadi Menpora, Kementerian BUMN Berpotensi Hilang
- Pariwisata Butuh Pembiayaan, Berharap Suku Bunga Bank Turun
- Harga Beras, Bawang, hingga Cabai Rawit Merah Turun Hari Ini
- Permintaan Kredit Belum Terpacu, Ini Kata Gubernur BI
Advertisement
Advertisement