Advertisement
IMF dan Bank Dunia Ingatkan Risiko Resesi Global di 2023

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia (World Bank) kembali mewanti-wanti adanya risiko resesi global pada 2023, terutama di negara-negara kecil yang rentan.
Saat ini Amerika Serikat (AS), Uni Eropa (UE), dan China secara serentak tengah mengalami pelambatan ekonomi. “Mulai 2023 dunia menghadapi tahun yang sulit, lebih keras dari tahun sebelumnya. Sepertiga dari ekonomi global akan berada dalam resesi karena AS, UE, dan China semuanya melambat secara bersamaan,” ujar Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva dikutip dari Bloomberg, Senin (9/1/2023).
Advertisement
BACA JUGA : Strategi dan Tips Keuangan yang Bebas dari Resesi
Adapun, Bank Dunia menegaskan bahwa tanpa krisis lain pun pertumbuhan global pada 2023 akan melambat secara signifikan. Hal tersebut didorong akibat kondisi keuangan negara yang memburuk dan gangguan lanjutan dari perang Rusia-Ukraina.
“Bahkan tanpa krisis lain, pertumbuhan global tahun ini diperkirakan melambat tajam, mencerminkan pengetatan kebijakan sinkron yang bertujuan menahan inflasi yang sangat tinggi, kondisi keuangan yang memburuk, dan gangguan lanjutan dari invasi Rusia ke Ukraina,” kata Bank Dunia dalam laporan ‘Global Economic Prospects’.
Upaya global dan nasional yang mendesak diperlukan untuk memitigasi risiko penurunan tersebut, serta risiko kesulitan utang di pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang (emerging market and developing economies/EMDEs).
BACA JUGA : Perekonomian di Bawah Ancaman Resesi 2023
Karena pertumbuhan investasi pada 2023 juga diperkirakan akan tetap di bawah rata-rata dua dekade terakhir.
Oleh karena itu, sangat penting bagi para pembuat kebijakan EMDE untuk memastikan bahwa setiap dukungan fiskal difokuskan pada kelompok rentan, ekspektasi inflasi tetap terjaga dengan baik, dan sistem keuangan tetap tangguh.
Akibatnya, dalam beberapa waktu terakhir Federal Reserve (The Fed) secara agresif menaikkan suku bunga yang juga diikuti oleh para gubernur bank masing-masing negara demi untuk mengurangi tekanan harga sementara pemerintah mendukung bisnis dan rumah tangga dengan menahan biaya energi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Menteri PKP Pastikan Aturan Penyaluran KUR Perumahan Rampung Bulan Ini
- Penerbangan Susi Air Jogja-Bandung Bakal Dibanderol Rp1,75 Juta
- Sri Mulyani Ungkap Saldo Akhir APBN 2024 Sebesar Rp457,5 Triliun
- Harga BBM Non Subsidi di Jogja Naik per Juli 2025, Pertamax Kini Rp12.500 per Liter
- Semarakkan Solo Raya Great Sale 2025, Ada Diskon Tarif Kereta Api 10 Persen, Ini Daftarnya
Advertisement
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Harper Malioboro Yogyakarta Raih Penghargaan Tertinggi Kategori Makanan dan Minuman di Archipelago F&B Bootcamp 2025
- Danantara Jalin Komitmen Investasi dengan Perusahaan Arab Saudi Senilai Rp162 Triliun
- Menteri PKP Pastikan Aturan Penyaluran KUR Perumahan Rampung Bulan Ini
- Karyawan TikTok Shop di Amerika Serikat Kena PHK
- Ini 6 Rute Baru Trans Jabodetabek, Berikut Jadwal dan Trayeknya
- Pertamina Patra Niaga Siap Laksanakan LPG Satu Harga
- Asita DIY Catat Kunjungan Wisman ke DIY pada Juni 2025 Naik 20 Persen
Advertisement
Advertisement