Advertisement
Tips Memilih Asuransi yang Aman di Tengah Maraknya Kasus Gagal Bayar

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA— Kasus asuransi bermasalah masih marak terjadi di Indonesia. Seperti diketahui, ada beberapa kasus di tengah industri asuransi mulai dari PT Asuransi Jiwa Adisarana Wanaartha (Wanaartha Life), Kresna Life hingga AJB Bumiputera 1912 membuat kepercayaan akan pengelolaan risiko melalui perusahaan asuransi menurun.
Hal tersebut tentunya menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi masyarakat untuk memilih perusahaan asuransi. Ekonom dan Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira pun memberikan tips yang aman.
Advertisement
Pertama yakni memperhatikan legalitas dan track record perusahaan asuransi.
“Apakah pernah mengalami masalah gagal bayar, kesehatan keuangan perusahaan atau masalah klaim yang rumit,” kata Bhima kepada Bisnis-jaringan Harianjogja.com, Rabu (18/1/2023).
Dia juga kemudian menyarankan agar masyarakat dapat membedakan antara produk asuransi murni dengan asuransi plus investasi seperti unit link.
“Jangan tertukar karena tujuan penggunaan asuransi akan berbeda,” imbuhnya.
Selain itu, Bhima meminta agar masyarakat memiliki produk sesuai dengan kebutuhannya. Diketahui ada beberapa produk asuransi seperti asuransi kesehatan, jiwa atau pendidikan.
Terakhir masyarakat perlu untuk membaca syarat dan ketentuan dengan detail sehingga tidak menimbulkan kebingungan apabila klaim ditolak karena belum memenuhi persyaratan.
Kasus asuransi bermasalah diketahui telah menjadi perhatian Presiden Joko Widodo (Jokowi). Kepala Negara bahwa meminta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menuntaskan masalah tersebut.
Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar usai bertemu Jokowi pada 16 Januari kemarin, dia mengatakan pihaknya akan berkomitmen untuk terus mendorong penyelesaian dari beberapa industri asuransi yang bermasalah.
“Terkait dengan industri asuransi yang ingin terus didorong adalah penyelesaian dari beberapa industri asuransi yang bermasalah yang sekarang sedang dilaksanakan,” kata Mahendra usai bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden Senin (16/1/2023).
“Penyelesaian industri asuransi yang bermasalah sekarang sedang dilaksanakan dan kami berharap dalam waktu dekat kami akan melaporkan secara terpisah perkembangan terkini dari penanganan beberapa industri asuransi tadi,”
Mahendra dalam pernyataan ke awak media juga menyebutkan pihaknya berjanji akan memberikan laporan terpisah ke Kepala Negara terkait kasus yang terjadi di dalam industri asuransi.
BACA JUGA: Waduh....Kemiskinan di Jogja Paling Tinggi se-Jawa
“Kami berharap dalam waktu dekat kami akan melaporkan secara terpisah perkembangan terkini dari penanganan beberapa industri asuransi tadi [kepada Presiden Jokowi],” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Setoran Dividen BUMN untuk APBN Dialihkan ke Danantara, Kementerian Keuangan Putar Otak
- Nilai Investasi Pabrik Kendaraan Listrik di Indonesia Tembus Rp15,1 Triliun
- Asosiasi E-Commerce Diajak untuk Mencegah Perdagangan Ilegal Satwa Liar
- Serapan Tenaga Kerja DIY Capai 34.950 Orang dalam Setahun
- Pengin Menabung di Deposito? Berikut Bunga Deposito BCA, Mandiri, BNI, dan BRI Terbaru
Advertisement

Kegiatan Padat Karya di Gunungkidul Turun Drastis Tahun Ini, Begini Penjelasan Pemkab
Advertisement

Jembatan Kaca Seruni Point Perkuat Daya Tarik Wisata di Kawasan Bromo
Advertisement
Berita Populer
- Tak Ingin Ada Diskriminasi Usia dalam Rekrutmen Tenaga Kerja, Menaker Bakal Sisir Aturan Batasan Usia
- Pemerintah Pusat Siapkan Inpres Infrastruktur untuk Bantu Daerah
- Setoran Dividen BUMN untuk APBN Dialihkan ke Danantara, Kementerian Keuangan Putar Otak
- Harga Emas Antam, UBS, dan Galeri24 Kompak Turun Hari Ini 9 Mei 2025
- Harga Pangan Hari Ini 9 Mei 2025: Daging Ayam dan Cabai Naik
- BI Catat Indeks Keyakinan Konsumen pada April 2025 Meningkat
- Hingga Maret 2025, Realisasi Belanja APBN di DIY Capai Rp4,66 Triliun
Advertisement