Advertisement

Wisata Jogja Lebih Sepi, Pakar Sarankan Fokus ke Kepuasan Wisatawan

Anisatul Umah
Kamis, 04 Mei 2023 - 15:42 WIB
Budi Cahyana
Wisata Jogja Lebih Sepi, Pakar Sarankan Fokus ke Kepuasan Wisatawan Andong di Jalan Malioboro yang tidak terlalu ramai saat libur Lebaran pada Selasa (25/4/2023). - Harian Jogja/Stefani Yulindriani

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Geliat pariwisata di Jogja dan sekitarnya di DIY selama libur Lebaran tahun ini sepi dan tak seramai tahun lalu. Turunnya jumlah wisatawan semestinya dianggap sebagai dorongan untuk mengembangkan wisata berkualitas dengan fokus pada kepuasan wisatawan alih-alih mengejar kuantitas.

Kepala Pusat Studi Pariwisata UGM Mohamad Yusuf mengusulkan DIY lebih fokus pada pembangunan pariwisata berkualitas dan tidak berfokus pada jumlah kunjungan. Aspek yang jauh lebih penting adalah membangun pariwisata yang bisa membuat wisatawan lebih lama menginap, lebih banyak membelanjakan uang, dan merasa lebih puas berpelesir di DIY.

Advertisement

Dia berpandangan manfaat pembangunan pariwisata akan lebih optimal melalui perbaikan kualitas destinasi, serta berorientasi pada pemenuhan yang maksimal atas kepuasan wisatawan.

"Tentunya pelaku industri wusata tidak bisa menyeleksi wisatawan untuk datang atau tidak ke Jogja. Semua pihak harus memperbaiki kualitas destinasi sehingga manfaat pembangunan pariwisata akan lebih optimal, bukan hanya bagi wisatawan, namun juga masyarakat Jogja," ucapnya, Kamis (4/5/2023).

Menurut dia, ada tiga kemungkinan yang menjadi penyebab turunnya wisatawan di DIY saat libur Lebaran tahun ini. Pertama, target yang meleset perlu dilihat terlebih dahulu. "Jangan-jangan targetnya terlalu besar dan ambisius, sehingga mustahil dicapai," paparnya.

Kedua, harga kamar hotel. Dia menilai harga kamar hotel di DIY, khususnya di Kota Jogja, luar biasa mahal. Dengan fasilitas dan kelas yang sama, wisatawan bisa mendapatkan harga yang lebih murah di kawasan sekitar kota Jogja, misalnya Klaten, Solo, Magelang, dan lainnya.

"Artinya wisatawan bisa menikmati atraksi wisata di Jogja, dengan menginap di kawasan sekitar Jogja karena akses menuju Jogja sudah sangat baik," jelasnya.

Kemungkinan yang lain adalah kejenuhan wisatawan untuk berkunjung ke Jogja, sehingga wisatawan mencari alternatif destinasi wisata selain Jogja. Ini terlihat karena sebelum Ramadan, jumlah kunjungan wisatawan ke Jogja, khususnya pelajar dan rombongan sangat besar.

"Setelah, mungkin ada kecenderungan orang untuk mencari destinasi lain."

Sementara itu, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) DIY, Deddy Pranowo Eryono, mengatakan penurunan wisatawan yang menginap di hotel pada Lebaran tahun ini terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia. Tren tersebut tak berlaku di Bali dan Lampung, yang okupansi atau tingkat hunin hotelnya naik dari rata-rata 70% di 2022 menjadi 85% di 2023.

"Kami simpulkan 2023 ini karena liburnya panjang sehingga wisatawanmenyebar ke beberapa daerah di DIY. Ada hotel-hotel baru di Kulonprogo, Gunungkidul, Sleman maupun luar DIY," ungkapnya.

Deddy mengatakan masyarakat dan pemerintah perlu menjaga keamanan bersama dan meningkatkan citra DIY yang lebih baik. Pada periode lebaran H-2 sampai H+3 tahun lalu, okupansi hotel di DIY rata-rata mencapai 75%, sedangkan tahun ini hanya 50%.

Sebelumnya, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno akan membahas tingginya tarif parkir di Jogja yang dinilai berdampak buruk terhadap pariwisata. Sandiaga mengatakan tarif parkir yang naik lima kali lipat menjadi keluhan wisatawan.

Menurut Sandiaga, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif akan berkoordinasi dengan Dinas Pariwisata DIY mengenai tarif parkir kendaraan yang naik lima kali lipat di masa libur Lebaran kemarin.

Sandiaga mengatakan naiknya tarif parkir tersebut membuat wisatawan kaget dan mengeluh.

“Saya akan kordinasi dengan dinas pariwisata untuk membahas soal tarif parkir yang naik lima kali lipat dan menjadi keluhan wisatawan,” tuturnya di Jakarta, Selasa (2/5/2023).

Dia menjelaskan kenaikan tarif parkir hingga lima kali lipat sebaiknya disosialisasikan sejak jauh-jauh hari agar wisatawan tidak kaget selama berwisata di Jogja.

“Jadi dari informasi awal, mereka [pemerintah daerah] menyesuaikan tarif karena jumlah kunjungan wisatawan meningkat terus,” ujarnya.

BACA JUGA: Sepi Saat Libur Lebaran, Hotel di Jogja Sekarang Malah Mulai Ramai

Pemkot Jogja mengizinkan pengelola parkir swasta di Jogja menaikkan tarif parkir hingga lima kali lipat saat libur Lebaran.

“Maksimal kami batasi lima kali lipat dari standar tarif yang ada, tidak boleh lebih dari itu, pengawasan akan kami tingkatkan,” kata Penjabat Wali Kota Jogja Sumadi, Minggu (16/4/2023) siang.

Sumadi menyebut Peraturan Wali Kota Jogja No 149/2020 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta No 2/2019 tentang Perparkiran memungkinkan retribusi parkir swasta lebih tinggi dari standar.

“Pasal 29 ayat 2 peraturan tersebut memang memungkinkan tarif parkir swasta naik lima kali lipat,” ujarnya.

Di luar parkir swasta, Pemkot Jogja menyiapkan 14 kantong parkir selama libur Lebaran 2023. Belasan kantong parkir tersebut yaitu Parkir Utara Hotel Grand Zuri, Parkir Selatan Grand Zuri, Parkir Malioboro ABA, Parkir Malioboro Mall, Parkir Malioboro 2, Parkir Malioboro 3, Parkir Senopati, Parkir Sriwedari, Parkir Timur Gembiraloka, Parkir Barat Gembiraloka, Parkir Spraga, Parkir Beskalan, Parkir Hotel Cavinton, dan Parkir Ngabean.

BACA JUGA: Libur Lebaran, Pemkot Izinkan Pengelola Parkir Swasta Naikkan Tarif 5 Kali Lipat

Adapun anggota DPRD Kota Jogja Krisnadi Setyawan mempertanyakan kinerja Dinas Pariwisata (Dinpar) DIY karena pariwisata lesu alias lebih sepi pada libur Lebaran 2023 ini. Krisnadi menyebut lesunya pariwisata Jogja tak hanya karena tarif parkir swasta yang naik lima kali lipat, melainkan ada hal kompleks lain sehingga harus dievalusi ebih serius.

“Lesunya kunjungan wisata harus dikaji secara serius apakah benar hanya problem tarif parkir saja atau banyak faktor lain? Banyak lokasi tujuan wisata termasuk hotel dan restoran yang sebenarnya tidak mempunyai kecukupan ruang parkir sehingga membuka peluang adanya parkir tidak resmi,” jelas Krisnadi, Minggu (30/4/2023).

Dia mengatakan apabila permintaan parkir naik, tarif otomatis juga naik sebagaimana hukum ekonomi. Menurutnya masalah ini ini tidak selesai dengan hanya melempar kesalahan pada juru parkir yang selama ini disebut dengan istilah nuthuk tarif parkir.

Krisnadi menilai perlu ada pelatihan hospitility pelaku pariwisata oleh Dispar DIY agar wisatawan mau terus berkunjung ke Jogja. Dia menganggap semua tempat parkir DIY berkonsep padat karya karena satu lokasi parkir mempekerjakan beberapa orang.

“Pendapatan yang sudah dibagi rata belum tentu menyamai UMP DIY, dan itu juga tidak rata dalam 12 bulan ada bulan sepi. Pada akhirnya kembali soal kesejahteraan, lebih banyak juru parkir yang jujur dan berharap pekerjaan yang lebih baik dan mapan. Kalau perlu mereka dijadikan pegawai pemerintah saja agar lebih mudah diatur,” ujarnya.

BACA JUGA: Sudah Tercemar, Ini Bahaya Air Sumur Jogja Jika Dikonsumsi

Libur Lebaran di Jogja dan sekitarnya di DIY lebih sepi ketimbang tahun lalu. Dinas Pariwisata (Dispar) DIY semula mematok target kunjungan 5,9 juta wisatawan di libur Lebaran 2023. Kepala Dispar DIY Singgih Raharjo memperkirakan jumlah wisatawan meleset dari target.

“Kami prediksi wisatawan akan akan melimpah ruah, ternyata agak meleset. Kami masih terus menghitung jumlah wisatawan yang mengunjungi destinasi di masing-masing kabupaten dan kota,” ungkapnya, Kamis (27/4/2023).

Singgih bahkan menyebut jumlah wisatawan di DIY pada libur Lebaran tahun ini lebih sedikit daripada tahun lalu.

“Kami pantau dari beberapa destinasi wisata dan laporan masing-masing petugas yang tersebar selama libur Lebaran, tampaknya ada sedikit penurunan kunjungan daripada libur Lebaran tahun lalu,” katanya.

Berdasarkan penghitungan sementara, jumlah wisatawan pada Lebaran tahun ini hanya sekitar 70% dari tahun lalu.

Singgih meminta pelaku wisata, termasuk pengelola parkir, dan masyarakat Jogja meningkatkan hospilatity atau layanan kepada tamu.

“Saya kira hospitality menjadi kunci utama dalam wisata. Dengan begitu wisatawan dapat merasa nyaman dan aman saat berwisata di Jogja, sehingga mereka dapat menghabiskan waktu lebih lama di Jogja dan meningkatkan pula belanja uangnya,” ujar Singgih.

Kepada Dispar DIY, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) juga melaporkan kunjungan tamu yang tak sesuai harapan.

“Beberapa hotel ada yang 100 persen [okupansi], tapi enggak semua. Kami sedang evaluasi fenomena ini. Apakah ada perubahan mendadak libur Lebaran sehingga sedikit mengacaukan penjadwalan mudik atau ada penyebab lain,” paparnya.

Kepala Bank Indonesia DIY Budiharto Setyawan menganggap cuti bersama yang cukup panjang membuat masyarakat bisa mengatur kedatangan sehingga jalanan Jogja tidak semacet tahun lalu dan tingkat hunian kamar hotel tidak terlalu tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Pendaftaran Ditutup, Ini 8 Nama yang Mendaftar Lewat Golkar di Pilkada Bantul 2024

Bantul
| Kamis, 25 April 2024, 16:57 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement