Pedagang Online Cuma Disebut Pengecer Bukan Produsen, Teten Masduki Resahkan Soal Ini
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Pemerintah risau banjirnya platform perdagangan daring (online) yang menggairahkan perdagangan bakal mematikan sisi produksi. Sebab, mayoritas penjualan di lokapasar hanya pengecer atau reseller.
Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM) Teten Masduki membantah adanya isu bahwa pedagang offline kalah saing dengan pedagang online. Menurutnya, digitalisasi tidak bisa dihindari dan UMKM juga harus go digital dan berinovasi.
Advertisement
BACA JUGA: Soal Penutupan TikTok, Kemenkominfo: Kami Tak Pernah Bahas Itu!
Saat ini, masalahnya adalah bagaimana UMKM yang sudah merambah ke dunia online mampu bersaing dan mendorong produk lokal untuk tumbuh dan berkembang. "Jadi, isunya bukan pedagang offline kalah sama online,” kata Teten melalui akun Instagram resminya @tetenmasduki_, Sabtu (16/9/2023).
Teten mengungkapkan, sebagian besar pedagang UMKM online menjual produk impor lantaran mereka tidak memiliki produk sendiri. Dia mencatat saat ini 56 persen dikuasai e-commerce asing secara total revenue. Sehingga, dia mendorong agar platform lokal semakin berdaulat.
“Catatannya, urgen revisi kebijakan investasi, perdagangan, persaingan usaha untuk melindungi ekonomi domestik,” ujarnya.
Sebelumnya, Teten menilai bahwa transformasi digital di Indonesia belum mampu melahirkan ekonomi baru dan hanya menggantikan ekonomi lama. Pasalnya, transformasi digital di Indonesia hanya tumbuh pesat di sisi hilir, tetapi masih lemah di sisi produksi.
BACA JUGA: Pebisnis Logistik Siap Gugat Aturan Impor Langsung Produk di E-Commerce
Hal tersebut kata Teten terbukti dari kian menjamurnya pedagang baru di e-commerce. Sayangnya, pedagang tersebut tidak menjajakan barang hasil produksinya sendiri, melainkan barang hasil produksi orang lain. Akibatnya, ada pedagang yang omzetnya melesat, tetapi ada pula yang tergerus bahkan mati.
Kondisi ini kian diperparah dengan munculnya pedagang yang menjual barang impor murah, membuat produk lokal sekarat.
“Apabila produksi kita hancur, pengangguran pasti meningkat dan berimbas pada turunnya daya beli dan menyebabkan pasar lesu. Padahal 97 persen lapangan kerja disediakan UMKM,” jelas Teten dalam keterangan resmi, dikutip Sabtu (16/9/2023).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Ribuan Orang Teken Petisi Tolak PPN 12 Persen
- Harga Emas Antam Hari Ini 20 November Naik Signifikan, Rp1.498 Juta per Gram
- Garuda Indonesia Dukung Rencana Pemerintah Turunkan Harga Tiket Pesawat
- Dampak Aksi Boikot 47 Gerai KFC Tutup, 17 Restoran Pizza Hut Berhenti Beroperasi
- Harga Emas Antam Hari Ini 18 November 2024 Naik Signifikan, Rp1.476 Juta per Gram.
Advertisement
Terbukti Langgar Netralitas, Seorang ASN di Bantul Dilaporkan ke BKN
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- OJK Awasi Ketat Entitas Pinjol KoinP2P
- Perbanyak Transaksi di GoFood, Menangkan Pengalaman Eksklusif Konser MALIQ & DEssentials
- Ekonom Dukung Keputusan BI Tahan Suku Bunga 6%
- PPN Jadi 12% Tahun Depan, Harga Barang Elektronik Juga Bakal Ikut Naik
- Menyambut Masa Depan Cerah Emas dan Pangan pada 2025
- Ketimbang Kenaikan PPN, Ekonom Sarankan Pemerintah Bidik Kalangan Super Rich
- Mengenal Galeri 24, Anak Perusahaan Pegadaian untuk Investasi Emas
Advertisement
Advertisement