Advertisement
Suku Bunga Acuan Naik, Pengamat Ekonomi: Tidak Berdampak ke KPR

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS di level 5,25-5,50 persen dan Bank Indonesia (BI) di level 6 persen tidak terlalu memengaruhi meningkatnya suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Hal ini diutarakan ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Sagara Institute Piter Abdullah.
"Walaupun ada kenaikan (suku bunga acuan) saya kira tidak akan terlalu tajam, terutama untuk mereka yang sudah mendapatkan KPR, tidak perlu khawatir. Biasanya yang mengalami kenaikan adalah mereka yang mengajukan kredit perumahan baru, tapi kenaikannya tidak akan drastis, tidak akan terlalu memberatkan," kata Piter dalam seminar virtual Perbandingan Efektivitas KUR dan KPR di Jakarta, Kamis (16/11/2023).
Advertisement
Piter menjelaskan bahwa saat ini suku bunga acuan memang masih tinggi, serta diproyeksikan masih akan terus meningkat dalam jangka waktu yang lama atau higher for longer.
Namun, peningkatan suku bunga acuan tidak akan terlalu berpengaruh terhadap kredit perumahan. Hal itu menurut Piter, karena dalam sistem perbankan saat ini, suku bunga kredit relatif konstan.
"Menurut saya, kita tidak perlu khawatir, memang tren suku bunga sedang tinggi, higher for longer. dan lama tidak turun-turun. Suku bunga kredit kita itu tidak banyak berubah selam lima tahun terakhir," jelasnya.
Peningkatan suku bunga BI di level 6 persen, menurut Piter, merupakan kenaikan suku bunga yang tidak terlalu tinggi. Untuk itu ia mengimbau masyarakat untuk tak terlalu khawatir.
BACA JUGA: Kalah dari Maroko di Piala Dunia U-17, Timnas Masih Berpeluang Lolos, Ini Detailnya
Dengan kondisi tersebut, perbankan masih bisa meraup keuntungan meskipun telah mengurangi margin bunga bersih atau net interest margin (NIM).
"Ini yang biasanya dilakukan pertama-tama adalah mengurangi net interest margin (NIM)-nya, NIM-nya akan menyempit sedikit, tapi tidak akan mengurangi keuntungan perbankan. Apalagi untuk KPR, kan ada subsidi dari pemerintah. Jadi saya kira tidak perlu kawatir," katanya.
Adapun Gubernur BI Perry Warjiyo telah memproyeksikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve bakal melandai pada semester II-2024.
Hingga paruh pertama tahun depan, BI memprediksi The Fed masih akan melakukan pengetatan kebijakan moneter, di mana pada akhir tahun suku bunga acuan diperkirakan naik sekali lagi menjadi 5,75 persen dari 5,5 persen.
Namun, pada paruh berikutnya, Federal Reserve diperkirakan akan mulai melonggarkan suku bunga acuannya.
Perry mengatakan gejolak perekonomian AS disebabkan besarnya utang pemerintah akibat dampak pandemi COVID-19, ditambah kini negara Paman Sam itu juga menggelontorkan dana untuk membiayai perang.
Akibatnya, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah atau US treasury yield meningkat pesat pada 2023. Dampak dari tingginya suku bunga serta imbal hasil obligasi, kata Perry, mendorong terjadinya pelarian modal dalam jumlah besar sehingga nilai tukar dolar AS terkerek meninggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Ada 243 Titik Rawan Perjalanan Kereta Api, PT KAI Gelar Inspeksi Hadapi Libur Akhir Tahun
- Harga Gula di Dalam Negeri Mahal, Ini Penyebabnya
- TikTok Shop Kembali ke Indonesia Gandeng E-Commerce, Ini Reaksi Kemenkop
- Jokowi Buka Opsi Perpanjangan Kontrak Freeport 20 Tahun, Ini Syaratnya
- Lonjakan Harga Bahan Pokok Tak Terkendali
Advertisement
Advertisement

Jelang Natal Saatnya Wisata Ziarah ke Goa Maria Tritis di Gunungkidul, Ini Rute dan Sejarahnya
Advertisement
Berita Populer
- DIY Dapat Alokasi APBN 2024 Sebesar Rp25,82 Triliun
- Pengguna MyPertamina di Jateng & DIY Capai 2,4 Juta
- Pertamina Patra Niaga JBT Make Over SPBU di Pemalang
- Mirota Tetap Konsisten Jaga Kualitas Susu Lactona
- Rayakan HUT ke-4, Novotel Suites Malioboro Gandeng 10 Seniman Mural
- Ada 243 Titik Rawan Perjalanan Kereta Api, PT KAI Gelar Inspeksi Hadapi Libur Akhir Tahun
- Kebutuhan Meningkat, Kasus Pinjol Ilegal Berpotensi Naik Jelang Nataru
Advertisement
Advertisement