DIY Punya Potensi Ekspor Gudeg dan Salak, Tapi Masih Terkendala Ini..
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) DIY menyebut DIY punya potensi yang besar untuk ekspor gudeg dan salak.
Kepala Disperindag DIY, Syam Arjayanti mengatakan negara yang potensial untuk ekspor dua komoditas ini adalah Arab. Akan tetapi untuk masih dilakukan penelitian untuk menghasilkan teknik agar salak bisa awet dan segar minimal tiga bulan sampai ke Arab. Penelitian hingga kini masih berlangsung.
Advertisement
Sementara untuk gudeg saat ini masih proses legalitas. Sertifikasinya dari negara tujuan masih harus dilengkapi. Proses pelengkapan syarat-syarat masih berlangsung juga.
"Potensinya sebenarnya besar sekali [gudeg dan salak] untuk ekspor. Khususnya ekspor ke Arab," ucapnya, Jumat (29/12/2023).
Baca Juga
Meski Tak Setinggi Tahun Lalu, Ekspor DIY Melonjak Jelang Akhir 2023
Ada Peluang, Disperindag DIY Optimalkan Ekspor Produk Makanan
Ekspor DIY Melonjak 32,17 Persen di Mei 2023, Ini Penyebabnya
Ia menyebut saat ini belum bisa dipastikan kira-kira kapan ekspor dua komoditas ini bisa dilakukan. Tergantung dari hasil penelitian dan pemenuhan kelengkapan syarat-syarat. "Tergantung hasil penelitiannya kalau salak. Sedangkan gudeg juga tergantung apakah sertifikasinya sudah selesai," lanjutnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) DIY mencatat pangsa ekspor Oktober 2023 tertinggi adalah Amerika Serikat (AS) sebesar 16,2 juta dolar atau 41,43% dari total ekspor. Disusul Jerman, Australia, Jepang, dan Belanda dengan besaran di bawah 5 juta dolar dan andil di bawah 10%. Pangsa ekspor ke Uni Eropa sebesar 7,7 juta dolar atau 19,69%, dan Asean 1,1 juta dolar atau 2,81%.
Kepala BPS DIY, Herum Fajarwati menyampaikan komoditas ekspor dilihat dari 10 golongan barang terbesar Oktober 2023 tertinggi masih sama dengan bulan-bulan sebelumnya pakaian jadi bukan rajutan 13,1 juta dolar atau 33,50 persen.
"Share golongan tiga besar Januari - Oktober 2023 di antaranya pakaian jadi bukan rajutan 139 juta dolar atau 35,98%, perabot, penerangan rumah sebesar 47,6 juta dolar atau 12,32%, dan barang-barang dari kulit sebesar US$42,7 juta dolar atau 11,05%." (Anisatul Umah)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Luhut Sebut Rencana Kenaikan PPN 12 Persen Awal 2025 Kemungkinan Ditunda
- 4 Keuntungan Memakai Rak Dapur Terbuka di Rumah
- Ribuan Orang Teken Petisi Tolak PPN 12 Persen
- Harga Emas Antam Hari Ini 20 November Naik Signifikan, Rp1.498 Juta per Gram
- Garuda Indonesia Dukung Rencana Pemerintah Turunkan Harga Tiket Pesawat
Advertisement
BPBD Terbitkan SE Siaga Bencana, Ini 4 Titik Talut yang Berpotensi Ambrol di Jogja
Advertisement
Hotel Harper Malioboro Hadirkan Kuliner Lokal Brongkos Daging Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Ekonomi DIY Diperkirakan Konsisten di Atas 5% hingga Tahun Depan
- Program Tiga Juta Rumah per Tahun Pemerintah Bakal Dibangun Tujuh Konglomerat, Ini Daftarnya
- Libur Natal dan Tahun Baru Garuda Indonesia Turunkan Harga Tiket 10 Persen
- Hotel Royal Ambarrukmo Targetkan Okupansi 100% Saat Liburan Tahun Baru
- Garuda Indonesia Travel Festival (Gatf) 2024 di Jakarta Resmi Digelar, Hadirkan Ragam Pilihan Tiket Penerbangan Terjangkau
- Pakar Proyeksikan DIY Kembali Inflasi di November 2024, Ini Penyebabnya
- Rayakan HUT Ke-24, Epson Indonesia Gelar Donor Darah di Plaza Ambarrukmo
Advertisement
Advertisement