Meski Tak Setinggi Tahun Lalu, Ekspor DIY Melonjak Jelang Akhir 2023
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) DIY menyampaikan kegiatan ekspor menjelang akhir tahun biasanya mengalami peningkatan. Peningkatan ini terjadi karena ada permintaan untuk memenuhi kebutuhan Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Kepala Disperindag DIY, Syam Arjayanti mengatakan meski ada peningkatan dibandingkan Juli 2023, ekspor DIY pada Agustus 2023 masih lebih rendah dari tahun lalu. Di mana pada masa pandemi justru meningkat signifikan.
Faktor pendorong ekspor pada masa pandemi yakni kebutuhan mendekorasi rumah tinggi, kebutuhan olahraga golf juga tinggi karena dianggap lebih aman, dan pada masa pandemi kondisi lockdown China berpengaruh positif bagi permintaan produk Indonesia maupun DIY.
"Saat ini setelah China membuka kembali kegiatan ekspornya, ternyata juga berpengaruh terhadap permintaan sehingga terjadi sedikit penurunan. Karena mendekati Natal Tahun Baru kemungkinan mulai Agustus, September dan seterusnya akan mengalami kenaikan permintaan ekspor," ucapnya, Senin (9/10/2023).
Dia menjelaskan DIY punya potensi yang tinggi pada ekspor paper bag, sebab industri ini memiliki daya saing yang cukup kuat di pasar internasional, adanya bahan baku dalam negeri tentunya sangat mendukung potensi ekspor produk paper bag.
"Di DIY ada dua perusahaan yang cukup besar untuk mendukung ekspor produk ini," jelasnya.
BACA JUGA: Ekspor DIY Melonjak 32,17 Persen di Mei 2023, Ini Penyebabnya
Advertisement
Sementara itu, kegiatan impor pada September 2023 untuk bahan baku dan bahan penolong kemungkinan akan mengalami sedikit peningkatan. Guna mendukung peningkatan kegiatan ekspor.
BPS DIY Catat Ekspor Impor Naik pada Agustus 2023
Badan Pusat Statistik (BPS) DIY mencatat pada Agustus 2023 nilai ekspor DIY mencapai 40,1 juta dolar naik 7,22% secara bulanan atau (month-to-month/mtm) dibandingkan Juli 2023 sebesar 37,4 juta dolar. Akan tetapi secara tahunan atau (year-on-year/yoy) turun 14,50% di mana pada Agustus 2022 nilai ekspornya sebesar 46,9 juta dolar.
Ekspor DIY pada Agustus 2023 tercatat 99,50% adalah ekspor barang-barang hasil industri pengolahan. Secara bulanan mengalami peningkatan 7,26%, tapi secara tahunan turun 14,56%.
"Perkembangan ekspor pada Agustus 2023 mencapai 40,1 juta dolar, ini mengalami kenaikan 7,22% dibandingkan dengan kondisi Juli 2023," papar Statistisi Ahli Utama BPS DIY, Sentot Bangun Widoyono.
Pangsa ekspor paling tinggi ke Amerika Serikat (AS) dengan nilai 15,7 juta dolar atau 39,15%. Kemudian disusul Jerman dan Jepang dengan persentase masing-masing 9,23% dan 6,98%. Berdasarkan kawasan masih didominasi Uni Eropa sekitar 25,94%, sementara Asean 1,75%.
"Komoditas yang utama masih didominasi tiga komoditas yakni pakaian jadi bukan rajutan, lalu perabot, penerangan rumah, dan barang-barang dari kulit. Dari pertemuan terakhir kami dengan asosiasi pengusaha ekspor, sebenarnya punya potensi adalah kelompok barang-barang hasil makanan ini bagian yang perlu didorong untuk bisa menjadi bagian ekspor DIY," jelasnya.
Share dari tiga komoditas utama pada periode Januari - Agustus 2023 untuk pakaian jadi bukan rajutan 113,8 juta dolar atau 36,70%, perabot, penerangan rumah sebesar 37,7 juta dolar atau 12,16%, dan barang-barang dari kulit sebesar 34,6 juta dolar atau 11,16%.
"Kami juga dapat informasi bahwa ada beberapa kelompok yang cukup dominan yaitu ekspor paper bag. Ini potensi baru bagi Yogyakarta untuk jadikan paper bag bagian dari ekspor," lanjutnya.
Sementara itu, perkembangan impor DIY pada Agustus 2023 mencapai 9,2 juta dolar, capaian ini sama dengan Juli 2023 atau tidak ada perubahan. Jika dibandingkan Agustus 2022 mengalami penurunan 12,38% di mana impor tahun lalu 10,5 juta dolar.
Negara asal impor DIY paling besar adalah Tiongkok dengan nilai 3,6 juta dolar atau 39,13%. Disusul Hongkong dengan nilai 2,5 juta dolar atau 27,17%, dan AS 1,1 juta dolar atau 11,96%.
"Komoditas utama yang diimpor DIY kain rajutan sebagai bahan baku komoditas ekspor meliputi 18,48% atau 1,7 juta dolar. Dan secara kumulatif kain rajutan mencapai 14,9 juta dolar [periode Januari - Agustus 2023]."
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Harga Emas Antam Hari Ini 20 November Naik Signifikan, Rp1.498 Juta per Gram
- Garuda Indonesia Dukung Rencana Pemerintah Turunkan Harga Tiket Pesawat
- Dampak Aksi Boikot 47 Gerai KFC Tutup, 17 Restoran Pizza Hut Berhenti Beroperasi
- Harga Emas Antam Hari Ini 18 November 2024 Naik Signifikan, Rp1.476 Juta per Gram.
- Nilai Impor pada Oktober 2024 Capai 21,94 Miliar Dolar AS, Naik 16,54 Persen
Advertisement
Undangan Memilih Pilkada Gunungkidul Didistribusikan ke 612.421 Warga
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Life Media Kenalkan Layanan Canggih Hospitality TV untuk Hotel
- BI Janjikan Insentif untuk Perbankan Dukung Program 3 Juta Rumah
- Di Electricity Connect 2024, PLN Galang Kolaborasi Global Wujudkan Transisi Energi di Indonesia
- Hasil Sidak, 4 SPBU di DIY Ditutup karena Melakukan Kecurangan, Ini Daftarnya
- OJK Awasi Ketat Entitas Pinjol KoinP2P
- Perbanyak Transaksi di GoFood, Menangkan Pengalaman Eksklusif Konser MALIQ & DEssentials
- Ekonom Dukung Keputusan BI Tahan Suku Bunga 6%
Advertisement
Advertisement