Advertisement
Begini Perjalanan Bata, Merek Sepatu Legendaris yang Pilih Tutup Pabrik karena Merugi
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Merek sepatu asal Ceko, Bata, telah mewarnai pasar alas kaki di Indonesia sejak era proklamasi. Setelah nyaris satu abad hadir, Bata mulai mengalami kerugian hingga menutup pabrik nya di Purwakarta.
Dikutip dari situs resmi Bata, Minggu (5/5/2024) Bata muncul di Indonesia pertama kali pada 1931 atau 14 tahun sebelum kemerdekaan. Kala itu, Bata bekerja sama dengan Netherlandsch-Indisch atau NV yang merupakan importir sepatu di Tanjung Priok.
Advertisement
Perusahaan sepatu yang didirikan oleh 3 bersaudara, Tomas, Anna dan Antonin Bata itu dengan nama T.& A itu akhirnya mendirikan pabrik sepatu pertama nya di Indonesia, selang 6 tahun kemunculannya di pasar domestik.
Tomas Bata memutuskan untuk mendirikan pabrik Sepatu di tengah perkebunan karet di area Kalibata, beralamat di Jl. Kalibata Raya Jakarta Selatan. Selanjutnya produksi sepatu terjadi mulai tahun 1940.
Keseriusannya makin dalam, PT Sepatu Bata akhirnya melantai di Bursa Efek Jakarta. Per 1982 perusahaan terdaftar sebagai emiten dengan kode saham BATA. Tak hanya itu, sebagai bisnis yang berspesialisasi pada produk sepatu injeksi untuk konsumsi dalam dan luar negeri, Bata pun merampungkan konstruksi pabrik sepatu di Purwakarta pada 1994.
Brand sepatu ini juga melayani segmen pasar yang berbeda, seperti merek ternama Marie Claire, Comfit, Power, Bubblegummers, North Star, B-First, dan Weinbrenner. Sepatu Bata sebagai alas kaki dan pemasar terkemuka di negara ini, telah mengoperasikan rantai ritel 435 toko di seluruh negeri, yang terdiri dari Family and City Stores. Bata Indonesia juga mengoperasikan Wholesale Departemen yang melayani Ritel Dealer independen.
Adapun, Bata menjadi salah satu produsen sepatu terbesar di dunia dengan lebih dari 5.300 toko yang tersebar di lebih dari 70 negara. Secara global, Bata telah hadir sejak 1894.
BACA JUGA: Aprisindo: Idustri Alas Kaki Dalam Negeri Masih Menghadapi Tekanan
Sayangnya, di Indonesia, produsen Bata membukukan kerugian sebesar Rp105,91 sepanjang 2022 atau membengkak sebesar 106,85% dari rugi bersih tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp51,20 miliar.
Bata membukukan penjualan bersih sebesar Rp643,45 miliar, naik 46,74% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp438,48 miliar pada periode tersebut.
Sementara itu, pada Januari-September 2023 tercatat kerugian BATA mencapai Rp80,65 miliar atau meningkat 294,76% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp20,43 miliar.
Sedangkan, penjualan bersih BATA pada periode tersebut turun 0,42% menjadi Rp488,47 miliar atau lebih rendah dari tahun sebelumnya Rp490,57 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- KAI Kommuter Daop 6 Jogja Beri Apresiasi Pelanggan Setia
- Penyaluran Beras SPHP di Ritel Modern Segera Dimasifkan
- Anggaran Kementerian Kelautan dan Perikanan Naik Rp3,6 Triliun
- Pelaku Wisata Hingga Properti Sambut Baik Rencana Kucuran Stimulus Ekonomi
- Menteri Pertanian Tegaskan Tidak Ada Kelangkaan Beras
Advertisement

Jadwal Bus DAMRI ke Bandara YIA, dari Jogja, Purworejo dan Kebumen, 5 September 2025
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Cek Harga Emas Hari Ini, Antam, UBS dan Galeri24 Kompak Naik
- Harga Cabai Rawit dan Bawang Merah Turun, Kamis 4 September 2025
- PMK Sudah Terbit, Koperasi Merah Putih Bisa Pinjam Duit ke Himbara
- Peringati Hari Pelanggan, Pegadaian Kanwil XI Semarang Bagi-Bagi Emas
- 147 Ribu Orang Gunakan Kereta Api di Libur Panjang Maulid Nabi
- Per Juli 2025, Penyaluran Kredit Perbankan Tumbuh 7,03 Persen
- KAI Kommuter Daop 6 Jogja Beri Apresiasi Pelanggan Setia
Advertisement
Advertisement