Advertisement

Promo November

BPS DIY Sebut TPID Punya Peran Penting Kendalikan Inflasi

Anisatul Umah
Senin, 21 Oktober 2024 - 13:57 WIB
Sunartono
BPS DIY Sebut TPID Punya Peran Penting Kendalikan Inflasi Inflasi / Ilustrasi Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Badan Pusat Statistik (BPS) DIY menyebut Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) punya peran signifikan dalam menjaga inflasi tetap terkendali. Kepala BPS DIY, Herum Fajarwati mengatakan upaya pengendalian inflasi dilakukan oleh berbagai lini.

Dia mencontohkan saat pasokan telur di DIY kurang maka dilakukan upaya kerjasama antar daerah dengan Jawa Timur. Mendatangkan telur untuk memenuhi kebutuhan di DIY karena produksinya tidak cukup.

BACA JUGA : Jogja Alami Kenaikan Inflasi Tahunan, Ini Komoditas Pemicunya

Advertisement

Menurutnya TPID DIY juga melakukan inovasi-inovasi seperti Kios Segoro Amarto sebagai price reference store untuk menjaga daya beli, Warung MRANTASI (Masyarakat Lan Pedagang Tanggap Inflasi), operasi pasar atau pasar murah, dan lainnya.

"TPID ini memang punya peran yang signifikan terhadap pengendalian inflasi, karena memang berbagai lini," ucapnya, Senin (21/10/2024).  

Dia menjelaskan setiap bulannya TPID DIY selalu membaca data statistik yang dirilis oleh BPS DIY, melihat komoditas yang tren harganya mulai naik. TPID DIY menurutnya sudah punya rencana kerja di momen-momen besar seperti Idul Fitri dan Nataru.

Herum mengatakan ada momen tahunan yang membentuk pola, di mana barang-barang akan mengalami kenaikan harga. Menjelang Idul Fitri harga sembako mulai melonjak. Ini dijadikan acuan oleh TPID DIY dalam membuat kebijakan dan program.

"Ada juga momen saat tahun ajaran baru, nanti pengeluaran dari pendidikan akan tinggi," jelasnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, meski sudah ada pola, namun terkadang ada pola-pola yang berubah misalnya di tahun lalu bulan Maret sudah terjadi panen raya. Dampaknya harga beras menjadi turun.

Namun di tahun ini karena ada pergeseran musim tanam pada bulan Maret penurunan harga beras belum signifikan. Kemungkinan baru sedikit yang panen sehingga baru turun bulan April. "Jadi pola-polanya pun kadang-kadang gak sama persis," lanjutnya.

Sebelumnya, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) DIY, Ibrahim mengatakan ada beberapa tantangan yang dihadapi TPID DIY. Seperti dinamika kondisi pasokan dan permintaan akibat pengaruh musiman maupun struktural, nilai tambah komoditas yang terbatas seiring belum optimalnya hilirisasi, dan peranan offtaker lokal yang belum optimal.

BACA JUGA : BI Jogja Klaim Inflasi di Jogja Masih Akan Terjaga Sesuai Target

Ia menjelaskan pada September 2024 DIY kembali mencatatkan deflasi sebesar 0,10% secara bulanan atau (month-to-month/mtm), dan secara tahunan inflasi DIY mencapai 1,85% (year-on-year/yoy). Menurutnya deflasi yang terjadi di DIY dipicu oleh harga komoditas yang mulai menunjukkan normalisasi.

Ibrahim  menyebut secara umum terdapat beberapa hal yang berpotensi mempengaruhi kondisi inflasi DIY ke depan. Antara lain pengembangan inovasi teknologi pertanian yang masih terbatas, kondisi iklim La Nina di akhir tahun yang berpotensi memberikan dampak terhadap produksi pangan, aliran pasokan komoditas pangan ke luar DIY yang relatif besar.

Menurutnya hilirisasi pangan perlu didorong untuk menjaga stabilitas harga, meningkatkan nilai tambah, dan penyerapan tenaga kerja. Sementara itu, kata Ibrahim, kondisi permintaan dan daya beli di DIY masih relatif terjaga.

"Tercermin dari indeks penjualan makanan dan minuman yang meningkat, didukung kepercayaan konsumen yang masih optimis," katanya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Jelang Pilkada 2024, Dinas Kominfo Gunungkidul Tambah Bandwidth Internet di 144 Kalurahan

Gunungkidul
| Jum'at, 22 November 2024, 14:47 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement