Advertisement
Suku Bunga BI Jadi 5,75%, Begini Dampaknya ke Bisnis Menurut Apindo DIY

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA— Bank Indonesia (BI) menurunkan BI-Rate sebesar 25 bps menjadi 5,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 5%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,5% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI 14-15 Januari 2025.
Menanggapi hal ini, Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) DIY Bidang Ketenagakerjaan, Timotius Apriyanto mengatakan meski tujuannya untuk mendorong stabilitas dan pertumbuhan jangka panjang, kebijakan ini akan menimbulkan tantangan baru.
Advertisement
Khususnya bagi dunia usaha yang bergulat dengan dampak pelemahan nilai tukar rupiah. Dan juga tekanan eksternal seperti ketidakpastian global termasuk fluktuasi biaya energi dan logistik.
Menurutnya penurunan BI Rate punya beberapa dampak positif diantaranya suku bunga kredit lebih rendah, memicu perbaikan dan ekspansi pengusaha, mendorong investasi, penyeimbang risiko inflasi, mengurangi beban utang, dan mengurangi risiko pengangguran.
"Dalam konteks struktur dan lanskap ekonomi Indonesia yang dinamis, kebijakan ini kerap terbentur kelemahan struktural seperti rendahnya efek berganda dari kebijakan fiskal," ucapnya, Rabu (21/1/2025).
Lebih lanjut dia mengatakan penurunan BI Rate bisa mendorong dunia usaha melalui biaya kredit yang lebih rendah. Akan tetapi dalam situasi saat ini, manfaat tersebut belum dirasakan secara signifikan.
Hal ini disebabkan beberapa hal, seperti rupiah makin melemah karena kebutuhan impor minyak meningkat. Pengusaha yang bergantung pada bahan baku impor biaya produksinya jadi melonjak, sehingga menurunkan margin.
"Ketidakpastian ekonomi global dan fluktuasi harga minyak menciptakan ketidakpastian bagi investor," paparnya.
BACA JUGA: BI Rate Turun Menjadi 5,75 Persen
Ia menyebut perlu langkah strategis untuk menyelamatkan ekonomi tanpa mengorbankan pengusaha. Seperti diversifikasi energi untuk mengurangi ketergantungan pada impor minyak. Perkuat ekspor non migas guna menambah cadangan devisa.
Lalu alokasi anggaran yang efektif, pemerintah perlu memastikan belanja fiskal memiliki efek berganda yang tinggi. Dan terakhir pemberian subsidi yang tepat sasaran sehingga bisa menjaga daya beli masyarakat dan menekan inflasi.
"Kebijakan penurunan suku bunga BI menjadi langkah berani di tengah tekanan global dan domestik," ungkapnya.
Branch Manager BTN Yogyakarta, Arjuna Putra Kinasih mengatakan naik turunnya BI Rate lebih berdampak pada penghimpunan dana pihak ketiga. Misalnya saat turun lalu akan menawarkan produk deposito atau tabungan bunganya akan mengikuti karena dari BI Rate sudah ada acuannya.
"Ngefek ke penghimpunan dana, kalau kredit di awal penghitungan. Ke belakang sudah beberapa tahun beda perhitungannya," ucapnya. (Anisatul Umah)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Presiden Prabowo Umumkan Sejumlah Kebijakan untuk Pekerja di Hari Buruh
- Kasus Dugaan Korupsi Sritex Disidik Kejaksaan Agung
- Pertumbuhan Ekonomi Kreatif Indonesia Bakal Ditentukan dari Daerah
- Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang Dilirik Tiga Maskapai Rute Luar Negeri
- Pengusaha Korea Selatan Gerojok Investasi Rp30 Triliun untuk Indonesia
Advertisement

Capaian Infrastruktur di Gunungkidul Masih Belum Memuaskan
Advertisement

Asyiknya Interaksi Langsung dengan Hewan di Kampung Satwa Kedung Banteng
Advertisement
Berita Populer
- Wamenaker Sebut Angka Pengangguran RI 7,48 Juta
- Harga BBM Pertamax Turun per 2 Mei 2025, Ini Daftar Harganya
- Harga Emas Hari Ini, Antam, UBS dan Galeri24 Kompak Anjlok
- Harga Daging Ayam Hari Ini 2 Mei 2025 Kembali Naik, Cabai Turun
- PPATK Blokir Rekening Senilai Rp600 Miliar Terindikasi Judi Online
- Inflasi April 2025 Capai 1,17 Persen, Listrik hingga Emas Jadi Penyebab Tertinggi
- Produksi Jagung Januari-Juni 2025 Diprediksi Capai 8,07 Juta Ton
Advertisement