Advertisement
Ekonom UGM Minta Pemerintah Antisipasi Tren Penurunan Daya Beli

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA— Dosen Departemen Ekonomika dan Bisnis (DEB) Sekolah Vokasi (SV) UGM, Yudistira Hendra Permana menyebut pelemahan daya beli masyarakat diperkirakan masih menjadi tantangan perekonomian tahun ini. Menurutnya krisis global sejak Covid yang belum pulih sepenuhnya menjadi salah satu penyebab.
Selain itu kondisi global juga masih dihadapkan pada krisis ekonomi, energi, dan geopolitik. Kondisi ini berdampak ke Indonesia, menyebabkan berbagai tekanan ekonomi hingga kemampuan daya beli masyarakat.
Advertisement
"Pelemahan daya beli masyarakat diperkirakan masih menghantui perekonomian Indonesia sepanjang 2025," ucapnya, Sabtu (15/2/2025).
Dia menjelaskan angka pertumbuhan ekonomi pasca pandemi Covid stagnan di sekitar 5%, sehingga ekonomi Indonesia tidak dalam kondisi baik-baik saja. Tren deflasi secara gradual juga terjadi sampai saat ini.
Lapangan kerja dan upah yang tidak terjamin, kata Yudistira, membuat masyarakat merasakan ketidakpastian yang cukup tinggi. Ketidakpastian ekonomi menurutnya membuat masyarakat menahan tingkat konsumsi.
"Ketika permintaan menurun, produsen juga akan berhitung yang dapat berdampak pada layoff pegawai, dan lainnya," tuturnya.
Lebih lanjut dia mengatakan masyarakat dan pemerintah perlu melakukan antisipasi, sebab tren menurunnya kemampuan daya beli ini akan berdampak jangka panjang bila tidak diurus dengan baik. Ia menjelaskan momen bulan puasa dan lebaran bisa menjadi salah satu pembuktian karena biasanya konsumsi masyarakat meningkat.
BACA JUGA: Aturan Baru, Korban PHK Dapat Gaji 60 Persen Selama Enam Bulan
Ia menyebut salah satu langkah yang bisa diambil adalah dengan memangkas anggaran perjalanan dinas dan seremoni. Namun, relokasi anggaran perlu dilakukan dengan tepat. Salah satu yang dia sorot adalah komposisi kabinet yang saat ini cukup ‘gemuk’ dengan penambahan beberapa kementerian menambah jumlah pos anggaran.
"Pengetatan anggaran MBG [makan bergizi gratis] perlu diperhatikan sebab sekarang anggaran pendidikan dan kesehatan terkena imbasnya dan dianggap hanya sebagai sektor penunjang."
Yudistira menyebut anggaran pendidikan dan kesehatan seharusnya tidak dipangkas karena pembangunan sumber daya manusia (SDM) di masa mendatang ditentukan dari tingkat pendidikan dan kesehatan.
"Untuk landasan transformasi yang dibangun adalah modal manusianya melalui pendidikan dan kesehatan, jadi jangan sampai anggarannya dipotong."
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Penerapan Tarif Impor AS, China Peringatkan Potensi Krisis Kemanusiaan
- Perang Dagang, China Balas Amerika Serikat dengan Mengenakan Tarif Impor 125 Persen
- Tarif Impor Amerika Serikat atas Barang-Barang dari China 145 Persen, Bukan 125 Persen
- Kementerian Pekerjaan Umum Setujui Kenaikan Lima Ruas Jalan Tol, Ini Daftarnya
- Rencana Pembukaan Keran Impor Tanpa Kuota, Wamentan Pastikan Tidak Merugikan Industri Lokal
Advertisement

BPBD DIY Larang Pendakian Ilegal di Gunung Merapi, Ini Alasannya
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Beroperasi 33 Tahun, Tupperware Resmi Menghentikan Bisnis di Indonesia
- Dewan Ekonomi Yakin Kebijakan Tarif Trump Tidak Menggoyahkan Perekonomian Indonesia
- Prabowo Sebut Qatar Komitmen Investasi 2 Miliar Dolar AS ke Danantara
- Tupperwere Resmi Tutup Seusai 33 Tahun Beroperasi di Indonesia, Ini Alasannya
- OJK Wajibkan Pinjaman Online Lebih Dari Rp2 Miliar Wajib Ada Agunan
- Cek Harga Emas Hari Ini, Antam, UBS dan Galeri24, Senin 14 April 2025
- Cek Harga Pangan Hari Ini, Senin 14 April, Cabai Rawit Naik dan Telur Turun
Advertisement