Advertisement
Ekonom Indef Beberkan Empat Strategi Hadapi Tarif Trump

Advertisement
JOGJA—Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengumumkan telah tercapai kesepakatan tarif impor, dari 32% menjadi 19% mulai 1 Agustus 2025. Sementara barang AS yang masuk Indonesia tarifnya 0%.
Direktur Eksekutif Indef, Esther Sri Astuti mengatakan kebijakan tarif Trump yang berubah-ubah dari 10% menjadi 32% dan kini 19% menjadi penanda agar Indonesia jangan sampai tergantung pada pasar negara lain.
Menurut dia, akan lebih baik jika ada diversifikasi pasar sehingga saat terjadi gonjang ganjing bisa ekspor ke negara lain.
Esther menyarankan salah satu pasar yang bisa dituju adalah Uni Eropa, sebab potensinya cukup besar. Selain pasar Asean dan negara-negara Asia lainnya.
Advertisement
Di pasar Uni Eropa menurutnya biasanya Indonesia mengirimkan komoditas ekspor minyak nabati, hewani, industri kimia, mesin, perlengkapan alas kaki, topi, dan produk mineral. Menurutnya ini relatif mirip dengan pasar AS.
"Kalau misalnya pasar AS membuat kita terhalang tarif Trump, maka shifting dari AS ke pasar Uni Eropa bisa dilakukan dengan sangat mungkin," ucapnya dalam diskusi secara hybrid bertajuk Tarif Amerika Turun, Indonesia Bakal Untung?, Senin (21/7/2025).
Selain diversifikasi, imbuh Esther, strategi kedua yang bisa dilakukan adalah memperluas jaringan ekonomi. Kemudian menciptakan iklim investasi yang kondusif, dan terakhir memperbanyak variasi produk ekspor dengan produk lainnya.
Strategi itu ia sebut sudah dilakukan lebih dahulu oleh Vietnam. Sehingga saat terjadi perang dagang di 2019, Vietnam bisa menjadi pemenang. Menjadi negara yang paling mendapatkan keuntungan dari perang dagang.
Dia mengatakan selama 10 tahun terakhir dari 2014-2024 ekspor Indonesia ke AS relatif meningkat. Hanya turun pada 2023 dan puncaknya terjadi di 2022. Sementara importir dominan China, disusul Singapura, Jepang, AS, dan Malaysia. "Lebih baik ciptakan diversifikasi pasar ekspor, jika ada gonjang ganjing bisa ekspor ke negara lain," kata Esther.
Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Indef, M Rizal Taufikurahman menjelaskan kebijakan tarif AS tidak menguntungkan bagi perekonomian Indonesia baik dari sisi makro ekonomi, perdagangan luar negeri, tenaga kerja, sektor riil, maupun struktur harga maupun inflasi. "Hampir semua sektor mengalami stabilitas terkontraksi," ujar dia.
Menurutnya, kebijakan tarif AS menciptakan shock external negatif yang harus ditangani secara sistematis.
Tanpa mitigasi yang kuat Indonesia berisiko mengalami penurunan produktivitas, investasi dan kesejahteraan rumah tangga secara simultan, hingga tekanan fiskal dan pasar tenaga kerja.
Rizal mengatakan respons jangka pendek harus fokus pada stabilitas ekonomi rumah tangga dan sektor terdampak. "Sementara kebijakan jangka panjang diarahkan untuk membangun ketahanan struktural, diversifikasi mitra dagang, dan penguatan nilai tambah nasional," ucapnya.
BACA JUGA: Surat Kekancingan untuk Tol Jogja-Solo Diserahkan Pekan Lalu, Ini Harapan Sri Sultan HB X
Ketergantungan
Sementara Peneliti Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi Indef, Ahmad Heri Firdaus membuktikan Indonesia memang punya ketergantungan cukup tinggi terhadap pasar AS.
Menurutnya ada sekitar 26 negara mendapatkan preferensi tarif baru, ada yang 20%, 50%, dan Indonesia 19%. Meski lebih rendah dari negara lain, namun AS minta barang yang masuk Indonesia 0%, Indonesia juga masih harus berkomitmen membeli produk-produk AS. "Kami melihat bukan hanya ancaman ekspor, tapi membanjirnya impor produk-produk yang kurang kompetitif pada produktivitas industri kita," jelasnya.
Rizal mengatakan dampak yang paling dirasakan adalah industri tekstil, pakaian jadi, dan alas kaki. Sementara processing food yang bahan bakunya sawit masih tertolong karena tidak ada produk yang sama dari negara lain. "Tarif kecil belum tentu lebih unggul, lihat eksisting apakah lebih efisien."
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement

Sendratari Ramayana Prambanan Padhang Bulan Hadirkan Nuansa Magis Bulan Purnama dan Budaya Jawa nan Sakral
Advertisement
Berita Populer
- Harga Emas di Pegadaian Hari Ini, Stabil
- Semarak Pesta Pernikahan di IKAPPESTY Wedding Expo ke-12 di Jogja City Mall
- Persemian Koperasi Desa Merah Putih, Prabowo Yakin Tengkulak dan Rentenir Bisa Dibasmi
- Ekonom Indef Beberkan Empat Strategi Hadapi Tarif Trump
- Jarit Tol Tol Padang - Sicincin Segera Berlaku, Tidak Lagi GRatis
- Pindar Jadi Pelapor SLIK, OJK DIY: Bisa Membantu Turunkan Tingkat Wanprestasi
Advertisement
Advertisement