Advertisement

Fenomena Rojali, Banyak yang Cuma Jalan-Jalan ke Mal Saja Tanpa Membeli, Ini Komentar APPBI

Anisatul Umah
Selasa, 22 Juli 2025 - 11:27 WIB
Maya Herawati
Fenomena Rojali, Banyak yang Cuma Jalan-Jalan ke Mal Saja Tanpa Membeli, Ini Komentar APPBI Ilustrasi Mal / Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Fenomena rombongan jarang beli atau Rojali di mal belakangan banyak diperbincangkan. Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) DIY, Surya Ananta mengatakan setiap daerah punya karakteristik yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa diseragamkan.

Menurutnya bicara mal di DIY, segmentasi marketnya ada dua. Yakni segmentasi masyarakat DIY dan sekitarnya, kemudian potensi dari masyarakat luar DIY baik nasional dan internasional. Hingga saat ini setiap libur panjang dan akhir pekan masih ada peningkatan kunjungan, sebab DIY merupakan kota pariwisata kedua setelah Bali.

Advertisement

Selama masyarakat yang berkunjung mal ke DIY masih ada potensi transaksi di mal. Di DIY dia sebut masih stabil tidak terlalu banyak perubahan atau pergeseran.

"Sehingga potensi belanja gak hanya masyarakat DIY, ini kan juga bisa dilakukan saat libur sekolah. DIY punya karakteristik yang agak beda dengan kota-kota lain yang bukan tujuan pariwisata," ujarnya, Selasa (22/7/2025).

Surya mengatakan setiap hari libur, kunjungan dari luar kota selalu meningkat dibandingkan hari normal. Artinya transaksi juga berpotensi meningkat dibandingkan kondisi hari normal. "Jadi di Jogja mungkin enggak terpengaruh sekali dengan Rojali," jelasnya.

Lebih lanjut dia mengatakan meskipun masyarakat berkunjung ke mal untuk leisure tapi mereka tetap belanja. Minimal beli makan, minum atau sedikit beli oleh-oleh.

Kunjungan ke mal juga didukung adanya tol. Di mana setiap libur panjang akses ini memudahkan masyarakat datang ke DIY. Ia mengatakan sampai saat ini belum ada data pasti berapa persentase peningkatan kunjungan dampak dari adanya tol.

BACA JUGA: Eks Marinir AL Indonesia Jadi Tentara Bayaran Rusia Kini Minta Pulang, Anggota DPR Sebut Negara Tidak Boleh Kasihan

Bentuknya masih mengamati saja setiap akhir pekan, mengidentifikasi dari plat nomor. Ia menduga tetap ada kenaikan dampak dari adanya tol.

"Dibukanya belum lama ya, kami belum bisa membuat satu kesimpulan. Saya dalam konteks mengamati dari weekend ke weekend teridentifikasi dari plat nomor. Feeling dulu nih tetap ada kenaikan," katanya.

Seperti dikutip dari Bisnis.com jaringan Harianjogja.com, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), David Sumual mengungkap bahwa istilah Rojali merujuk kepada orang-orang yang mendatangi pusat perbelanjaan atau toko hanya untuk melihat-lihat tetapi tidak berbelanja.

Menurut David, fenomena itu banyak terlihat di pusat perbelanjaan atau mal. Lemahnya daya beli membuat mereka mengunjungi pusat perbelanjaan hanya untuk berjalan-jalan dan tidak membeli apa-apa, jika berbelanja pun nilainya cenderung tidak terlalu besar.

Fenomena itu tidak muncul dari ruang hampa. David menilai bahwa lemahnya konsumsi kelas menengah, yang berkontribusi sekitar 70% terhadap total konsumsi RI, berdampak terhadap perekonomian secara luas.

David juga mengungkap bahwa big data BCA menunjukkan adanya tren penurunan belanja masyarakat hingga kuartal II/2025, membenarkan banyaknya warga RI yang menjadi Rojali.

"Mal kelihatan ramai, tetap banyak mereka hanya makan saja, mencari diskon, atau cafe yang ada diskon. Ditambah lagi, saat ini sudah ada e-commerce," ungkapnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Seorang Korban Kecelakaan di Jalan Parangtritis yang Melibatkan Anggota Kodim Bantul Meninggal Dunia

Bantul
| Selasa, 22 Juli 2025, 19:27 WIB

Advertisement

alt

Sendratari Ramayana Prambanan Padhang Bulan Hadirkan Nuansa Magis Bulan Purnama dan Budaya Jawa nan Sakral

Wisata
| Senin, 21 Juli 2025, 17:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement