Advertisement

Wamentan Beberkan Penyebab Gula Petani Tak Terserap

Newswire
Kamis, 11 September 2025 - 18:17 WIB
Maya Herawati
Wamentan Beberkan Penyebab Gula Petani Tak Terserap Ilustrasi gula. - Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono menyebut kebocoran gula rafinasi di pasar tradisional menjadi salah satu penyebab gula produksi petani tidak terserap. Gula rafinasi yang seharusnya untuk industri, justru dijual lebih murah kepada konsumen.

"Gula rafinasi itu harganya jauh lebih murah daripada gula konsumsi. Nah kalau gula rafinasi yang lebih murah ini leaking, kan ini namanya kejahatan dong ya," ujar Sudaryono di Jakarta, Kamis (11/9/2025).

Advertisement

Ia menjelaskan gula rafinasi merupakan gula yang diperuntukkan bagi industri dan tidak diperjualbelikan di pasar tradisional.

Namun, menurut Sudaryono, gula rafinasi yang bocor ke konsumen ternyata banyak ditemukan di pasar tradisional.

Dengan harga gula rafinasi yang lebih murah, maka pedagang mendapat keuntungan lebih saat dijual ke konsumen.

"Ditemukan di banyak pasar. Gula rafinasi itu kan strict, dia kebutuhannya untuk kebutuhan industri saja, makanan dan minuman dan seterusnya ya. Itu kan nggak boleh dijual kiloan kepada masyarakat," ujar dia.

Sudaryono mengatakan pemerintah akan menindak tegas pelaku yang melakukan peredaran gula rafinasi, baik dari pedagang maupun perusahaan yang melakukan gula impor gula rafinasi.

BACA JUGA: Pagu Anggaran Pendidikan di Gunungkidul Capai 35,1 Persen

Penindakan itu akan dilakukan melalui beberapa cara mulai dari pengusaha tersebut dimasukkan daftar hitam hingga pidana. "Petani sudah dirugikan, dan dia ngambil untung dengan cara yang nggak benar. Itu yang harus kami tindak tegas," katanya.

Namun demikian, ia belum bisa menyebutkan berapa jumlah kebocoran gula rafinasi yang tersebar di masyarakat.

Kebocoran atau rembesan penjualan gula rafinasi bagi konsumen, lanjut Sudaryono, telah menimbulkan efek signifikan bagi petani.

"Efeknya adalah gula konsumsi yang diproduksi dari tebu petani yang digiling di pabrik gula, itu serapannya rendah. (Kalau) 100 ribu ton macet (tidak terserap) sehingga kan itu merugikannya ya, merugikan petani," kata Sudaryono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Terbakar di 2024, Perbaikan Pasar Trowono Gunungkidul Telan Rp515 Juta

Terbakar di 2024, Perbaikan Pasar Trowono Gunungkidul Telan Rp515 Juta

Gunungkidul
| Kamis, 11 September 2025, 21:27 WIB

Advertisement

Wisata Favorit di Asia Tenggara, dari Angkor Wat hingga Tanah Lot

Wisata Favorit di Asia Tenggara, dari Angkor Wat hingga Tanah Lot

Wisata
| Rabu, 10 September 2025, 18:22 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement