Advertisement

Etanol 3,5 Persen Picu Polemik, Pertamina Klaim Tekan Emisi

Newswire
Jum'at, 03 Oktober 2025 - 14:07 WIB
Maya Herawati
Etanol 3,5 Persen Picu Polemik, Pertamina Klaim Tekan Emisi Nozzle BBM - Foto dibuat oleh AI - StockCake

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Kandungan etanol 3,5 persen pada base fuel impor memicu polemik setelah Vivo membatalkan kontrak pembelian. Pertamina menegaskan penggunaan etanol terbukti menekan emisi dan sudah diterapkan di banyak negara.

“Penggunaan etanol dalam BBM bukan hal baru, melainkan praktik yang sudah mapan secara global,” ucap Pj. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Roberth MV Dumatubun dikonfirmasi di Jakarta, Jumat (3/10/2025).

Advertisement

Implementasi etanol, kata dia, terbukti berhasil mengurangi emisi gas buang, menekan ketergantungan pada bahan bakar fosil murni, serta mendukung peningkatan perekonomian masyarakat lokal melalui pemanfaatan bahan baku pertanian.

Roberth menjelaskan etanol berasal dari tumbuhan seperti tebu atau jagung, sehingga lebih ramah lingkungan dibandingkan bahan bakar fosil murni.

Dengan mencampurkan etanol ke dalam BBM, lanjutnya, emisi gas buang kendaraan bisa berkurang sehingga kualitas udara lebih baik.

Ia pun memaparkan bahwasanya penggunaan etanol dalam BBM terbukti menjadi standar di banyak negara, seperti Amerika Serikat.

AS, melalui program Renewable Fuel Standard (RFS), telah mewajibkan pencampuran etanol ke dalam bensin dengan kadar umum E10 (10 persen etanol) dan E85 untuk kendaraan fleksibel.

Lebih lanjut, Brasil menjadi pelopor penggunaan etanol berbasis tebu, dengan implementasi skala nasional hingga mencapai campuran E27 (27 persen etanol) pada bensin, sehingga membuat Brasil dikenal sebagai salah satu negara dengan kendaraan berbahan bakar etanol terbesar di dunia, dan masyarakatnya sudah terbiasa mengisi BBM dengan etanol sejak puluhan tahun lalu.

Kawasan Uni Eropa juga mengadopsi campuran etanol dalam BBM melalui kebijakan Renewable Energy Directive (RED II), dengan target bauran energi terbarukan di sektor transportasi.

Campuran E10 kini telah menjadi standar di banyak negara Eropa seperti Prancis, Jerman dan Inggris, sebagai standar untuk mengurangi polusi udara.

Asia pun mulai mengadopsi kebijakan serupa, dengan India mendorong program etanol blending hingga 20 persen (E20) pada 2030, sebagai bagian dari roadmap menuju transportasi rendah karbon serta mendukung petani tebu.

“Pertamina Patra Niaga berkomitmen untuk terus mendukung kebijakan pemerintah dalam menurunkan emisi karbon sesuai target Net Zero Emission 2060,” ucapnya.

Ia menambahkan kehadiran BBM dengan campuran etanol menjadi bukti nyata bahwa Indonesia siap mengikuti praktik terbaik internasional demi masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Pernyataan tersebut terkait dengan PT Vivo Energy Indonesia (Vivo) yang batal membeli base fuel bahan bakar minyak (BBM) dari Pertamina karena ada kandungan etanol sekitar 3,5 persen pada hasil uji lab base fuel yang diimpor oleh Pertamina.

Padahal, sebelumnya Vivo sudah menyepakati untuk membeli base fuel dari Pertamina sebanyak 40 ribu barel (MB), dari 100 ribu barel yang sudah diimpor oleh perusahaan pelat merah tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Sultan HB X Dukung Penuntasan Kasus Korupsi Mantan Bupati Sleman SP

Sultan HB X Dukung Penuntasan Kasus Korupsi Mantan Bupati Sleman SP

Jogja
| Jum'at, 03 Oktober 2025, 14:47 WIB

Advertisement

5 Tempat Nongkrong sambil Ngopi di Jalan Slamet Riyadi Kota Solo

5 Tempat Nongkrong sambil Ngopi di Jalan Slamet Riyadi Kota Solo

Wisata
| Kamis, 02 Oktober 2025, 12:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement