Advertisement

Ini Langkah Agar Tren Kunjungan Wisatawan Eropa ke DIY Positif

Anisatul Umah
Kamis, 30 Oktober 2025 - 12:47 WIB
Abdul Hamied Razak
Ini Langkah Agar Tren Kunjungan Wisatawan Eropa ke DIY Positif Objek Wisata Taman Sari - Wikipedia

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—DPD Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) DIY menyampaikan secara umum pasar wisatawan mancanegara (Wisman) Eropa ke DIY masih sangat menjanjikan.

Humas Asita DIY, Iwan Sulistyanto mengatakan kunjungan Wisman Eropa sempat turun sekitar 30% pada 2025 akibat faktor eksternal seperti konflik di Timur Tengah.

Advertisement

Menurutnya jika dilihat secara tren jangka panjang menunjukkan peningkatan positif sejak 2022 hingga 2024. Dia berharap tren peningkatan ini akan kembali terjadi di 2026 dan tahun-tahun selanjutnya. Ia berpandangan Wisman Eropa menilai DIY sebagai kota budaya yang menarik.

"Dengan catatan, peluang besar ini tetap membutuhkan konsistensi kebijakan dan stabilitas regulasi dalam industri pariwisata agar para pelaku bisnis dan wisatawan memiliki kepastian berwisata," ucapnya, Kamis (30/10/2025).

Iwan menjelaskan DIY diuntungkan dengan letak geografisnya yang strategis, yakni ada di tengah-tengah Pulau Jawa dan Indonesia. Ia menyebut hal ini menjadi kesempatan baik untuk pengembangan akses khususnya penerbangan langsung dari Eropa ke DIY sehingga bisa memudahkan wisatawan.

Keuntungan lainnya, kata Iwan, keberadaan destinasi wisata utama di sekitar area DIY, seperti Borobudur dan Prambanan, sangat membantu untuk menjaga minat wisatawan Eropa untuk berkunjung ke Yogyakarta. Dia mengatakan keunggulan ini perlu ditunjang dengan ekosistem pariwisata yang juga mendukung.

Lebih lanjut dia mengatakan untuk mengoptimalkan pasar Eropa, DIY perlu berbenah dan memperkuat strategi promosi internasional. Selain itu, menurutnya promosi harus dilakukan oleh orang-orang yang kompeten, mampu melakukan presentasi dan memahami produk wisata secara mendalam.

"Promosi dilakukan secara kolaboratif, menampilkan kombinasi destinasi Pulau Jawa dengan Yogyakarta sebagai pusat budaya—agar lebih menarik bagi wisatawan Eropa," jelasnya.

Iwan mengatakan dari sisi kebijakan dibutuhkan kepastian regulasi minimal satu tahun kedepan, terutama terkait tarif dan akses ke objek wisata. Ia menjelaskan diperlukan juga peningkatan fasilitas kota, seperti pedestrian yang tertata rapi sesuai fungsinya, serta pengelolaan sampah yang baik untuk menjaga kenyamanan.

"Faktor aksesibilitas juga sangat penting, mulai dari penerbangan langsung hingga kemudahan menuju objek wisata utama yang sering kali masih terkendala oleh kebijakan yang berubah-ubah dan biaya tinggi," ucapnya.

Ia mengatakan negara-negara dari Eropa yang paling potensial datang ke DIY adalah Belanda, Prancis, Jerman, Italia, dan Spanyol. Selain itu, kata Iwan, ada juga pasar yang mulai tumbuh dari Polandia, Denmark, Belgia, Portugal, Argentina, dan Slovenia.

Menurutnya negara-negara ini punya minat kuat terhadap wisata budaya dan sejarah yang menjadi daya tarik utama DIY. Kemudian, rata-rata Wisman Eropa di DIY menginap selama 2-3 malam, bahkan pada beberapa kunjungan hingga 4 malam.

"Lama tinggal ini mencerminkan pola wisatawan yang menjadikan Yogyakarta sebagai salah satu destinasi utama di Pulau Jawa, biasanya dikombinasikan dengan kota-kota lain seperti area Borobudur, Solo, dan Dieng," ungkapnya.

Dirinya menyebut saat ini minat Wisman Eropa mulai bergeser ke wisata alam, namun warisan budaya dan sejarah tetap menjadi daya tarik utama. Menurutnya mereka mencari pengalaman autentik, seperti kehidupan kampung tradisional yang masih alami, interaksi dengan masyarakat lokal, dan kegiatan budaya sehari-hari.

Destinasi Wisata Favorit

Beberapa destinasi yang paling sering dikunjungi menurutnya adalah candi-candi bersejarah seperti Borobudur, Prambanan, dan Sewu. Kawasan kota bersejarah seperti Kraton, Tamansari, dan Kotagede.  

Wisata alam dan petualangan seperti Merapi, Menoreh, Nglanggeran. Kemudian wisata budaya dan kuliner lokal yang mencerminkan kehidupan masyarakat Yogyakarta.

"Secara keseluruhan, wisatawan Eropa mencari pariwisata berbasis budaya, alam, dan pengalaman otentik, bukan sekadar atraksi buatan."

Sebelumnya, Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY, Bobby Ardiyanto Setyo Aji mengatakan sampai dengan September 2025 kunjungan Wisman khususnya dari Eropa masih cukup baik, meski di periode high season tidak setinggi tahun lalu.

Ia mengatakan faktor geopolitik di Timur Tengah berpengaruh pada kunjungan Wisman ke DIY tahun ini, meski sebenarnya masih cukup baik. Menurutnya kunjungan Wisman biasanya meningkat pada Juni, Juli, dan puncaknya di Agustus dan September, lalu turun di Oktober dan November, dan meningkat lagi di pertengahan Desember menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) meski tidak setinggi high season.

Bobby mengatakan untuk menggarap pasar Eropa perlu dilakukan perbaikan produk dan sumber daya manusia (SDM). Ia menyebut SDM untuk mendukung Wisman masih sangat kurang, dan ini menjadi kendala teman-teman industri untuk menggarap pasar Eropa.

"Kemudian infrastruktur dan amenitas yang juga seharusnya baik. Pemerintah dan stakeholder sudah sepakat menuju internasional destination," ucapnya.

Menurutnya jika ini terprogress dengan baik, mestinya kedepan trennya akan semakin positif. Di sisi lain penerbangan internasional juga harus ditambah lagi selain dari Kuala Lumpur dan Singapura, misalnya Thailand.

Lebih lanjut dia mengatakan penerbangan domestik juga perlu ditambah menuju DIY. Semakin banyak penerbangan, kata Bobby, maka harga yang terbentuk juga akan semakin baik.

"Kalau semakin banyak yang direct ke Jogja ya harganya akan semakin baik pasti, kalau sekarang masih agak tinggi masuk ke Jogja karena masih terbatas," jelasnya.

Ia menyebut Wisman dari Eropa biasanya datang ke Indonesia melalui Abu Dhabi dan Dubai, lalu menuju ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta atau Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Menurutnya biasanya Wisman terbang langsung ke DIY jika perjalanan mereka ke Kuala Lumpur atau Singapura.

"Masih banyak yang gunakan di Cengkareng dan Ngurah Rai," jelasnya.

Ia menjelaskan pasar Eropa yang paling tinggi dari Belanda, Prancis, Italia, Spanyol, dan Belgia. Menurutnya Wisman Eropa biasanya tinggal di DIY selama dua hari untuk mengunjungi Borobudur, Prambanan, dan Keraton.

"Selain itu, mereka bergerak ke Timur ke Bromo, ke Kawah Ijen Banyuwangi dan Bali." (**) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

DPRD Sleman Dorong Penguatan Sarana dan Layanan Pendidikan Inklusif

DPRD Sleman Dorong Penguatan Sarana dan Layanan Pendidikan Inklusif

Sleman
| Kamis, 30 Oktober 2025, 14:07 WIB

Advertisement

Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia

Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia

Wisata
| Minggu, 19 Oktober 2025, 23:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement