Advertisement

Pembeli Rumah Pertama Topang KPR

Ilman A. Sudarwan & Ipak Ayu H.N.
Senin, 12 November 2018 - 12:10 WIB
Laila Rochmatin
Pembeli Rumah Pertama Topang KPR Ilustrasi - uangteman.com

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Hingga akhir 2018 pertumbuhan kredit perumahan masih akan didominasi oleh pembeli rumah pertama dengan ticket size menengah dan kecil. Bankir pun optimistis, pertumbuhan masih akan didominasi oleh nasabah yang sama pada tahun depan.

PT Bank CIMB Niaga Tbk. memprediksi pertumbuhan kredit perumahan sampai dengan akhir tahun ini masih cukup positif. Namun, pertumbuhan akan didominasi oleh penjualan hunian dengan ticket size menengah dan kecil.

Advertisement

Direktur Konsumer CIMB Niaga Lani Darmawan mengatakan bahwa sampai dengan kuartal III/2018 kredit pemilikan rumah (KPR) tumbuh sekitar 10% secara tahunan, dengan total outstanding mencapai sekitar Rp30 triliun. Hingga akhir tahun, lanjutnya, pertumbuhan diprediksi akan mencapai 10%—12%.

Untuk mencapai target pertumbuhan tersebut, perseroan masih akan mengandalkan strategi cross selling dengan nasabah saat ini. Selain itu, perseroan akan mengandalkan kerja sama dengan mitra pengembang dan agen properti strategis.

Lani menerangkan kerja sama dengan mitra pengembang sejauh ini dilakukan dengan cara subsidi silang. Dalam paket kerja sama tersebut, pengembang memberikan subsidi bunga sehingga bunga yang diberikan kepada nasabah menjadi lebih rendah.

Namun demikian, dia mengatakan bahwa proyeksi pertumbuhan pada tahun ini lebih rendah dari pada target awal yang ditetapkan. Salah satunya penyebabnya adalah kenaikan suku bunga sesuai sebagai dampak dari pengetatan kebijakan moneter pada tahun ini.

“Dampak suku bunga juga ada terhadap pertumbuhan KPR. Tadinya, kami harapkan [pertumbuhan] sekitar 15% [secara tahunan],” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (8/11).

Dia menyampaikan bahwa perseroan sudah menaikkan suku bunga KPR sebesar 150 bps, sesuai dengan besaran kenaikan suku bunga Bank Indonesia 7 Days (Reverse) Repo Rate (BI-7DRRR). Namun, penyesuaian tersebut dilakukan sesuai segmentasi debitur.

“[Kenaikan suku bunga] sesuai dengan kenaikan cost of fund saja, tapi tidak semua sama. Kami terapkan segmentasi,” ucapnya.

Meski realisasi tahun ini lebih rendah daripada ekspektasi awal, menurutnya, kondisi ini akan cenderung lebih baik pada tahun depan. Dia mengatakan bahwa kebutuhan hunian yang masih tinggi menjadi jaminan KPR akan tetap tumbuh positif.

“Kebutuhan akan KPR saya kira akan tetap tinggi dengan adanya keluarga-keluarga muda dan baru. Mungkin ticket size akan relatif tidak tinggi namun jumlah nasabah bisa tetap meningkat. Para developer juga mulai banyak nemanfaatkan pertunbuhan keluarga muda dengan menyediakan alternatif hunian yang terjangkau,” jelasnya.

Direktur Konsumer PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Budi Satria juga mengatakan bahwa pertumbuhan KPR masih akan didominasi oleh para pembeli rumah pertama. Sebaliknya, pertumbuhan animo masyarakat untuk membeli rumah investasi masih lemah.

“Perumahan, ataupun properti itu kan lebih banyak untuk pembeli rumah pertama, first time home buyer, demand-nya tetap stabil kalau itu, karena memang mereka kan baru pertama kali beli rumah. Yang agak kurang sekarang adalah pertumbuhan KPR dan KPA untuk investasi, agak melambat itu,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (8/11).

Budi menilai, masyarakat masih menunda untuk berinvestasi pada properti. Meski, menurutnya, pertumbuhan rumah investasi masih cenderung stabil, tetapi lonjakan permintaan kreditnya masih di bawah ekspektasi.

Budi menambahkan, perlambatan juga terjadi pada pertumbuhan KPR dengan ticket size di atas Rp1 miliar. “Sekarang yang jumlahnya di atas Rp1 miliar itu masih menahan diri, tapi [KPR] yang di bawah itu yang masih kencang, tidak ada perubahan yang berarti karena kan rata-rata pembeli rumah pertama, mereka masih stabil,” ujarnya.

Sejak Agustus, Bank Indonesia telah merelaksasi aturan loan to value (LTV) KPR hingga 100%. Dengan aturan tersebut, bank dapat membiayai sepenuhnya KPR dan meringankan nasabah dari sisi uang muka. Selain itu, regulator merelaksasi LTV untuk fasilitas KPR untuk rumah ke-2 dan seterusnya.

Relaksasi aturan tersebut juga diikuti dengan beleid pelengkap dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam tatanan mikroprudensial bank. OJK memberikan relaksasi Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) untuk bank dalam menyalurkan KPR.

Budi menuturkan, relaksasi LTV dan ATMR tidak akan berdampak langsung terhadap pertumbuhan KPR. Di tambah lagi, pilihan investasi pada properti juga menjadi kurang menarik bagi nasabah dengan adanya berbagai instrumen surat utang pemerintah yang memiliki yield menarik.

“Sekarang pemerintah juga mengeluarkan surat-surat berharga. Memang investasi juga menahan diri sebenarnya, mungkin karena melihat peluang, sambil menunggu peluang lain, sehingga mereka masuk ke surat berharga dulu kan, yang menjanjikan bunga yang menarik,” katanya.

Hingga akhir kuartal III/2018, portofolio KPR perseroan mencapai Rp163,61 triliun, tumbuh 21,81% secara tahunan. Penyaluran kredit perumahan didominasi oleh KPR subsidi yang tumbuh 30,11% secara tahunan, dengan komposisi mencapai 54,35% dari total KPR.

Kepala Ekonom BTN Winang Budoyo, dalam analisisnya terhadap pertumbuhan ekonomi sampai dengan kuartal III/2018, disebutkan bahwa relaksasi LTV dan ATMR sejatinya sudah mulai memberikan dampak posifif, baik terhadap kontribusi realestat terhadap produk domestik bruto maupun pertumbuhan kredit realestat dan kredit perumahan.

Dia menuturkan, meskipun Bank Indonesia sudah melakukan relaksasi di sektor Perumahan sejak Juni 2015, tetapi dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi sektor realestat belum terlihat karena fokus relaksasi baru pada sisi permintaannya saja.

“Dengan relaksasi LTV lanjutan BI pada Juni 2018 dan OJK pada Agustus 2018 yang juga menyentuh sisi penawaran, maka diharapkan pertumbuhan ekonomi sektor realestat akan dapat terus meningkat. Artinya, ke depannya gairah pertumbuhan sektor perumahan akan terjadi di sisi permintaan dan juga penawaran,” jelasnya.

Vice President Consumer Lending PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Egos Mahar mengatakan, hingga Oktober pertumbuhan KPR masih tidak terlau berubah dari posisi pada September yang mencapai 9,1% secara tahunan dengan outstanding Rp40 triliun.

Hingga Desember, perseroan masih optimis nilai tersebut dapat mencapai Rp41,5 triliun. "Sampai Oktober masih on track dan mencapai target proporsional atau Rp40 triliun lebih. Pasar mayoritas BNI segmen karyawan pendapatan tetap dengan harga berkisar Rp350 juta," katanya.

Egos menambahkan, bahwa dampak relaksasi aturan LTV dan ATMR sejauh ini belum memberikan dampak signifikan terhadap pertumbuhan KPR. Namun, dampak positif sudah dapat terlihat dari meningkatnya kemampuan bayar nasabah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Usulan Formasi PPPK-CPNS 2024 Disetujui Pusat, Pemkab Bantul: Kami Tunggu Kepastian Alokasinya

Bantul
| Jum'at, 29 Maret 2024, 16:07 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement