Advertisement
UMKM Dinilai Masih Gunakan Kanal Digital Konvensional, Ini Dasarnya

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Meski telah banyak pelaku UMKM yang merambah dunia pemasaran digital, tetapi mayoritas masih menggunakan kanal-kanal konvensional untuk mendistribusikan produknya. Misalnya dengan berjualan di grup Facebook, Instagram, atau bahkan Whatsapp.
Deputy Head Corporate Affair & Strategy Shopee, Natasha Ardiani menuturkan para pelaku UMKM sudah banyak yang sadar akan pentingnya berjualan secara daring. Mereka paham dengan menjual produknya lewat daring, pasarnya akan makin luas karena tak berbatas ruang maupun waktu. Namun, masih banyak pelaku UMKM yang memakai kanal konvensional melalui media sosial. Padahal Natasha menyebut kanal-kanal tersebut sebenarnya cukup membuat pelaku UMKM kewalahan karena harus meluangkan waktu untuk setiap kanal media sosial yang digunakan.
Advertisement
"Misalnya jualan batik di Facebook, Instagram, atau grup Whatsapp. Kalau ada pesanan yang berbeda dari beberapa kanal tersebut, penjual harus cek satu-satu stok. Butuh waktu karena dijalankan secara manual, tidak otomatis," katanya pada Senin (26/11).
Oleh sebab itu dia mendorong para pelaku UMKM untuk menggunakan kanal e-commerce untuk memasarkan produknya. Dengan memanfaatkan e-commerce, Natsha menyebut pelaku UMKM akan memasuki sistem yang telah berjalan secara otomatis. UMKM hanya perlu menentukan aturan main operasional toko yang mereka kelola. Namun demikian, Natasha mengaku masih banyak pelaku UMKM yang belum paham betul model bisnis yang harus dijalankan jika bergabung dengan e-commerce. Selain itu, ada beberapa kendala yang dihadapi UMKM seperti infrastruktur TIK yang belum memadai dan kemauan yang belum kuat karena khawatir tak bisa memenuhi pesanan dalam jumlah yang besar.
"Padahal kalau sudah tahu dan paham, UMKM relatif mudah mendapatkan keuntungan dengan berjualan lewat e-commerce. Kunci keberhasilannya ada di foto dan deskripsi produk yang menarik, respon pada pembeli yang cepat, serta manajemen stok yang rapi," ucapnya.
Digital Banking Business Product Head BTPN Waasi B Sumintardja mengatakan masalah yang dihadapi oleh para pelaku UMKM tak hanya kesulitan akses pada kredit pendanaan. Namun juga kesulitan untuk meningkatkan penjualan, mengelola cashflow dan logistik, mencatat transaksi sebagai salah satu pengawasan terhadap aset dan omzet, serta mengatur karyawan yang mayoritas punya relasi personal atau bahkan keluarga. Beberapa kendala inilah yang menurutnya menghambat UMKM untuk berkembang dengan pesat.
Di sisi lain, UMKM terus dituntut untuk beradaptasi dengan dunia digital. Oleh sebab itu, untuk mewadahi kebutuhan para pelaku UMKM, Waasi menyebut BTPN meluncurkan Jenius Bisnis. Salah satu fitur dalam produk digital banking Jenius yang terintegrasi dengan data yang dimiliki oleh UMKM.
"Dengan memasukkan data stok misalnya, UMKM bisa mengecek ketersediaan produk saat dibutuhkan. Ini seperti fitur untuk mengolah data otomatis. Saat ini kami masih dalam tahap uji coba, masih beta version tetapi sudah dipakai sekitar 200 pengguna Jenius," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Prabowo Sebut Lahan KAI Bisa Dimanfaatkan untuk Program 3 Juta Rumah
- KKP Targetkan Indonesia Stop Impor Garam pada 2027
- Pengusaha Rokok Berharap Tidak Ada Kenaikan Cukai Tahun Depan
- Domain dot id Tembus 1,3 Juta Pengguna, Buka Peluang Ekonomi Baru
- Harga Minyak Mentah RI, Agustus Turun Jadi 66,07 dolar AS per barel
Advertisement

BPBD Gunungkidul Mulai Salurkan Bantuan Air Bersih ke Warga
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Pariwisata Butuh Pembiayaan, Berharap Suku Bunga Bank Turun
- Harga Beras, Bawang, hingga Cabai Rawit Merah Turun Hari Ini
- Permintaan Kredit Belum Terpacu, Ini Kata Gubernur BI
- Pemerintah Siapkan Skema Impor BBM Satu Pintu Pertamina
- Ribuan Koperasi Desa Merah Putih Tunggu Dana Cair dari Bank Himbara
- Iuran JKK Industri Padat Karya Dapat Keringanan hingga 2026
- Kredit Mengendap di Perbankan Tembus Rp2.372 Triliun
Advertisement
Advertisement