Advertisement
Standardisasi Produk Halal Kuliner Nonkemasan Sulit Digarap
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA--Jogja menjadi salah satu pilot project Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) untuk produk-produk kreatif, baik kuliner maupun fesyen. Itu termasuk produk yang mengakomodasi gaya hidup syariat. Namun demikian, pemerintah masih kesulitan untuk melakukan standardisasi produk halal terutama untuk produk kuliner nonkemasan.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Dinas Perdagangan DIY, Tri Saktiana kepada Harian Jogja, Jumat (4/5). Menurutnya tantangan produk kuliner halal ada di sisi standardisasinya. Tri menjelaskan produk kuliner halal dibagi menjadi dua yakni kemasan dan nonkemasan. Untuk produk kemasan, standarisasinya lebih mudah dilakukan karena ada mekanisme pengajuan izin kepada BPOM maupun MUI. Sehingga produk kuliner kemasan tersebut mendapat label halal. "Sudah ada ratusan produk kuliner kemasan kita yang berhasil mencapai standardisasi tersebut," katanya.
Advertisement
Namun Tri mengaku untuk standardisasi produk kuliner nonkemasan cukup sulit dilakukan. Pasalnya produk kemasan bisa berubah setiap harinya, apalagi bagi mereka yang skala usahanya masih kecil atau usaha rumahan. Standardisasi produk yang dilakukan oleh masing-masing pengusaha juga belum dapat seragam. Belum lagi, penelusuran akan proses produksi produk nonkemasan juga lebih mendetail. Tri mencontohkan untuk produk bakso sapi misalnya, tidak hanya memastikan bahan bakso tersebut dari daging sapi. Tetapi juga menelusuri proses penggilingannya apakah bercampur dengan daging lain atau tidak.
"Lebih rumit kalau produk nonkemasan. Apalagi skalanya rumahan, tiap hari bisa berubah-ubah. Namun kami pastikan para pengusaha akan mendapatkan pendampingan dari kami untuk mengurus labelisasi halal ini karena daya ungkitnya besar," ujarnya.
Lebig lanjut Tri memprediksi potensi produk kuliner halal ini sangat prospektif. Sebab masyarakat, termasuk wisatawan yang hanya mau mengonsumsi produk kuliner halal makin meningkat. Oleh sebab itu, pemerintah harus mulai serius menggarap pangsa pasar ini. Bahkan menurutnya negara tetangga yakni Jepang dan Thailand yang notabene memiliki penduduk muslim yang minoritas sudah sangat serius memperhatikan kebutuhan wisatawan muslim yang datang ke negaranya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Menparekraf: Peserta World Water Forum ke-10 Penuhi Hotel di Bali
- Ini Lima Orang Terkaya di Dunia 2024 versi Forbes
- Restrukturisasi Kredit Berakhir Kerek Jumlah Kredit Bermasalah UMKM DIY
- Pertumbuhan Ekonomi Global Direvisi PBB Menjadi 2,7 Persen
- Kunjungan ke Mal di Jogja Melonjak saat Long Weekend, Diprediksi Capai 50 Persen
Advertisement
Cucu Pendiri Ponpes Sunan Pandanaran Gus Nahdy Dikabarkan Akan Maju Pilkada Sleman 2024
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement