Advertisement

EKRAF KAKUTASUART : Belajar Autodidak Dari Nol

Rheisnayu Cyntara
Sabtu, 20 Oktober 2018 - 12:30 WIB
Mediani Dyah Natalia
EKRAF KAKUTASUART : Belajar Autodidak Dari Nol Rinta Arina (kanan) dan Dovania (kiri), dua sahabat yang menjajal peruntungan di bidang embroidery hoop art dengan bendera Kakutasuart belum lama ini. - Ist/Kakutasuart

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Memulai bisnis tak mesti dengan bekal yang cukup. Dua orang sahabat, Rinta dan Dova membuktikan bahwa bisnis bisa dimulai dari nol.

Jika banyak mahasiswa yang terlena dengan euforia jelang kelulusan, tak begitu halnya dengan dua sahabat, Rinta Arina dan Dovania. Jelang mendapat gelar sarjana mereka asyik berdiskusi, apa yang akan dilakukan selama nganggur selepas lulus kuliah agar tetap produktif. Januari 2018, mereka pun mantap memulai bisnis kerajinan yang diberi nama Kakutasuart.

Advertisement

Tapi jangan dibayangkan mereka memulai bisnis dengan mulus. Pasalnya bisnis kerajinan berjenis embroidery hoop art merupakan hal yang benar-benar baru bagi mereka berdua. Dova memang punya keterampilan kruistik, tetapi hal itu berbeda dengan embroidery hoop art, sedangkan Rinta mengaku mulanya tak bisa sama sekali menyulam. "Kami berdua benar-benar mulai dari zero. Belajar autodidak. Lihat-lihat video di Youtube dan coba-coba berdua. Akhirnya setelah sekitar sebulan, kami anggap hasil belajar kami itu sudah layak jual," kata Rinta kepada Harian Jogja, Jumat (19/10).

Mereka berdua akhirnya memberanikan diri membuka bisnis kerajinan Kakutasuart lewat media sosial Instagram. Kenapa kaktus? Rinta menjelaskan pemilihan itu didasarkan atas kegemaran mereka berdua akan tanaman kaktus. Agar unik, mereka pun memilih nama Kakutasuart, perpaduan antara kata kaktus dengan pengucapan ala orang Jepang yang tak bisa mematikan huruf dan art. Kakutasuart menawarkan jasa pembuatan kerajinan untuk hiasan maupun ucapan selamat wisuda dan ulang tahun dengan segmen utama mahasiswa.

Pasalnya Rinta mengaku bisnis ini bermula dari pengamatan mereka berdua akan tren memberi hadiah bagi kawan yang sudah berhasil diwisuda. Selama ini, kado yang diberikan banyak berupa buket bunga maupun makanan. Rinta dan Dova ingin membuat barang spesial yang diberikan kepada teman saat wisuda tapi masih bisa disimpan sebagai pajangan. Setelah memilih dan memilah, mereka pun menjatuhkan pilihan pada embroidery hoop art. "Malah ternyata pada perkembangannya banyak yang pesan produk kami dengan tulisan nama kawannya yang diwisuda. Awalnya hiasan saja, malah berkembang lebih personal," ucapnya.

Yang tak mereka berdua sangka, baru satu bulan menjalankan bisnis yang benar-benar berangkat dari nol ini, mereka dipercaya untuk mengisi workshop embroidery hoop art pada Februari 2018. Pada workshop yang diinisiasi oleh @wkwkproject dan @inisago.id ini, mereka berdua diminta mengajarkan para peserta untuk membuat motif bunga sakura. "Enggak menyangka, baru sebulan langsung dapat kepercayaan untuk mengisi workshop," ujar Rinta bersemangat.

Meski demikian, mereka berdua sadar betul bisnis ini punya banyak pesaing. Dengan harga produk yang tidak murah karena murni handmade, Rinta dan Dova harus punya strategi agar dapat bersaing. Apalagi menurutnya pada era digital, saat semua serba daring seperti sekarang ini, bisnis-bisnis baru serupa mudah sekali bermunculan. Oleh sebab itu, mereka berdua berusaha sebisa mungkin untuk terus berinovasi melalui desain-desain baru. Mereka juga aktif menawarkan desain baru tersebut pada calon pelanggan yang memesan produk Kakutasuart.

"Meskipun setiap ada desain baru, kemungkinan ditiru juga besar, kami yakin saja. Toh produk kami murni handmade, kalaupun ditiru tak akan bisa sama persis. Beda tangan beda hasil," tuturnya.

Usaha yang belum genap setahun ini, menurut Rinta masih terue berkembang. Mereka berdua terus berusaha memperluas pasar. Sejauh ini, mereka sudah mendapatkan pelanggan dari luar Jawa seperti Kalimantan. Ke depan, Rinta berharap Kakutasuart mampu menjadi bisnis yang sustainable, bertahan lama. Laiknya sifat kaktus yang mampu berumur panjang dan bertahan di medan yang panas sekalipun. "Goal kami ke depan, tidak hanya berupa pajangan tetapi embroidery ini bisa diaplikasikan ke media lain seperti tas, jaket, sepatu. Kami masih terus berusaha ke arah sana," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Perayaan Paskah 2024, Tim Jibom Polda DIY Melakukan Sterilisasi Sejumlah Gereja di Jogja

Jogja
| Jum'at, 29 Maret 2024, 01:37 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement